Seperti biasa, Jendral berjalan di depan. Sesampainya di cukang, perlahan Jendral melewati titian. Agar tidak terjatuh, tangannya memegang pegangan pengaman sampai berhasil melewati seberang aliran irigasi. Namun ketika dilihatnya keempat temannya belum melewati cukang, Jendral berteriak, "Hei, kalian. Ayo nyebrang!"
"Kami takut, tadi siang di pegangan bambu itu ada kotoran ayam!" balas Bakul.
Jendral terkejut. Secara spontan ia mencium tangan kanannya. Alamaaakkk. Telapak tangannya penuh dengan kotoran ayam. Ternyata, sebelum ke pengajian, pegangan bambu itu telah dilumuri kotoran ayam oleh Bakul, Centong, Pacul, dan Sair.
Di seberang cukang, Bakul, Centong, Pacul, dan Sair terkekah. Mereka nampak puas. Karena merasa dikerjain, Jendral pun murka. Ia balik arah berlari melewati cukang untuk mengejar keempat sahabatnya. Karena tidak hati-hati, Jendral pun terjerembab, terpeleset dari cukang. Keempat sahabatnya kaget dan akhirnya mereka turun ke air untuk menolong Jendral.
"Aduuuh. Kakiku pedih kena batu!" Jendral meringis.
"Sabarlah. Karma itu memang pedih, Jendral!" ujar Centong diiringi derai tawa Bakul, Pacul, dan Sair. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H