Keduanya mengendap-endap melalui samping rumah. Ternyata, di ruang tamu, Risma tengah bercanda riang bersama seorang pemuda pemilik mobil, mungkin.
"Jadi Bang Roy sekarang sudah jadi pengusaha?" tanya Risma. Laki-laki yang dipanggil Roy itu kemudian mendekati Risma. Keduanya duduk berdekatan tanpa sungkan.
"Iya. Setelah ke luar dari pesantren dulu, abang langsung melamar kerja. Alhamdulillah diterima. Dengan mengumpulkan modal dari hasil kerja, sekarang abang jadi pengusaha. O, ya, Risma sudah punya pacar belum?"
"Hmmmh ..."
"Apa artinya itu?"
"Gak ada artinya. Abang sendiri sudah punya pacar atau belum?" Risma balik bertanya.
"Belum, lah. Bagaimana abang bisa melupakan Risma, santri tercantik di kobong dulu!" sanjung Roy. Dipuji seperti itu, wajah Risma memerah.
"Bang Roy bisa saja," Risma tersipu.
Roy ternyata pacar Risma sewaktu masih ngobong bersama dahulu. Dari cara keduanya berbincang, Roy dan Risma sepertinya masih memiliki ikatan cinta yang kuat.
"Mengapa dulu Risma ingin putus dari abang?" tanya Roy.
"Abang, sih. Playboy. Semua santri dipacari. Sampe Abah Yayi marah!"