Sistem pemerintahan kerajaan Mataram Islam di Indonesia memadukan kekuatan politik dan agama dengan penerapan hukum Islam yang mendalam dalam kehidupan masyarakat. Sistem pemerintahan Dewa-Raja memiliki arti bahwa pusat kekuasaan tertinggi ada pada raja. Kerajaan yang terletak di wilayah Jawa Tengah itu mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Agung Senopati ing Alogo Ngabdurrachman.
Dalam perjalanan sejarah kerajaan Mataram Islam mengalami tiga kali perpindahan pusat pemerintahan. Kerajaan Mataram Islam awalnya beribukota di Kota Gede, sekitar 6 km di selatan kota Yogyakarta. Kira-kira 70 tahun kemudian (1648) ibukota dipindahkan ke arah tenggara Kota Gede, yaitu Plered. Tiga puluh tiga tahun kemudian, Plered juga ditinggalkan untuk pindah ke Kartasura yang berjarak sekitar 70 km di arah timur Plered. Akhirnya, pada tanggal 20 Februari 1746, ibukota kerajaan Mataram Islam dipindahkan lagi dari Kartasura ke Surakarta.
Kerajaan Mataram merupakan
kerajaan Islam yang dibangun dengan perjuangan keras pendirinya. Panembahan Senopati yang berhasil mengalahkan Pajang dan membangun kraton di Kota Gede, Kraton ini digunakan oleh raja-raja Mataram hingga puncak kejayaannya di bawah Sultan Agung Hanyakrakusuma. Akan tetapi kekalahan Mataram dari VOC menyebabkan Mataram mengalami kemunduran, terlebih setelah Sultan Agung Hanyakrakusuma wafat.Penggantinya Amangkurat I lebih banyak memikirkan kesenangannya sendiri, daripada memikirkan rakyat dan negaranya.Ia dikenal mempunyai banyak selir, dan berdarah dingin siapapun yang tidak disukainya pasti dibunuh. Kota Gede yang berkembang pesat sebagai pusat kegiatan ekonomi, dianggap sudah kurang layak digunakan sebagai pusat pemerintahan. Oleh sebab itu ia memerintahkan untuk memindahkan kraton dari Kota Gede ke Pleret.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H