Tahun 2020 mengubah semua rencana dan mimpi setiap orang. Semua sendi kehidupan berubah karena kemunculan wabah yang menyerang seluruh dunia termasuk Indonesia. Dari segi ekonomi, pendidikan, pariwisata dan sosial budaya semuanya seakan mati suri.
Salah satu upaya penanganan kegiatan belajar selama pandemi yang diputuskan oleh mentri pendidikan dan kebudayaan, Nadiem Makarim adalah pembelajaran online alias daring. Demi mencegah penyebaran virus Corona pemerintah melarang pembelajaran secara tatap muka di seluruh tingkatan sekolah. Salah satunya pada pendidikan untuk anak usia dini alias PAUD.
Sebagai seorang tenaga pengajar di sekolah menengah kejuruan saya dihadapkan pada perubahan sistem. Belajar daring tentu memerlukan alat untuk mensupport agar kegiatan terlaksana dengan baik. Berbagai pilihan aplikasi belajar daring pun disarankan dari kemendikbud.
Tentu saja pembelajaran secara daring masih bisa diefektifkan untuk tingkat menengah dan atas. Namun untuk level PAUD yang dialami oleh anak saya sendiri sistem daring sungguh tidak mudah. Selain perlu ketelatenan orangtua, faktor keterbatasan alat peraga dan alat bermain anak yang biasa dipakai di sekolah tentunya tidak mereka dapatkan dengan belajar di rumah saja.
Opsi belajar kelompok di rumah siswa dengan guru berkeliling dari satu kelompok ke kelompok lain pun akhirnya dipilih. Dengan tujuan pengefektifan waktu dan meminimalisasi kesulitan orang tua murid dalam menyelesaikan tugas yang dibebankan kepada anak.
Namun, ternyata pada prosesnya kegiatan belajar kelompok ini tidak semudah membalikkan tangan. Respons siswa sangat beragam. Dari mulai antusias, bosan, lebih asik bermain karena belajar di rumah sendiri dll.
Sudah tentu ini terkait dengan psikologi anak usia 4-6 tahun yang masih senang bermain. Jika di sekolah mereka mengenal ragam alat peraga dan aneka wahana bermain yang difokuskan untuk melatih motorik dan sensorik anak. Namun, ketika mereka harus belajar di rumah sendiri rasa malas dan ingin bermain dengan mainannya sendiri membuat perhatian untuk belajar kian berkurang.
Tingkat kehadiran dalam presensi pun lebih cenderung menurun. Dalam hal ini anak usia PAUD lebih antusias berangkat ke sekolah daripada belajar di rumah temannya. Sehingga banyak kelompok yang hanya dihadiri sedikit siswa. Tentu saja ini sangat berpengaruh pada tingkat pencapaian kognitif anak. Begitu pun dengan pemantauan segi psikomotorik dan karakter anak.
Pemberian tugas daring melalui grup WhatsApp atau mesengger menjadi salah satu alat untuk memantau perkembangan siswa yang dilakukan di rumah dengan bimbingan orangtua murid. Laporan bukti mengerjakan tugas pun terkendala dengan keadaan orangtua yang dalam hal ini tidak semua memiliki ponsel pintar.
Oleh karena itu guru tetap kesulitan mengoordinir tugas yang masuk. Sehingga tidak semua tugas daring bisa masuk. Belum lagi jika belajar kelompok siswa akan ditunggui orangtuanya. Sehingga kemandirian anak di sini terkadang gagal dilaksanakan. Mereka akan cenderung manja dan ingin dibantu oleh orang tuanya.
Di sini kesabaran dan ketelatenan guru sangatlah diuji. Tonggak keberhasilan pembelajaran salah satunya dari peran guru itu sendiri dan juga kerjasama orang tua. Terutama untuk anak saya sendiri yang kebetulan duduk di kelas A PAUD. Proses pembelajaran kelompok ini harus ekstra melakukan pendekatan agar anak bisa terus semangat.
Semoga pandemi ini segera enyah dari muka bumi. Sehingga kegiatan pembelajaran dan umumnya dunia pendidikan kembali bangkit. Sangat sulit mencapai keberhasilan belajar daring terutama untuk wilayah pedesaan yang masih sulit jaringan dan ekonomi warga yang tak memadai untuk mengadakan media berupa ponsel.
Warga tentunya berharap besar kegiatan tatap muka segera berlaku agar proses pembelajaran kepada anak bisa kembali dilakukan di sekolah dengan kegiatan yang efektif dan menyenangkan. Sehingga siswa bisa mencapai indikator dari kriteria kelulusan minimal.
Nah itulah beberapa kendala pembelajaran daring dan kelompok di rumah siswa PAUD di tempat saya. Bagaimana dengan daerah Anda?
Zatil Mutie
Cianjur, 25 Februari 2021
Pernah tayang di Kaskus
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H