Mohon tunggu...
Yayi Solihah (Zatil Mutie)
Yayi Solihah (Zatil Mutie) Mohon Tunggu... Guru - Penulis Seorang guru dari SMK N 1 Agrabinta Cianjur

Mencintai dunia literasi, berusaha untuk selalu menebar kebaikan melalui goresan pena.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ketika Ayah Pergi ke Pangkuan-Nya

11 Februari 2021   20:07 Diperbarui: 11 Februari 2021   20:23 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: guebanget.com

Dear Diary ....

Kehilangan adalah kata yang memiliki makna paling utama tentang kesedihan. Siapapun pasti permah mengalami kehilangan. Baik itu benda, orang terkasih, hewan kesayangan dll.

Seperti kejadian yang telah saya alami ini. Sosok ayah bagi semua anak adalah panutan. Ayah adalah pahlawan yang tak lelah berjuang demi kebahagiaan anak dan keluarganya.

Kehilangan sosok ayah tentunya membuat sebagian anak begitu down. Bahkan ada yang berubah perilaku atau karakter. Ada pula yang justru terpacu untuk menjalani hidup dengan perjuangan yang lebih besar karena termotivasi dan ingin membahagiakan ayahnya walau sudah tiada.

Dalam hidup saya, ayah adalah sosok paling disiplin dan keras dalam mendidik anak-anaknya. Kami 9 bersaudara bukanlah anak yang terbiasa dengan peluk dan cium manja seorang ayah layaknya keluarga lainnya. Tidak! Bagi kami ayah adalah sosok yang keras. Mungkin sikap ini terbentuk ketika harus membesarkan dan mendidik kami yang terlahir dalam kondisi pas-pasan.

Seingatku, kami pernah kehilangan rumah akibat kebakaran. Saat ini kami terpaksa tinggal di sebuag gubuk yang hanya dibangun dari bambu dan tiang kayu hutan alakadarnya. Alas gubuk itu adalah gedek bambu. Saat itu kami masih 8 bersaudara.

Kami dibesarkan di tengah lingkungan pertanian dengan sebutan mangkalan. Mangkalan adalah sistem tinggal di kebun atau hutan sambil bercocok tanam atau beternak. Mangkalan itu jauh dari perkampungan pada umumnya. Walaupun banyak tetangga yang sama-sama merantau untuk mangkalan.

Keseharian masa kecilku berkutat dengan parang, cangkul, garpu dan ani-ani. Namun, ayah sangat disiplin untuk masalah pendidikan. Kakak-kakakku tidak hanya tamat SD rata-rata mereka lulus Mts atau pondok pesantren. Kakak keduaku bahkan lulus Madrasah aliyah dengan perjuangan ayah.

Ayah sebenarnya lulusan pendidikan guru agama. Namun, beliau tidak pernah lulus tes CPNS. Jadilah beliau memilih merantau dan bertani. Sampingannya beliau menjadi amil atau petugas pencatat pernikahan di bawah penghulu.

Ayah, sangat keras mendidik kami agar tak pernah berleha-leha. Hidup baginya adalah tentang pengabdian dan perjuangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun