Berbicara tentang kota Cirebon memang tak akan ada hentinya. Banyak hal yang menarik dari kota berumur 600 tahun ini. Kota yang menjadi saksi bisu peralihan ragam generasi. Dari mulai zaman kerajaan Pajajaran hingga sekarang.Â
Kota ini tak pernah kehilangan jati dirinya, salah satunya adat dan budaya yang kental. Cirebon memiliki ciri khas sendiri walaupun berada di wilayah Sunda, alias Jawa Barat.Â
Kali ini kita akan mengulas adat pernikahan dan baju adat cirebonan. Penasaran bagaimana keunikannya?
Adat Pernikahan Cirebon
Adat pernikahan di Cirebon disebut dengan pelakrama ageng.Â
Adat dalam pernikahan ini lebih kental tradisi lokal yang bernuansa Islami sebagai landasan utama dari kesultanan Cirebon. Nilai kearifan lokal yang terselip di dalamnya berupa kesederhanaan dalam melaksanakan sebuah resepsi pernikahan.
Perbedaan terbesar dalam adat ini dengan adat pernikahan lainnya adalah dalam seserahan pernikahan yang hanya mensyaratkan umbi-umbian, sayuran dan mas picis saja (maskawin berupa uang atau perhiasan semampu pihak calon mempelai pria).
Dalam pelaksanaan prosesi ini masyarakat cirebon mengedepankan unsur islami yaitu menghindari "ria (sikap ingin dipuji)".
Adapun tahapan adat pernikahan Cirebon biasanya dibagi beberapa tahap:
1. Njegog atau tetali (meminang)
Sudah menjadi adat yang wajib dilakukan dalam prosesi pernikahan yaitu meminang atau melamar. Keluarga calon mempelai laki-laki datang untuk memohon izin orang tua mempelai wanita untuk melamar anaknya. Jika sudah sepakat maka akan dilanjutkan dengan menentukan tanggal pernikahan.
2. Seserahan
prosesi kedua sebelum menikah yaitu seserahan, orangtua pria akan datang dengan rombongan pembawa barang seserahan, yaitu: buah-buahan, umbi-umbian, sayur-mayur, pembawa mas picis yaitu mas kimpoi berupa perhiasan dan uang untuk diserahkan kepada orangtua calon mempelai wanita.Â
2. Siram Tawandari
Acara ini adalah siraman untuk kedua calon pengantin. Biasanya juru rias akan membawa keduanya ke tempat siraman (cungkup) diiringi orangtua dan sesepuh. Iringan gending nablong mewarnai prosesi ini. Calon pengantin akan mengenakan sarung batik bernama kain wadasan.
Dalam balutan bernuansa hijau, siraman dimulai dengan membalurkan lulur di dada dan punggung mempelai. Lalu orangtua dan keluarga lainnya bergantian membasuhkan air.Â
Air bekas siraman ini akan diberikan kepada keluarga yang hadir dan masih berstatus gadis atau jejaka, air ini akan dicipratkan dengan maksud anak gadis dan jejaka segera mendapatkan jodoh yang baik. Acara ini disebut bendrong siratÂ
3. Parasan
Prosesi dilanjutkan dengan acara parasan alias memaras, bagi calon pengantin wanita acara ini dimulai dengan ngerik yaitu membuang rambut halus pada wajah didampingi oleh orangtua dan para kerabat. Musik karawitan moblong mengiringi prosesi ini. Calon mempelai wanita akan murub mancur bagaikan bulan purnama setelah melaksanakan parasan.
4. Ziarah ke Astana Gunung Jati
Ritual ini dikhususkan jika calon pengantin adalah keturunan keraton Cirebon. Acara ini menyiratkan rasa hormat kepada leluhur.Â
5. Tenteng Pengantin
Pada hari pernikahan, keluarga mempelai wanita akan mengirimkan utusan sebagai ritual penjemputan calon mempelai pria. Dengan maksud membawa alias menenteng calon pria. Dalam hal ini kedua orang tua pengantin pria dilarang ikut bersama sang anak.
Selanjutnya rombongan yang tiba akan langsung disambut dengan menutupkan kain milik ibu pengantin wanita. Dan ijab kabul segera dilaksanakan. Prosesi ini bermakna jika pengantin pria telah menjadi menantu.Â
Baru setelah selesai ijab kabul, kain diambil kembali sebagai makna mempelai sudah mandiri tak lagi berada dibawah tanggung jawab orangtuanya.
6. Salam Temon
Selesai ijab kabul, pengantin dibawa ke teras rumah atau ambang pintu untuk melaksanakan prosesi injak telur.Â
Alat yang digunakan yaitu, pipisan atau sejenis batu persegi panjang/segi empat yang dibungkus dengan kain putih. Pengantin pria menginjak telur kemudian pengantin wanita melakukan sungkem dan membasuh kaki suaminya, pengantin wanita melakukan sungkem pada suaminya.Â
Rangkaian prosesi ini bermakna perubahan status seorang pria menjadi kepala keluarga yang harus dihormati dengan pengabdian seorang istri penuh cinta kasih.
Bila pengantin berasal dari keluarga yang cukup berada, akan diiringi prosesi gelondongan pangareng yaitu membawa upeti berupa barang (harta).
7. Sawer atau Surak
Prosesi ini dilakukan dengan melemparkan uang receh bercampur beras kuning dan kunyit. Sebagai pertanda rasa syukur orangtua agar anaknya bisa harmonis.
Baca juga: Sistem Aturan Pernikahan Adat di Minangkabau
8. Pugpugan Tawur
Pugpugan ini terbuat dari ilalang atau daun kelapa yang sudah lapuk. Kepala pengantin ditaburi pugpugan. Bermakna agar pernikahan dapat awet bagaikan ilalang yang terikat erat sampai lapuk. Selesai acara, baru pengantin pengantin dibawa ke pelaminan. Orangtua pengantin pria lalu dijemput oleh kerabat dari pengantin wanita untuk bersama-sama mendampingi pengantin di pelaminan.
9. Adep-adep Sekul
Prosesi adat ini terdiri dari: Nasi ketan kuning ini dibentuk seperti bulatan kecil berjumlah 13 butir. Pertama, orangtua pengantin wanita menyuapi pengantin sebanyak empat butir. Dilanjutkan dengan orangtua pihak pria memberi suapan sebanyak empat butir. Lalu empat butir lagi, kedua pengantin bergantian saling menyuapi.Â
Sisanya satu butir untuk diperebutkan, siapa yang mendapatkan butiran nasi ketan kuning terakhir melambangkan bahwa dialah yang akan mendapatkan rezeki paling banyak. Sebagai adab dalam keluarga maka suami atau istri harus sama-sama memakan satu butir sisa itu sebagai perlambang keharmonisan.
Prosesi ini dilaksanakan dengan cara duduk berhadapan alias adep-adep. Yang bermakna kerukunan pasangan, hormat orangtua dan mertua.Â
10. Sembah sungkem
Prosesi dilanjutkan dengan sembah sungkem pada orangtua dengan berjongkok . Kedua pengantin memohon doa restu untuk membina rumah tangga. Setelah selesai, kidung Kinanti akan diperdengarkan dengan harapan agar pengantin dapat menjalankan bahtera rumah tangga yang sakinah, awet hingga ajal menjemput.
11. Pemberian doa restu, ucapan selamat, dan hiburan
Setelah sungkeman, dilanjutkan bersalaman dengan para keluarga dan kerabat sebagai permohonan doa dan restu. Kemudian acara disuguhkan tari-tarian yaitu tari topeng cirebon, tari bedaya cirebon dan tari tayub.
- Pakaian Adat Cirebon
Adapun baju adat dalam pernikahan Cirebon ini memiliki tiga jenis baju adat yang memiliki corak yang khas mencirikan perbedaan status sosial dalam masyarakat. Nuansa hijau dan hitam adalah yang paling utama dalam adat cirebonan.Â
- Pertama
- Baju Adat Pengantin Kebesaran Cirebon.Â
Baca juga: Tradisi Pernikahan Adat Sunda Kuningan
- Baju adat kepangeranan
- Ketiga
- Baju adat Abah-abah Bandon
Nah, itulah ulasan tentang uniknya adat pernikahan dan baju pengantin dari daerah Cirebon. Semoga bisa menambah wawasan kita tentang kekayaan budaya nusantara. Terima kasih.
Referensi:
Wikipedia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H