Mohon tunggu...
Zata Al Dzahabi
Zata Al Dzahabi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis, Content Creator, Podcaster

Introvert yang senang menulis

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Arab Saudi Jalin Kerja Sama Strategis dengan China & Rusia Tingkatkan Kekuatan Militer Udara, Siap-Siap Serang Israel?

26 Juni 2024   14:31 Diperbarui: 26 Juni 2024   14:31 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Detikcom (potret Pangeran Mohammed bin Salman bersalaman dengan Xi Jinping)

Arab Saudi & Konflik Timur Tengah

Timur Tengah (Middle East) hingga kini menjadi wilayah yang paling tidak stabil di muka Bumi daerah yang dihuni Bangsa Arab ini, tidak henti-hentinya dilanda konflik dan peperangan antar negara bahkan perang-perang saudara. 

Seperti konflik Yaman antara Pemerintah melawan Houti, Arab Saudi yang kerap ikut campur dalam konflik-konflik negeri tetangga, mulai dari konflik Irak melawan Iran (Perang Teluk), sampai konflik di Gaza Palestina. 

Oleh karena itu Arab Saudi saat ini sedang melakukan investasi besar-besaran untuk Militernya, khususnya Angkatan Udara karena mereka memiliki wilayah daratan yang luas. 

Sehingga jalur udara adalah cara yang paling efektif untuk menjaga keamanan wilayah daratan, karena menggunakan jet tempur mobilisasi Militer akan sangat cepat dan bisa menjangkau negara tentangga juga.

Untuk memperkuat Militernya Arab Saudi dengan gencar membeli senjata baru seperti Rudal, Misil Udara, Jet Tempur, sampai Pelontar Rudal Anti-Peswat (Iron Dome). 

Kersten Knipp jurnalis DW.com menjelaskan para Pakar Geopolitik Timur Tengah menilai, hubungan Arab Saudi dengan Israel semakin memburuk setelah serangan Hamas 7 Oktober 2023 lalu. 

Di Forum Doha (pertemuan pemimpin negara-negara Timur tengah), Arab Saudi menegaskan bahwa normalisasi hubungan antara mereka dengan Israel sudah tidak mungkin dilakukan. 

Mengingat Israel yang membalas serangan Hamas dengan brutal kepada warga sipil Gaza, sama sekali tidak sebanding dengan apa yang dilakukan Hamas di serangan 7 Oktober.

Anggaran Pertahanan

Membaiknya kondisi ekonomi Arab Saudi dan meningkatnya kekhawatiran akan konflik saat ini dimana serangan Israel dapat menjalar ke negara-negara tentanga Palestina, seperti Lebanon, Yordania, Irak, dan Yaman. 

Pemerintah Arab Saudi mulai secara besar-besaran meningkatkan anggaran pertahahanan negara, peningkatan derastis terhitung selama 3 tahun terakhir pada 2021 55,56 miliar US Dollar, 2022 65,3 miliar US Dollar, dan 2023 69,1 miliar US Dollar. 

Belanja Militer Arab Saudi, diperkirakan akan meningkat sebesar 4,5% selama 4 tahun mendatang mencapai 86,4 miliar US Dollar. 

Khusus untuk Angkatan Udara anggaran diperkirakan mencapai 15,8 miliar US Dollar, jika dihitung ke total rata-rata PDB Arab Saudi mengeluarkan sebesar 7,9% dari seluruh pendapatan negara mereka salaam 2019-2023. 

Dengan jumlah tersebut kini negara penghasil minyak dunia ini menempati posisi ke-9, dalam 10 negara dengan anggaran belanja Militer terbesar di dunia. 

Susi Setiawati Jurnalis CNBC Indonesia menjelaskan berdasarkan data dari Stockholm International Peace Research Institute, Arab Saudi adalah negara dengan anggaran belanja Militer tertinggi di Timur Tengah. 

Dengan angka sebesar 75,01 miliar US Dollar, kemudian di posisi kedua ada Israel yang mencapai 23,41 miliar US Dollar kalau negara satu ini sudah jelas tujuannya untuk apa. 

Konflik di Gaza membuat Israel harus mengeluarkan dana besar-besaran untuk Militer mereka, bahkan baru-baru ini PM Israel Benjamin Nentanyahu meminta tambahan dana sebsar 15 miliar US Dollar. 

Meski demikian Arab Saudi belum melakukan tindakan yang nyata di kondisi sekarang, mereka tidak memberikan bantuan Militer ke Palestina yang jelas-jelas sedang dibantai oleh Israel.

Konflik Yaman & Mulai Tidak Percaya dengan AS

Lalu apa yang menyebabkan Arab Saudi gencar melakukan usaha peningkatan Militernya? Sebenarnya sejak konflik Yaman pada 2015, negara ini sudah melakukan perbaikan dan investasi besar-besaran untuk Militernya. 

Houti yang saat itu merupakan musuh utama mereka menyerang fasilitas-fasilitas sipil dan pusat energi milik Arab Saudi, menggunakan ratusan Rudal Balistik ditambah lagi penurunan kepercayaan terhadap jaminan keamanan dari Amerika Serikat. 

Karena itu Arab Saudi harus menguatkan Militernya sendiri, demi memertahankan tanah air mereka dari segala ancaman-ancaman konflik yang bisa terjadi. 

Pemerintah Arab Saudi berambisi  menjadi negara yang memiliki industri Militer sendiri, agar kedepannya setidaknya 50% kebutuhan pertahanan negara bisa terpenuhi dengan produk-produk Militer dalam negeri. 

Renggangya hubungan antara Arab Saudi dan Amerika Serikat, terbukti dengan keputusan Pemerintah Arab untuk menjual minyak mereka tanpa menggunakan US Dollar. 

Visca Rusdiyanti Jurnalis Kumparan.com menjelaskan keputusan Arab Saudi, menjual minyak dengan mata uang dan harga mereka sendiri menjadi titik balik dalam sejarah ekonomi global. 

Kebijakan ini berdampak besar terhadap hubungan ekonomi internasional mereka dengan Amerika, selain itu kekuasaan Amerika Serikat terhadap sistem keuangan dunia perlahan akan hilang. 

Alasan Arab Saudi untuk tidak lagi menggunakan US Dollar dalam jual beli minyak, adalah hubungan mereka dengan Amerika yang semakin rumit dan memanas. 

Memang mereka selama beberapa puluh tahun terakhir adalah mitra bisnis yang solid, tapi baru-baru ini Arab Saudi juga menjalin hubungan ekonomi yang kuat dengan 2 negara musuh Amerika yakni China dan Rusia.

Seberapa Canggih Angkatan Udara Arab?

Lalu dengan investasi sebesar itu kira-kira sekarang Militer Angkatan Udara Arab Saudi sudah secangih dan sekuat apa?, sebagian besar alat-alat perang yang dimiliki Negeri Raja Minyak ini adalah buatan negara barat. 

Mitra utama mereka adalah perusahaan Militer Swasta Inggris dan Amerika Serikat meskipun secara jumlah Jet Tempur Arab memang tidak terlalu banyak, tapi jika bicara teknologi mereka tidak kalah dengan negara-negara barat. 

Total seluruh unit angkatan Udara Arab Saudi berjumlah 914 armada, Jet tempur andalan mereka adalah Eurofighter Typhoon menggantikan Tornado Panavia. 

Jet Tempur lama yang sudah menjadi mesin perang utama sejak 1990an, Eurofughter Typhoon dikenal sangat lincah dan dirancang menjadi mesin perang yang ganas karena memiliki 8 Rudal Jelajah. 

Hanya saja Arab Saudi sempat kesulitan melakukan pembelian masal pesawat ini, karena Jerman sebagai negara pemilik lisensi Eurofighjter Typhoon sempat memblokade penjualan ke timur tengah di awal 2023. 

Fatmawati Jurnalis Okezone.com menjelaskan, Arab Saudi juga memiliki Pesawat F-15 buatan Amerika sebanyak 238 unit. 

Pesawat ini dapat menempuh jarak hingga 2.400 mil dalam kondisi bahan bakar penuh ini setara jarak dari Utara Irak ke Selatan yaman, F-15 dapat melakukan serangan jarak jauh dengan 10 Rudal Jelajah. 

Sedangkan untuk serangan jarak dekat pesawat ini memiliki meriam kaliber 20mm dengan kapasitas 500 butir peluru, jet Tempur ini dapat terbang hingga ketinggian 18.288 meter di atas permukaan laut.

Ingin Membuat Drone bersama China

Meskipun Arab Saudi adalah negara dengan Militer tercanggih di Liga Arab mereka hanya membeli sedikit Drone Tempur, mereka masih memandang Drone hanyalah aset tambahan bukan mesin perang utama. 

Dikutip dari The New Arab pada 2022 lalu Arab Saudi dikabarkan akan mulai memproduksi Drone Militer mereka sendiri, negeri Raja Minyak ini berambisi menjadi negara industri penghasil alat-alat perang terbesar di dunia. 

Mereka menggandeng China sebagai mitra untuk mengembangkan proyek ambisius jangka panjang ini, bahkan Arab Saudi sudah mendapatkan lisensi dari Chengdu Aircraft Industry Group. 

Salah satu perusahaan Militer terbesar di China untuk mengembangkan hingga 300 unit Drone Tempur, ini adalah ancaman bagi Amerika Serikat dan Israel. 

Andika Hendra Mustaqim Jurnalis SINDONEWS.com menjelaskan hubungan antara Arab Saudi dan China, sebenarnya sudah semakin dekat sejak Januari 2024. 

Dimana saat itu Pemerintah China mengundang Perwakilan Arab Saudi ke Forum Organisasi Kerja Sama Shanghai (Shanghai Coorporation Organization), China juga menjalin kerja sama strategis dengan petinggi-petinggi Saudi. 

Termasuk berdiskusi terkait pentingnya hubungan timbal balik antara kedua negara di kondisi saat ini, selain itu Arab Saudi juga menjalin hubungan baik dengan Rusia sejak tahun 2015. 

Omar Munassar Pakar Geopolitik dikutip dari Manara Magazine berpendapat, peran penting Arab Saudi di Timur Tengah sebagai negara terkuat yang saat ini sudah mulai muak dengan PBB dan Amerika. 

Memberikan peluang bagi China dan Rusia untuk menarik Arab Saudi ke kubu mereka, kedua negara ini sudah mengamati dinamika hubungan Arab Saudi dengan Amerika sejak lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun