Sepele, tapi Menyinggung?
Beberapa waktu lalu ada sebuah tren yang cukup menarik di media sosial Twitter yakni pembahasan tentang hal-hal sepele tapi membuat orang tersinggung, dalam kasus ini yang dianggap paling sering tersinggung adalah Gen Z.Â
Karena ada beberapa hal yang dimiliki generasi lain tapi Gen Z sulit memilikinya, seperti rumah yang sudah jelas karena harganya sekarang sagat mahal.Â
Kemudian ada juga mobil yang harganya mencapai ratusan juta membuat para Gen Z harus menabung bertahun-tahun untuk memilikinya, karena gaji masih UMR bahkan ada yang di bawahnya sehingga sangat untuk punya mobil.Â
Lalu yang terakhir tidak kalah penting dan cukup sering membuat orang tersinggung adalah uang, karena Gen Z ini kebanyakan baru merintis karir atau ada juga yang masih mencari pekerjaan.Â
Jadi mereka bisa dibilang hanya memilikiuang yang cukup untuk dirinya sendiri, sehingga pembahasan tentang uang atau gaji ini bisa menjadi sangat menyinggung mereka.Â
Silvy Riana Putri Jurnalis CANTIKA menjelaskan di dunia kerja pola pikir dan cara pandang Gen Z juga berbeda, sebuah survei yang dikutip dari Times of India pada 24 Oktober 2023.Â
Menemukan fakta bahwa Manajer atau pimpinan perusahaan seringkali kesulitan ketika bekerja dengan Gen Z, di antaranya adalah mereka lebih sering menuntut hak tapi tidak maksimal dalam bekerja.Â
Seperti kurang motivasi dalam melakukan kewajiban atau job desknya, banyak mengeluh kerja setengah-setengah tapi selalu menuntut hak.
Kenapa Gen Z Gampang Tersinggung?
Dari sini kemudan timbul pertanyaan kenapa Gen Z mudah tersinggung dengan pertanyaan-pertanyaan sepele yang berkaitan dengan 3 hal itu tadi?, kenapa mereka di media sosial terkesan sangat banyak masalah dalam hidupnya.Â
Para Gen Z ini dengan lantang dan tidak malu untuk menceritakan persoalan yang ia alami di media sosial, mulai dari masalahan keuangan keluarga, sampai masalah mental.Â
Apa kira-kira yang membuat Gen Z sulit untuk menggapai target-target yang bisa jadi sudah berhasil dicapai oleh generasi sebelumnya?, seperti 3 hal tadi punya rumah, beli mobil, dan memiliki finansial yang stabil.Â
Apakah benar Gen Z itu mental tempe seperti yang dikatakan banyak orang-orang tua?, sebenarnya sudah banyak riset yang menunjukan bahwa Gen Z adalah generasi yang kritis, kreatif, dan penuh dengan aspirasi baru.Â
Tapi di sisi lain mereka selalu dibanyang-bayangi oleh rasa cemas, khawatir, dan overthinking.Â
Rindi Salsabila jurnalis CNBC Indonesia menjelaskan, McKinsey Health Institute pernah melakukan survei kepada 100 Gen Z dari berbagai negara pada tahun 2022.Â
Hasilnya Gen Z perempuan ternyata memiliki resiko terkena penyakit mental 2 kali lipat, lebih tinggi daripada Gen Z laki-laki dan hasilnya secara umum memang mayoritas Gen Z memiliki masalah mental.Â
Untuk penyebabnya saat ini masih belum dapat dipastikan, tapi dalam peneltian tersebut dijabarkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi mental Gen Z.Â
Mulai dari dari kedewasaan pola pikir, sering atau tidaknya berkonsultasi dengan pakar kesehatan mental (psikolog), pola didik keluarga, kondisi lingkungan masyarakat, sampai media sosial.
Gen Z: Generasi Bingung
Generasi yang hidup di era media sosial ini juga mengalami kebingungan dalam menentukan identitas dirinya dan tujuan hidupnya, karena usia Gen Z yang antara 18-29 tahun ini mereka sedang berada di fase hidup yang cukup menantang.Â
Generasi ini sedang berada dalam perjalanan panjang dalam hidupnya untuk meraih tujuan dan cita-cita, Gen Z juga merupakan generasi yang unik karena mereka adalah yang pertama lahir di era digital.Â
Ini yang membuat generasi ini sangat terkoneksi dengan internet dan media sosial, mereka mampu beraktivitas, berekspresi, dan berkreasi di ruang digital.Â
Namun di sisi lain jika kita perhatikan tantangan yang dihadapi Gen Z juga banyak berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya, mereka menghadapi tantangan-tantangan yang belum pernah ada di zaman orang tua dulu.Â
Inilah salah satu yang membuat Gen Z di mata generasi lain seperti mental tempe, terlalu banyak mengeluh, cengeng dan lain sebagainya.Â
Professor Joe Nellis Akademisi dari Cranfield University menjelaskan generasi ini lahir di era teknologi, dimana tablet dan berbagai jenis smartphone sudah dijual dimana-mana di masa kecil mereka sudah memegang alat-alat canggih itu di tangan.Â
Gen Z lahir di era informasi yang begitu cepat, segala hal yang ingin mereka ketahui dapat dicari dan didapatkan hanya dengan jari-jari mereka.Â
Gen Z mampu mencari materi dengan cepat melalui internet untuk berbagai keperluan mereka, mulai dari belajar, mengerjakan tugas sekolah/kuliah, mencari inspirasi kata-kata pembuka untuk presentasi kerja dan sabagainya.Â
Karena informasi yang tersebar dan disajikan ini begitu cepat, banyak, dan beraneka ragam, justru membuat Gen Z kecanduan internet ini alasan kenapa anak-anak muda lebih sering menatap layar hp.
Tekanan Sosial & Teknologi
Seperti yang dijelaskan sebelumnya Gen Z adalah generasi yang tumbuh di era teknologi tapi sayangnya ini justru membuat banyak dari mereka, kecanduan dan ketergantungan dengan yang namanya media sosial.Â
Ini sangat berdampak pada kondisi kesehatan mental kita karena di media sosial segala hal bisa diposting dan dijadikan konten, semua itu juga bisa ditanggapi dan dikomentari dengan berbagai macam kata-kata.Â
Setiap opini yang disuarakan di media sosial bisa ditanggapi dengan berbagai macam komentar baik yang pro maupun kontra, ini yang membuat Gen Z lebih sering cemas dan stres karena memikirkan komentar orang lain.Â
Juga membuat kita lebih mudah tersinggung karena postingan seseorang di media sosial, bisa juga kita mendapatkan komentar negatif atau bahkan hujatan di media sosial karena postingan kita.Â
Media sosial membuat kita bisa berdebat dengan orang lain yang bahkan tidak kita kenal, tidak jarang perdebatan di media sosial berujung pada permusuhan dan kebencian.Â
Jurnalis McKinsey Health Institute Erica Coe menjelaskan kebanyakan para Gen Z ini, lebih sering mengungkapkan apa yang ia rasakan atau masalah yang sedang ia alami di media sosial.Â
Ketimbang bercerita dengan orang-orang terdekat seperti sahabat atau keluarga, mereka juga sering menyatakan bahwa dirinya memiliki masalah mental.Â
Tapi pembahasan ini tidak sesederhana sebab akibat karena kaitan antara pengunaan media sosial dengan kesehatan mental, sangat kompleks dan berbeda-beda di setiap kasus perorangan.Â
Hal mengejutkan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah generasi-genarasi atas seperti X dan Baby Boomer, ternyata menghabiskan waktu yang hampir sama dalam bermain media sosial yang membedakan adalah konten yan ditonton.
Terancam Digantikan AI
Generasi ini hidup di zaman yang segala sesuatunya bergerak begitu cepat karena teknologi saat ini banyak pekerjaan yang sudah digantikan AI (Kecerdasan Buatan), para Gen Z ini sedang merintis karir atau baru masuk ke dunia indsutri tapi sudah terancam.Â
Terutama mereka yang bekerja di bidang indsutri kreatif seperti Desainer Grafis, Animator, atau Penulis Naskah akan sangat mudah diantikan oleh AI.Â
Mereka sudah menghabiskan banyak biaya, waktu, dan tenaga untuk kuliah DKV (Desain Komunikasi Visual) selama 4 tahun, ketika lulus dan ingin masuk ke industri kreatif ternyata pekerjaan mereka sudah tergantikan oleh AI.Â
Itulah tantangan dan kenyataan pahit yang harus dihadapi Gen Z sekarang, pengetahuan dan pengalaman yang kita miliki selama ini menjadi tidak berguna.Â
Karena posisi pekerjaan kita sudah bisa dilakukan oleh sistem AI secara otomatis, sehingga diri kita sudah tidak relevan lagi.Â
Beatrice Nolan Jurnalis BUSINESS INSIDER menjelaskan, perkembangan AI di dunia industri memang menimbulkan kekhawatiran di kalangan para pekerja muda.Â
Dimana mereka teridiri dari Milenial dan Gen Z karena pengetahuan da keterampilan yang mereka miliki, juga dimiliki dan bisa dilakukan oleh AI data penelitian mencatat 45% Gen Z khawatir terhadap kehadiran AI di industri.Â
Tapi di sisi lain Gen Z merupakan generasi yang paling berpotensi, untuk menjadi pengendali sistem dan instrumen AI dalam mengerjakan tugasnya.Â
Ini terbukti dengan data dari penelitian lain yang menunjukan bahwa 82% Gen Z dari keseluruhan responden, menyatakan bahwa mereka telah mencoba menggunakan AI dalam menjalankan pekerjaannya. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H