Namun ada banyak cara yang bisa dilakukan masyarakat tentunya dari program/kebijakan yang dibuat pemerintah, karena mau bagaimanapun pemerintah adalah pemegang kekuasaan di dalam sebuah sistem sosial.Â
Jadi masyarakat bisa melakukan segenap cara dan kemampuan yang dimiliki, tapi tetap yang menyediakan fasilitas agar masyarakat dapat melakukannya adalah pemerintah.Â
Prof. Dr. Imam Suprayogo Dosen Sosiologi UIN Mulana Malik Ibrahim Malang menjelaskan, dalam kenyataannya memang tidak mudah memberantas kemiskinan karena seseorang menjadi miskin, bukan hanya karena tidak meiliki pekerjaan dan uang.Â
Tapi juga disebabkan mental orang itu sendiri yang tidak mau diajak berusaha untuk maju dan berkembang, mental buruk itu juga memunculkan kebiasaan-kebiasaan seperti malas bekerja, berjudi, mabuk-mabukan, sampai minum obat-obat terlarang.Â
Rancangan kebijakan pemerintah untuk memberantas kemiskinan, harus dibuat berdasarkan analisis mendalam yang tidak hanya melihat kemiskinan tapi juga faktor penyebabnya.Â
Seperti apabila penyebabnya adalah terbatasnya akses pendidikan, artinya pemerintah harus membuat regulasi pendidikan yang terjangkau agar masyarakat miskin juga mendapat pendidikan berkualitas.Â
Di indonesia memang sudah banyak sekolah-sekolah gratis di berbagai daerah, namun yang gratis hanya sekolahnya untuk peralatan sekolah mulai dari buku paket, alat tulis, tas dan lain-lain masyarakat miskin tetap harus membelinya sendiri.
Orang Miskin Dilarang Sakit
Memang tidak ada aturan tertulis khususnya di Indonesia yang melarang orang miskin untuk sakit karena akses kesehatan di negara ini adalah hak setiap individu, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa orang miskin tidak memiliki cukup modal dan uang.Â
Ketidakcukupan itu membuat mereka kesulitan mendapat akses, dalam berbagai aspek kehidupannya sebagai manusia dan warga negara yang memiliki hak asasi.Â
Salah satunya adalah akses ke layanan kesehatan jadi bisa dibilang, kalimat 'orang miskin dilarang sakit' adalah sebuah sindiran atau ungkapan kekesalan dari publik melihat mahalnya biaya kesehatan.Â