Makna & Filosofi Sungkeman
Bulan Ramadhan tahun ini hampir berakhir dan hari semakin mendekati hari raya Lebaran Idul Fitri bicara tentang hari Lebaran, selain identik dengan Sholat Ied salah satu tradisi yang setiap tahun pasti ada di hari raya ini adalah Sungkeman.Â
Prosesi yang khidmat dan terkesan sakral ini dilakukan dalam rangka saling memaafkan satu sama lain, antar kerabat atau keluarga besar dengan cara anak-anak muda bersimpuh/berlutut di depan orang tua.Â
Kemudian mereka mencium tangan orang tuanya (umumnya ayah, ibu, kakek, nenek), anak-anak muda lalu mengucapkan permohonan maaf kepada orang tuanya, sedangkan orang tuanya akan mendoakan dan memeberikan nasihat-nasihat kepada anak-anaknya.Â
Melansir dari TheAsianParent dalam artikel yang berjudul Tradisis Sungkeman Saat Idul Fitri, Ini Sejarah dan Makna Dibaliknya.Â
Dijelaskan bahwa istilah Sungkeman berasal dari kata 'Sungkem' yang dalam bahasa Jawa artinya adalah bersimpuh sambil mencium tangan, filosofi yang terkandung di dalam Sungkeman adalah simbol kerendahan hati seseorang.Â
Karena posisi tubuh yang membungkuk ketika Sungkem, menjadi isyarat akan sikap peduli kepada orang tua dan tidak egois dengan meminta maaf secara tulus sebagai anak.Â
Tradisi ini merupakan wujud penghormatan kepada orang-orang tua, dengan mengharuskan anak-anaknya bersimpuh dan mencium tangan mereka, merupakan tanda sebagai tanda bakti dan menyayangi orang tua yang sudah merawat dan mengasuh sejak lahir.
Asal Mula Sungkeman
Diceritakan saat itu pendiri Keraton Surakarta Kanjeng Gusti Pangeran Agung Mangkunegara I mengumpulkan seluruh pasukan pengawal Keraton sehabis Sholat Ied, untuk saling bermaaf-maafan satu sama lain.Â