Perang ini adalah salah satu yang paling legendaris dalam sejarah Yunani Kuno dan disebut sebagai misi bunuh diri bagi 300 Pasukan Sparta, sebab mereka kalah jumlah dalam perang melawan Kekaisaran Persia ini yang dikabarkan berjumlah ratusan ribu.Â
Pasukan Persia yang saat itu sedang menyerang Yunani, melihat sebuah jalan sempit di antara 2 tebing besar dipenuhi Pasukan Sparta yang dipimpin Raja Leonidas.Â
Melansir dari Kumparan.com dalam artikel karya Absal Bachtiar jalan sempit yang diapit 2 tebing itu, bernama Thermopylae dimana Pasukan Persia di bawah pimpinan Kaisar Xerxes telah, berhasil mengalahkan kota-kota di Yunani dan terus bergerak ke selatan.Â
Invasi Persia ke Yunani ini terjadi pada tahun 480 SM celah sempit di Thermopylae, membuat jumlah Pasukan Persia yang sangat banyak tidak ada artinya sehingga mereka kesulit menembus pertahanan 300 Pasukan Sparta.Â
Meskipun Pasukan Yunani hanya berjumlah 7000 orang, dengan 300 Pasukan Sparta sebagai pasukan inti di garis depan nyatanya membuat ratusan ribu Pasukan Persia kewalahan.Â
Begitu banyaknya Pasukan Persia di ruang sempit ini, membuat mereka kebingungan dan melukai satu sama lain karena inilah strategi Pasukan Yunani yang kalah jumlah.Â
Mereka sengaja menggiring Pasukan Persia ke celah sempit kemudian mereka menggunakan formasi bertahan, dengan begitu serangan Persia yang begitu besar bisa diredam bahkan diserang balik.Â
Untuk mengalahkan Pasukan Yunani Persia harus menabrak dengan brutal Pasukan Yunani, kemudian bertarung jarak dekat namun Pasukan Yunani, lebih memahami strateginya dan berhasil membantai ribuan Pasukan Persia di celah sempit itu.
Kisah perang ini pernah diangkat ke dalam sebuah film Hollywood berjudul '300' yang disutradarai oleh Zack Snyder dan diperankan Gerard Butler sebagai Raja Leonidas, film ini dirilis pada tahun 2006 dan berhasil meraih penghargaan MTV Movie & TV Award.Â
Kembali ke kisah Perang Sparta, Raja Leonidas memimpin 300 Pasukan Sparta dan ribuan prajurit dari aliansi beberapa kerajaan Yunani terus bertahan di celah sempit Thermopylae.Â
Mereka sedikit demi sedikit berhasil membantai Pasukan Persia, pertempuran ini juga menjadi yang terakhir bagi Raja Leonidas karena di pertempuran ini juga ia akhirnya mati.Â
Mengutip dari News.Okezone.com dalam artikel karya Rahman Asmardika kisah Raja Leonidas Si Pemberani, selalu dikenang dari generasi ke generasi sepanjang sejarah Yunani.Â
Khususnya kisah pertempuran Thermopylae yang begitu heroik, walaupun Leonidas hanya memerintah dalam waktu yang terbilang pendek yakni 10 tahun.Â
Hanya sedikit kerajaan/kota yang ikut bergabung dalam peperangan melawan Persia ini kebanyakan dari mereka memilih netral atau menyerah kepada Kaisar Xerxes, sementara Athena dan Sparta menjadi pemimpin dalam gerakan perlawanan terhadap Persia.Â
Xerxes putra Raja Darius kembali mengumpulkan kekuatan angaktan darat dan angkatan laut untuk melakukan serangan kedua, setelah serangan pertama Persia ke Yunani berakhir kekalahan di Peperangan Marathon pada 190 SM.
Pergerakan Pasukan Persia tertahan oleh pasukan aliansi Yuanani yang dipimpin Raja Leonidas di Thermopylae, sebelumnya mereka telah berhasil memasuki Hellespont yang sekarang bernama Dardanella, lalu maju ke Tharce, Makedonia, dan Thessaly pada 480 SM.Â
Sekarang kita akan membahas sedikit profil dari Raja Leonidas, ia adalah putra kedua Raja Anaxandrias dari istri pertamanya.Â
Dalam kebudayaan Sparta setiap anak laki-laki wajib mengikuti 'Agoge' yaitu pelatihan fisik yang keras dan brutal, laki-laki Sparta wajib mengikutinya dari kecil hingga berusia 30 tahun.Â
Selama mengikuti 'Agoge' mereka diajari kemampuan bertarung tangan kosong, ilmu pedang, melempar tombak, memanah, dan yang paling ekstrim adalah mereka dilepaskan ke alam bebas, di sana mereka akan bertahan hidup dari dinginnya alam liar dan berhadapan dengan hewan buas.Â
Di tahap ini yang bertahan adalah yang terkuat mereka yang bertahan akan hidup, sedangkan mereka yang gagal dipastikan mati entah dimakan hewan buas atau mati kedinginan dan kelaparan di alam liar.Â
Melansir dari Worl History Encyclopedia dalam artikel karya Joshua J. Mark di Sparta, laki-laki lebih didorong untuk menjadi pria yang tangguh untuk bertugas sebagai tentara bersenjata.Â
Meskipun pendidikan melek huruf juga diajarkan dalam kurikulum Sparta, namun aspek tersebut tidak terlalu pentng dibandingkan kemampuan militer dan bertahan hidup.Â
Tujuan 'Agoge' adalah mentransformasi anak laki-laki Sparta menjadi prajurit yang setia kepada negara dan saudara seperjuangannya, sehingga mereka harus bersedia mengesampingkan kepentingan keluarga mereka demi kepentingan negara.
Kembali ke kisah Raja Leonidas sebenarnya di Sparta putra pertama Raja mendapat pengecualian untuk tidak mengikuti 'Agoge' namun karena Leonidas adalah putra kedua, sehingga tidak diharapkan untuk mewarisi tahta ayahnya maka ia diwajibkan mengikuti pelatihan keras itu.Â
Saat itu yang mewarisi tahta Raja Anaxandrias adalah Cleomenes, kakak tiri Leonidas yang merupakan putra pertama dari istri kedua Raja Anaxandrias.Â
Leonidas baru naik tahta ketika Cleomenes meninggal ada beberapa versi mengatakan, Cleomenes menjadi gila dan akhirnya bunuh diri dari situ diangkatlah Leonidas sebagai Raja.Â
Mengutip dari TribunManado.co.id Leonidas menjadi Raja dari sebuah bangsa yang namanya selalu dikenang sepanjang sejarah, karena perjuangannya yang luar biasa melawan Persia.Â
Pada masa itu Xerxes Kaisr Persia berambisi menaklukan seluruh tanah Yunani, mendengar ancaman tersebut warga Yunani bersatu untuk melawan serangan Persia mereka membentuk aliansi dari beberapa kerajaan.Â
Raja Leonidas sendiri menjadi pemimpin Pasukan Sparta sebagai kekuatan utama Yunani, digabung bersama pasukan gabungan aliansi dari kerajaan-kerajaan Yunani lainnya.Â
Kawasan pertanian penting di Yunani yaitu Thesally berhasil diserbu Pasukan Persia pada 480 SM, Sparta yang kalah jumlah bertahan di jalur pantai Thermopylae untuk melakukan teknik defensif.Â
Mereka perlu ruang sempit untuk meredam serangan Persia dengan ratusan ribu pasukan mereka, tujuan Raja Leonidas menetapkan pasukannya bertahan di Thermopylae bukan untuk menghancurkan Persia.Â
Namun untuk menahan mereka sampai angkatan laut Persia berhasil dikalahkan oleh Pasukan Athena, kekuatan 300 Tentara Sparta memang luar biasa terbukti mereka berhasil menahan dan membunuh ribuan Pasukan Persia di Thermopylae, meski pada akhirnya mereka semua mati oleh hujan anak panah dari Persia. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H