Â
Sejenak kita tinggalkan dulu kisah Alice sekarang saya akan membahas mengenai mimpi dan kenyataan secara teori, dalam kajian filsafat secara umum mimpi adalah sebuah ilusi yang sulit dibedakan dengan kenyataan, karena terkadang ketika kita bermimpi kita tidak menyadari bahwa itu hanya mimpi.Â
Mengutip dari Rumah Filsafat dalam artikel yang ditulis oleh Reza A.A Watimena banyak orang yang sulit membedakan antara mimpi dan kenyataan, terkadang kita menganggap mimpi sebagai pertanda akan sesuatu. bahkan tidak jarang kita juga mengira mimpi adalah kenyataan, Psikolog sekaligus pencetus teori Psikoanalisis asal Jerman Sigmund Freud pernah melakukan riset mengenai tafsir mimpi (Traumdeutung).Â
Coba renungkan kembali, kita menyadari bahwa kita sedang berimimpi biasanya adalah ketika kita terbangun, barulah muncul kalimat "oh ternyata itu hanya mimpi" jadi kesadaran kita-lah yang memutus mimpi dengan kata lain kesadaran membuat kita sadar akan mimpi.Â
Ketika kita sedang bermimpi kita mengira itu adalah kenyataan, memori tentang mimpi juga lenyap begitu cepat kita terkadang hanya ingat sedikit dari keseluruhan mimpi yang terasa begitu panjang bahkan terkadang tidak ingat sama sekali.Â
Konsep yang sudah diterima secara umum dalam ilmu Psikologi adalah mimpi merupakan proses emosional dari otak, melansir dari Merdeka.com apabila kita terbangun dari mimpi yang menakutkan atau aneh, mungkin kita akan bingung kenapa kita bisa memimpikan hal seperti itu.Â
Sejak dulu sudah ada banyak tafsir dari bebrbagai ilmu yang berusaha menjelaskan makna dari setiap mimpi, bahkan dalam Agama Islam pun ada tafsir mimpi yang sudah ada sejak zaman Nabi.
Dalam kajian Psikologi ada salah satu konsep yang bernama 'Mimpi Prekognitif' merupakan mimpi yang terjadi di kehidupan nyata, beberapa saat atau periode waktu tertentu baik panjang maupun pendek setelah mimpi terjadi.Â
Melansir dari Liputan 6Â sebenarnya Mimpi Prekognitif sudah ada sejak zaman sebelum Masehi, salah satu karya sastra di era Yunani Kuno pernah membahas tentang Mimpi Prekognitif dalam sebuah puisi dari tahun 2150 SM.Â
Istilah umumnya di masyarakat Indonesia adalah firasat, pada 350 SM seorang filsuf ternama Yunani Kuno Aristoteles membuat sebuah karya makalah yang menarik berjudul On Prophesying by Dreams.Â