Setelah kusikat habis rumah demi rumah lewat bunyi gitarku yang mungkin tidak karuan, akhirnya akupun menuju Buntu untuk pulang. Sampai di Buntu adzan magrib sudah menggema. Beruntung masih ada bus kecil (mikro) tujuan ke Kroya. Tak kuhitung recehan di saku-saku celanaku. Aku letih sekali dan ingin cepat-cepat sampai rumah, bahkan aku tidak sempat membeli ciu di Banyumas.
Di rumah adik-adikku sedang menonton televisi, si kecil Pata sedang disuapi makannya oleh Tia.
“Kluntang-kluntang, klunting!” Terdengar suara recehan yang kuambil dari saku-saku celananku dan kutaruh di meja kaca di ruang tamuku.
“Anca, sini, ayo, hitung ini!”
Anca datang ke meja itu, bersamaku mulai menghitung logam demi logam, dan beberapa lembar kertas ribuan dan 5 ribuan, yang tadi sudah di tukar oleh beberapa toko, untuk kembalian mungkin.
Hitunganpun selesei juga. “Delapan puluh dua ribu, ini masih ada recehan 400 rupiah,” kata Anca.
Alhamdulillah, Tuhan memberikan apa yang aku butuhkan.
Sebentar kemudian aku kebelakang untuk mandi, karena sudah terasa lengket sekali badan yang letih ini.
Itulah sedikit cerita kehebatan Tuhan bagiku. Dia memberikan apapun yang aku butuhkan, walaupun mungkin tidak seperti yang aku inginkan, tapi aku percaya Tuhan sudah menjawab doa orang mabuk sepertiku. Begitu besar kasih Tuhan. Bahkan untuk orang mabuk sepertiku pun masih Dia beri rejeki dan berkahnya.
dari wordpress saya: