Seiring bertambahnya usia, maka semakin bertambah pula kesibukan yang dihadapi. Begitupula dengan seorang mahasiswa, aktivitas dari mahasiswa bisa dikatakan sangat sibuk sehingga pemenuhan asupan gizi sangat jarang untuk dilakukan. Menurut Health Education Authority, usia antara 15 sampai 34 tahun merupakan konsumen terbanyak yang mengkonsumsi fast food,Â
lebih tepatnya bagi seorang mahasiswa yang merupakan salah satu SDM yang membutuhkan peningkatan status gizi, juga merupakan remaja yang rentan akan masalah gizi. Dengan cara meningkatkan asupan gizi yang berbanding lurus dengan peningkatan keaktifan serta kreatifitas guna menciptakan sumber daya manusia yang dapat berdaya saing.
Mahasiswa biasanya baru makan ketika sudah siang hari atau mungkin saja jadwal makan yang berantakan hingga tidak makan sama sekali. Hal ini dikarenakan jadwal kuliah yang padat atau aktifitas di laboratorium yang jadwalnya di pagi hari, bisa juga karena telat bangun, malas untuk sarapan, kesibukan orang tua, lingkungan sosial, kondisi ekonomi maupun tempat tinggal.
Kebanyakan mahasiswa yang bertempat tinggal di kos pasti memiliki kebiasaan makan yang tidak teratur dan pastinya lebih sering makan di luar, sehingga para mahasiswa lebih memilih fast food sebagai menu makan siang, malam maupun pagi, karena penyajian makanannya lebih hemat waktu serta bisa dimakan dimana saja dan kapan saja, penyajian higienis,Â
harga yang sesuai dengan kantong para mahasiswa, makanan modern yang merupakan makanan yang gaul bagi para anak muda, sehingga sangat cocok bagi mereka yang memiliki jadwal yang cukup sibuk.
Hal ini sesuai dengan apa yang saya alami selama ini, semenjak saya merantau untuk kuliah, asupan gizi dan juga makanan yang saya konsumsi itu sudah tidak teratur. Fast food atau makanan cepat saji ialah makanan yang kandungan nutrisinya sungguh terbatas.Â
Dan faktanya bahwa kandungan yang mendominasi yakni seperti garam, lemak, gula dan kalori. Dan ketika kita mengkonsumsi makanan cepat saji secara terus menerus hal tersebut akan menimbulkan permasalahan penyakit dan kenaikan berat badan berupa obesitas.
Menurut Riskesdas pada tahun 2018 bahwa obesitas yang terjadi pada usia 18 keatas mengalami peningkatan yang cukup signifikan yakni sebesar 21,8% yang mana 5 tahun sebelumnya yakni 2013 sebesar 14,8%.Â
Selain dari itu menurut data Global School Health Survey di tahun 2015 bahwa pola makan remaja yang tidak sarapan sekitar 65,2%, yang kurang mengonsumsi serat sayur dan juga buah sebesar 93,6% dan sering mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung penyedap yakni sekitar 75,5%.Â
Sehingga bisa dikatakan bahwa konsumsi makanan fast food sangat mempengaruhi status gizi seorang mahasiswa terlebih itu akan menimbulkan masalah kesehatan seperti obesitas.Â
Obesitas ialah keadaan dimana seseorang memiliki berat badan yang lebih berat dibanding berat badan idealnya yang menyebabakan terjadinya penumpukan lemak tubuhnya. Selain dari obesitas itu sendiri juga dapat menyebabkan penyakit jantung yang bisa saja sampai pada kematian.
Kebiasaan makan yang berlebihan dapat menyebabkan obesitas. Obesitas terjadi ketika seseorang membakar lebih banyak kalori daripada yang dia bakar. Pada dasarnya, tubuh membutuhkan asupan kalori untuk bertahan hidup dan aktif secara fisik, tetapi menjaga berat badan membutuhkan keseimbangan antara asupan energi dan keluaran energi.Â
Keseimbangan energi yang terjadi dapat menyebabkan kelebihan berat badan dan obesitas.
Bisa dikatakan bahwa suatu problematika konsumsi fast food yang berdampak obesitas, yang mana dalam kasus ini mahasiswa yang asupan gizinya tidak sealu diperhatikan . Melihat  dari data dan juga faktor kemungkinan seorang mahasiswa kita bisa menarik kesimpulan bahwa konsumsi fast food setiap saat akan sangat berbahaya dan bisa saja mengakibatkan penyakit berupa obesitas.Â
Walaupun sebagai mahasiswa kita susah untuk mengatur asupan kita, tetapi sebaiknya kita mengurangi konsumsi fast food mulai dari sekarang.  Untuk menjaga kesehatan dan hidup sehat kedepannya, mari lebih menjaga asupan gizi  dan makanan yang kita konsumsi. Karena kalau bukan kita yang menjaga kesehatan kita sendiri, siapa lagi??
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H