Mohon tunggu...
Zasmi Arel
Zasmi Arel Mohon Tunggu... -

Blogger yang senang menulis tapi belum menjadi penulis dan senantiasa bermimpi menjadi penulis dengan buah karya hasil dari yang ditulis..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

The Hive Hostel Backpacker Singapore

11 Maret 2011   04:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:53 2195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika memutuskan akan melancong ke Singapura, disamping urusan passport, tiket, visa, yang tak kalah penting adalah mencari tempat menginap. Urusan tempat menginap ini menjadi penting karena Singapura terkenal dengan tarif penginapan yang tidak murah. Pilihan tempat juga sangat perlu, karena berpengaruh juga terhadap isi kocek, apakah mau ambil sekelas hotel (mulai dari yang berbintang sampai yang tidak berbintang) atau sekelas hostel. Tempat mana yang dipilih, tentu tergantung masing-masing orang.

Untuk urusan mencari penginapan ini saya serahkan kepada istri. Kalau saya pribadi tidak begitu masalah mau menginap di mana, asalkan bersih, fasilitas minimal yang diperlukan tersedia dan akses mudah... (itu mah sama aja milih bos.. hehehe). Hal yang pertama kami lakukan adalah searching info dari tulisan orang yang pernah melancong ke Singapura. Karena cerita dari yang sudah mengalami akan sangat membantu saat kita melihat-lihat website dari beberapa penginapan yang bisa kita buka di internet. Dari beberapa postingan kami memperoleh gambaran bahwa meskipun sekelas hostel ternyata penginapan di Singapura lumayan bersih.

Kemudian kami menentukan jenis dan rate yang sesuai dengan kocek. Setelah cek n ricek sana sini, istri saya akhirnya mengatakan lebih baik kita mencari penginapan sekelas hostel backpacker. Saya langsung mengaminin. Bukan hanya lantaran harganya yang relatif murah, tapi saya ingin merasakan bagaimana melancong ala backpacker sesungguhnya. Lagi pula, tujuan kami ke Singapura adalah untuk jalan-jalan, bukan untuk tidur or berdiam diri di hotel. Sehingga sudah bisa dipastikan waktu kami akan lebih banyak di jalanan. Paling penginapan hanya untuk numpang tidur dan sarapan saja. Jadi agak sayang kalo mencari penginapan dengan rate yang mahal, lumayan kan kelebihannya bisa dialokasikan untuk yang lain... hehe.

Setelah melakukan proses searching, cek n ricek serta perbandingan satu tempat dengan tempat yang lain, pilihan kami akhirnya jatuh pada The Hive Hostel Backpacker. Sebenarnya ini adalah pilihan yang ketiga. Pertama kali pilihan kami sebenarnya jatuh ke Ali's Nest di daerah Little India. Namun sayang, reservasi kami lewat internet tidak ditanggapi. Pilihan kedua adalah InnCrowd Hostel. Tapi ternyata untuk tanggal yang kami pesan sudah full book (penonton kecewa...). Baru kemudian kami dapat referensi The Hive Hostel Backpacker. Istri saya segera melayangkan email reservasi ke alamat email yang tertera di website mereka, dan langsung dijawab.

Untuk mencapai lokasi hostel ini, bagi pelancong yang pertama kali menginjakkan kaki di Singapura seperti kami terbilang gampang. Setelah proses di bagian imigrasi dan pengambilan bagasi di Terminal 1 Changi Airport, kami menumpang Skytrain (yang memang disediakan bagi penumpang pesawat) menuju Terminal 2 Changi Airport. Keluar Skytrain, kami berjalan menuju pintu masuk Mass Rapid Transit (MRT). Dari Changi Airport kami memang sengaja memutuskan untuk menggunakan jasa MRT, tentunya dengan maksud ingin membuktikan cerita orang-orang tentang kenyamanan dan kemudahan sistem transportasi terbesar di Singapura ini.

Petunjuk menuju lokasi pintu masuk MRT ini sangat jelas, jadi tidak perlu takut tersasar. Setelah menempelkan EZ Link Card pada pintu masuk kami kemudian menuju platform MRT Changi Airport. Oh ya, sebagai informasi saja, jika kita memutuskan bepergian menggunakan jasa MRT atau Bus selama di Singapura lebih baik dan lebih gampang kita membeli EZ Link Card. Kartu ini bisa digunakan untuk keduanya, baik untuk naik MRT maupun Bus. Jadi kita tidak perlu repot-repot bayar, tinggal nempelin kartu pada panel yang disediakan, masuk deh.

EZ Link Card bisa dibeli pertama kali seharga sgd 15 dengan nilai kartu sebesar sgd 10, artinya yang sgd 5 akan hangus atau tidak bisa direfund kembali sebagai biaya kartunya. Catatan saja, jika kita punya kenalan yang pernah ke Singapura dan masih menyimpan EZ Link Card, kita bisa pinjam dari dia. Sesampai di Singapura kita tinggal top up, lumayan, kita bisa saving sgd 5 daripada kita beli....:-)

Kalau nilai kartunya sudah menipis dan kita masih ingin bepergian, EZ Link Card bisa di top up di General Ticketing Machine dengan nilai value minimum sgd 10 setiap isi ulangnya. Sebaliknya, bila kita sudah tidak mau menggunakannya lagi (kasus untuk kartu yang kita beli sendiri, bukan yang pinjaman), nilai sisa kartunya bisa direfund dan uang kita kembali. Semua transaksi bisa dilakukan di General Ticketing Machine. Atau jika kita mau ber-transaksi secara cash money bisa juga langsung mendatangi counter/petugas di setiap titik point/stasiun/terminal MRT. Gampang dan cepat...

Kembali ke arah menuju lokasi The Hive Hostel, dari titik point/ stasiun MRT Changi Airport (di Terminal 2), kita naik MRT dan nantinya turun di stasiun MRT Tanah Merah. Dari sini kita berganti (interchange) MRT yang menuju Outram Park. Turun dari stasiun Outram Park kita interchange MRT yang menuju Punggol. Nah nanti kita turun di Stasiun MRT Boon Keng. Sekali lagi, jangan khawatir kesasar, karena petunjuk baik di areal stasiun maupun di dalam MRT nya sendiri sangat jelas. Kita tinggal mengikuti petunjuk lampu di setiap titik point/stasiun pemberhentian.

Oh ya, sebagai informasi lagi, jangan pernah makan, minum, merokok dan juga membawa barang yang mudah terbakar di areal stasiun dan di dalam MRT (termasuk di dalam Bus). Aturan dan pengumuman untuk hal tersebut sangat jelas, berikut denda yang akan dikenakan. Apabila ketahuan makan dan minum akan didenda sgd 500 (tambahan juga ada gambar durian-nya), untuk merokok sgd 1000, dan jika membawa barang mudah terbakar dendanya adalah sgd 5000.  Saya perhatikan orang singapura sangat tertib untuk urusan ini. Di samping itu kamera CCTV juga bertebaran dimana-mana. Mmm... pantasan saja selama  berada di areal stasiun dan dalam MRT saya tidak menemukan tempat sampah satu pun.

Dari stasiun MRT Boon Keng ini kami menuju pintu keluar. Ada dua petunjuk yang mengarah ke Serangoon Road (lokasi the Hive Hostel), yaitu Pintu B dan Pintu C. Karena belum tahu kami coba keluar melalui Pintu B. Ternyata yang kami temukan adalah jalan menuju sebuah pasar dan apartemen. Kami tidak begitu paham nama pasar dan apartemen tersebut, namun yang pasti nuansa seperti sebuah perkampungan china sangat terasa. Tenggok kiri kanan, tidak ada petunjuk yang mengarah ke Serangoon Road.

Karena haus, kami masuk ke sebuah mini market, 7-eleven namanya (belakangan kami ketahui ini adalah satu mini market yang buka 24 jam di Singapura). Kami membeli air mineral merek lokal 2 botol seharga sgd 1.80. Saat membayar, kami bertanya ke pelayan di kasir tentang lokasi The Hive Hostel. Pelayan tersebut menggelengkan kepala pertanda tidak tahu.

Akhirnya kami putuskan untuk turun lagi ke dalam koridor stasiun MRT Boon Keng dan mencoba keluar dari Pintu C. Dan... sim sa labim... begitu kami keluar langsung kelihatan jalan besar (Serangoon Road) dan dari kejauhan tampak sebuah bangunan berwarna kuning hitam dipertigaan jalan. Kami berjalan menyusuri trotoar jalan menuju bangunan tersebut, dan tepat seperti dugaan kami tadi, bangunan itu adalah The Hive Hostel Backpacker yang kami cari.

Sekitar Pukul 12.15 siang, kami tiba di the Hive, berarti total perjalanan dari Changi Airport adalah sekitar satu jam. Sesampainya di meja resepsionis kami langsung mengkonfirmasi kamar yang sudah kami pesan melalui email sebelumnya. Dan syukurlah, ternyata masih tercatat dengan baik. Hanya saja mengingat waktu check-in di hostel tersebut adalah pukul tiga sore, akhirnya kami putuskan untuk menitipkan tas di resepsionis untuk kemudian melakukan jalan-jalan terlebih dahulu.

Rencananya kami akan menginap dua malam di The Hive dan kami mendapatkan Twin Room with small balcony sgd 55 (untuk malam pertama) dan Double Deck Room sgd 45 (untuk malam kedua). Ini artinya kami harus berganti kamar di hari kedua. Tapi sebagaimana yang sudah kami sampaikan saat proses reservasi, hal tersebut tidak menjadi masalah. Total untuk dua malam adalah sgd 100.

Di samping kamar yang kami pesan tadi, hostel ini memiliki beberapa pilihan kamar seperti Single Room sgd 30, Double Room sgd 42-60, Twin Room sgd 50 (beda dengan yang kami dapat Twin Room with small balcony), Triple Room sgd 80, dan Quad Room/2 Double Deck Room sgd 85. Bagi yang pergi sendirian dan merasa sayang dengan rate di atas jangan khawatir, hostel ini menyediakan juga Open Dorm Bed dan Female Dorm Bed (khusus untuk cewek) seharga sgd 20. Semua kamar ber-AC termasuk ruangan Open Dorm Bed.

Namanya juga sekelas hostel, jangan membayangkan wujud ruangan kamarnya semegah ruang kamar layaknya di hotel-hotel. Kamar yang kami tempati berukuran sekitar 2,5 x 3 m. Tapi sesuai dengan keinginan saya, kamar dan suasana di hostel ini cukup bersih dan nyaman.

Untuk kamar mandi berada di luar kamar, artinya kita sharing dengan penghuni/tamu yang lain. Tapi sepanjang pengalaman saya disana cukup tertib, alias jauh dari kesan berebutan. Kondisi kamar mandi nya pun bersih dengan fasilitas shower dan air panas... Wow! bukan bermaksud promosi, rasanya jarang-jarang sekelas hostel yang menyediakan fasilitas air panas seperti ini.

Yang asyik dari The Hive adalah suasana breakfast alias sarapan di pagi hari. Jika di hotel semua serba disediakan, suasana di The Hive berbeda. Untuk sarapan kita membuat dan menyediakan sendiri (self services). Menu utama yang disediakan adalah roti beserta perlengkapan membakar serta berbagai jenis olesan selai. Bagi yang suka dengan cornflakes juga tersedia beserta susu segarnya. Peralatan untuk membuat teh dan kopi panas pun juga tersedia. Dan untuk makan di ruangan khusus.

Selesai sarapan kita diharuskan mencuci sendiri perabotan (piring, sendok, garpu dan gelas) yang kita pergunakan. Tempat cuci piring nya sangat bersih dan selalu kering. Untuk sampah juga disediakan dan dipisahkan antara sampah kering maupun sampah basah. Jadi kebersihan di hostel ini menurut pengamatan saya selama menginap sangat dijaga. So, suasananya sangat frendly dan kayak di rumah sendiri. Yaaa.... layaknya para backpacker...:-)

The Hive juga menyediakan fasilitas internet untuk para tamu nya. Saya hitung ada 4 (empat) komputer yang bisa digunakan. Dan asyiknya fasilitas internet ini gratis untuk para tamu yang menginap, selama 24 jam non stop. Jadi jangan khawatir kita akan ketinggalan komunikasi dengan teman-teman kita di Indonesia atau dimanapun, atau barangkali hanya sekedar searching petunjuk or ber-facebook ria. Hmmm...sepertinya yang saya tulis terakhir ini lah yang paling banyak dilakukan oleh para tamu... hehehe.

Di samping fasilitas internet, The Hive juga menyediakan fasilitas telepon. Fasilitas telepon ini ditempatkan pada meja tersendiri di ruang tengah hostel. Tidak kalah asyiknya, fasilitas telepon ini dapat digunakan secara gratis...alias tanpa bayar. Tapi tunggu dulu, jangan salah kaprah, fasilitas gratis ini hanya untuk sambungan lokal alias seputar Singapura saja. Kalau untuk interlokal ya tetap bayar.

Bagi yang senang berbelanja, di dekat The Hive juga terdapat mall besar dan pusat perbelanjaan. Kita tinggal mengambil arah kiri berjalan menyusuri Serangoon Road menuju perkampungan Little India, maka kita akan menemukan City Square Mall dan Mustafa Plaza. City Square Mall layaknya mall-mall biasa, lokasinya tepat di depan stasiun MRT Farrer Park. Apabila dalam suasana discount kita bisa mendapatkan pilihan harga yang murah jika dibandingkan di Indonesia. Sedangkan Mustafa Plaza lebih seperti Glodok Plaza.

Nah di belakang Mustafa Plaza ini (menyambung dengan gedungnya) terdapat Mustafa Center yang sudah amat terkenal dengan cerita harga murahnya, khususnya parfum. Dan benar saja, berbagai jenis parfum bisa kita dapatkan disini dengan harga yang lebih miring. Asyiknya lagi Mustafa Center ini buka 24 jam. Jadi jika kita menginap di The Hive kita bisa menjadikan Mustafa Center sebagai alternatif belanja tengah malam. Artinya pagi sampai malamnya kita bisa melancong dulu ke tempat-tempat tujuan lain di Singapura.

Bagi yang muslim, pilihan menginap di The Hive juga bisa menjadi alternatif yang tepat, mengingat lokasi hostel ini dekat dengan daerah Little India yang sebagian besar penduduknya adalah muslim. Sehingga untuk mencari makanan halal serta untuk sholat jumat (jika kebetulan kunjungan kita melewati hari jumat) tidak perlu khawatir, karena di daerah tersebut terdapat satu mesjid besar bernama Mesjid Angulia (tepat di depan Mustafa Plaza/Center) dan pilihan tempat makan halal.

So, bagi yang ingin melancong ke Singapura dan mencari pilihan tempat yang murah, nyaman dan bersih menurut saya The Hive Hostel Backpacker bisa dijadikan salah satu alternatif. Kami juga sempat menanyakan apakah disana boleh membawa anak kecil, dan ternyata boleh. Karena sekedar informasi lagi, beberapa hostel di Singapura tidak mengizinkan tamunya membawa anak kecil. Hal ini kami tanyakan barangkali kali nanti akan kembali ke Singapura dengan membawa si kecil kami. Artinya, bagi yang ingin membawa keluarganya juga dimungkinkan menginap di The Hive.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun