Alamak! darah “wong kito” saya bergejolak. Saya bilang ke dia jangan begitu caranya untuk menipu pendatang, cara dia justru menimbulkan image buruk terhadap kalangan sopir tuk tuk yang lain. Tapi apa hendak di kata, posisi kami ada di negara-nya , dan ibarat pribahasa bagi dia anjing menggonggong transaksi harus jalan terus. Malas berdebat lebih lama lagi, akhirnya saya kasih dia 800 rupee dan mendoakan semoga dia baik-baik saja di jalanan.
Hari berikutnya kejadian terulang lagi, begitu sampai di tikungan Galle Road selalu saja secara tiba-tiba muncul orang yang sok akrab. Bahkan kali ini lagi-lagi si Hasan. Wah, besar juga semangat ini orang pikir saya. Kami pun kembali menjelaskan dan kali ini ditambahkan jika kami sudah ke tempat tersebut. Mendengar penjelasan tersebut si Hasan undur diri dan menitipkan pesan jika kami mau ke sana lagi jangan segan-segan mencari dia di sekitar jalan tersebut.
Saya kemudian jadi penasaran. Otak menyelidik saya kembali main. Hari berikutnya saya mencoba memperhatikan lebih jeli pola si Hasan ini. Begitu keluar lobby hotel pandangan mata saya mulai awas. Kebetulan di depan kami ada seorang bule yang berjalan sendirian. Dan benar saja, selang beberapa menit kemudian ada yang mendekati si bule, sementara di tepi jalan bergerak pelan sebuah tuk tuk mengikuti pergerakan si bule dan orang yang mendekatinya. Rupanya si bule tidak berhasil dirayu, terlihat jelas kalau orang tersebut undur diri. Saya melihat di seberang jalan ada bule lain yang berjalan sendirian. Tiba-tiba orang tadi menyeberang dan mendekati si bule.
Dari sini akhirnya saya tahu pergerakan si Hasan dan kawan-kawannya. Mereka sepertinya merupakan orang-orang yang menjadi agen dari tempat pembuatan dan penjualan batu permata dan perhiasan di lokasi yang pernah kami kunjungi. Mereka nongkrong di dekat hotel-hotel besar yang mereka ketahui banyak tamu asingnya.
Dalam menjalankan aksi mereka bekerja sama dengan beberapa sopir tuk tuk. Pola mereka sama, mendekati tamu hotel yang berjalan kaki sendirian dan menawarkan jasa untuk mengantarkan ke tempat pembuatan dan penjualan perhiasan cukup dengan uang US$ 2 atau 200 rupee. Jika tamu yang berhasil mereka bawa akhirnya membeli perhiasan, mereka akan mendapatkan komisi dari pemilik rumah/toko.
Hmmm, ternyata tidak hanya di Indonesia, di negara lain pun berkembang kondisi seperti itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H