Dalam proses sosialisasi kebijakan publik antara pemerintah dan masyarakat nelayan, keterbatasan akses informasi menjadi salah satu hambatan utama dalam sosialisasi kebijakan kepada nelayan. Terisolasi di tengah lautan, nelayan seringkali sulit memperoleh informasi terkini mengenai program dan kebijakan pemerintah. Jarak geografis yang jauh dari pusat informasi membuat mereka kesulitan untuk mengakses data yang relevan dengan aktivitas penangkapan ikan mereka.
Komunikasi yang efektif merupakan kunci keberhasilan sosialisasi kebijakan. Namun, dalam konteks nelayan, seringkali terjadi miskomunikasi. Penggunaan bahasa yang terlalu formal atau teknis dalam penyampaian kebijakan membuat nelayan kesulitan untuk memahami. Selain itu, sosialisasi yang tidak mengakomodasi kearifan lokal dan budaya komunikasi nelayan juga menjadi penghalang. Pesan yang disampaikan menjadi kurang relevan dan tidak bermakna bagi mereka.
Kurangnya partisipasi nelayan dalam perencanaan kebijakan merupakan masalah serius. Ketika nelayan merasa tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, mereka cenderung apatis dan tidak percaya pada kebijakan yang telah dibuat. Padahal, nelayan adalah pihak yang paling memahami kondisi dan tantangan di lapangan. Dengan tidak melibatkan mereka, kebijakan yang dihasilkan seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi nelayan. Hambatan lain adalah distribusi informasi yang tidak merata. Proses sosialisasi kebijakan cenderung hanya menjangkau kelompok-kelompok tertentu, seperti tokoh masyarakat atau organisasi nelayan, namun tidak mencapai seluruh komunitas nelayan. Nelayan independen atau mereka yang bekerja sendiri sering kali terabaikan dalam proses sosialisasi ini, yang pada akhirnya menciptakan ketimpangan informasi di lapangan.
Terakhir ada juga, kapasitas aparat pemerintah dalam mensosialisasikan kebijakan juga perlu diperhatikan. Kurangnya pemahaman tentang karakteristik nelayan dan keterbatasan sarana komunikasi yang dimiliki seringkali menghambat proses sosialisasi. Petugas yang tidak memiliki kemampuan komunikasi yang baik akan kesulitan menyampaikan informasi secara efektif dan menarik minat nelayan.
Secara garis besar, permasalahan dalam sosialisasi kebijakan kepada nelayan berakar dari kesenjangan komunikasi, kurangnya partisipasi, dan ketidaksesuaian antara kebijakan dengan konteks lokal. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah perlu melakukan sosialisasi secara intensif dan berkelanjutan, melibatkan nelayan secara aktif dalam proses pengambilan keputusan, serta menyederhanakan bahasa dan saluran komunikasi. Hanya dengan demikian, kebijakan yang dibuat dapat diterima dengan baik oleh masyarakat nelayan dan memberikan manfaat yang optimal bagi semua pihak. Tetapi peran pemerintah di Pangandaran saat ini sangat membantu para nelayan, sehingga nelayan memanfaatkan sarana dan prasarana dari pemerintah secara efektif sehingga bisa masyarakat nelayan bisa meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H