Mohon tunggu...
Zaskia Hilmah S.E.M
Zaskia Hilmah S.E.M Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia

Zaskia Hilmah Salamah El Mahmudiyah seorang mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling di Universitas Pendidikan Indonesia yang memiliki hobi menonton film dan mendengarkan musik. Motto hidupnya adalah 'Susah senang tetap tenang'

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fobia Sosial: Gangguan Kecemasan Sosial pada Anak Usia Dini

3 November 2023   21:52 Diperbarui: 3 November 2023   22:09 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by RDNE Stock project from Pexels: https://www.pexels.com/photo/a-girl-sitting-lonely-by-herself-in-the-classroom-6936337/ Input sumber gambar

Dosen Pengampu: 

Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN, M.Pd

Nadia Aulia Nadhirah M.Pd

Gangguan Kecemasan sosial merupakan gangguan kecemasan yang seringkali terjadi pada manusia, tetapi jarang diketahui, sehingga jarang pemberian edukasi untuk mengatasi gangguan tersebut. Anak yang mengalami ketidaknyamanan ketika berinteraksi dengan anak lain atau orang dewasa sekalipun mungkin mengalami kecemasan sosial. Mereka biasanya akan menghindari situasi sosial yang mengharuskan mereka untuk berinteraksi atau tampi dan dinilai . Menurut Kearney 2005 (dalam Pebriani dan Kusuma, 2021) tuntutan sosial yang menekan anak untuk terlibat dalam berinteraksi dengan teman sebaya maupun orang dewasa lainnya menimbulkan mengganggu dan menakutkan bagi anak-anak tertentu.

Reaksi kecemasan yang terlalu berlebihan dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama dapat berubah menjadi gangguan yang dikenal gangguan kecemasan. kecemasan merupakan keadaan atau perasaan khawatir dan merasa sesuatu hal buruk akan terjadi. Menurut Nevi, 2005 (dalam Otamarina, dkk, 2022) kecemasan adalah suatu keadaan khawatir bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi dan juga suatu perasaan tidak menyenangkan yang dirasa dengan kegelisahan dan perasaan yang tidak jelas sehingga menimbulkan perasaan tidak tenang sampai ketakutan. 

Machmudah, 2015 (dalam Almizri dan Karneli, 2021) Gangguan kecemasan (Anxiety disorder) adalah perasaan yang ditandai gejala jasmaniah seperti ketegangan dan kekhawatiran tentang masa depan. Gangguan kecemasan sosial (social anxiety disorder) adalah kecemasan bergaul dengan orang. Gangguan kecemasan sosial adalah gangguan yang menyebabkan anak kurang mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Individu dengan kecemasan sosial akan berusaha keras untuk tidak menghadapi situasi sosial yang menakutkan atau jika terpaksa, mereka menghadapi situasi tersebut dengan stress yang sangat besar.

Gangguan kecemasan sosial pada anak usia dini dapat memiliki dampak yang sangat berpengaruh pada perkembangan mereka. Gangguan kecemasan sosial dapat membatasi interaksi sosial anak usia dini, menghambat kemampuan mereka dalam membangun hubungan dengan temannya, dan bahkan mempengaruhi kemauan mereka untuk mengikuti aktivitas-aktivitas kelompok. Hal ini dapat berdampak pada perkembangan keterampilan komunikasi dan interaksi sosial di masa mendatang. Selain itu, gangguan kecemasan sosial juga dapat mempengaruhi kepercayaan diri anak-anak, yang menyebabkan mereka kurang percaya pada kemampuan dan nilai diri mereka sendiri. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengenali gejala gangguan kecemasan sosial pada anak usia dini dan memberikan dukungan serta bimbingan yang sesuai untuk membantu mereka mengatasi ini sejak dini.

Anak usia dini yang memiliki social anxiety disorder akan bereaksi ketika dirinya berada dalam situasi sosial, anak akan merasa takut karena merasa seperti ada seseorang yang mengawasinya. Ketakutan tersebut akan membuat anak merasa malu dan merasa seperti sedang di evaluasi secara negative oleh seseorang. Berikut adalah gejala anak yang mengalami social anxiety disorder. 1) Gejala fisik, yaitu dengan berkeringat, gemetaran pipi, pipi menjadi warna merah, jantung berdebar dengan cepat, mengalami sesak nafas dan mendapatkan serangan panik, sakit perut, mual, pusing, serta saat berbicara menjadi gagap. 2) Gejala kognitif yaitu cemas akan dinilai secara negatif, menilai diri sendiri secara negatif, terlalu banyak berpikir, memiliki ekspetasi bahwa dirinya akan dikritik oleh seseorang. 3) Gejala perilaku dengan tidak berbicara dengan siapapun, mecoba menghindari tempat public, bergantung kepada keluarga, orang yang dipercayainya saja.

Social anxiety disorder terjadi karena adanya faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang mempengaruhi social anxiety disorder menurut Berry Schlenker & Mark Leary (dalam Kusuma, 2018, hlm 15) diantaranya, status dan kekuasaan sosial yang tinggi, dalam konteks evaluasi, saat membuat kesan awal sama dengan saat individu bertemu dengan orang lain, focus interaksi pada masyarakat, kesadaran diri dan perhatian yang berfokus pada diri sendiri dan sikap menghadapi lingkungan sosial. Social anxiety disorder pada anak juga disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu 1) Faktor struktur otak, dalam struktur otak ada yang disebut dengan amygdala yang merupakan penyebab gangguan kecemasan sosial secara biologis. Neuron perangsang dalam amygdala yang bekerja terlalu aktid dan mengirimkan sinyal ke bagian otak yang menyebabkan rasa panik, cemas, kekhawatiran yang berlebihan dipikirannya sendiri. 2) Faktor keturunan, dimana jika orang tua mengalami kondisi social anxiety disorder maka anak memiliki potensi dalam mengalami social anxiety disorder karena diturunkan. 3) Faktor pola asuh, pola asuh yang kaku dan memaksa yang dilakukan orang kepada anak membuat anak merasa terkekang, tidak memiliki kekuatan untuk memilih dan tidak bebas membuat keputusan. Sehingga membuat anak takut dalam mengemukakan pendapat, dan menjadi tertutup yang menyebabkan anak mengalami social anxiety disorder. 4) Faktor lingkungan, anak yang pernah mengalami hal memalukan dan mendapatkan tindakan yang kurang menyenangkan saat bersosialisasi  dilingkungan akan membuat anak merasa cemas dan takut dengan pandangan orang lain terhadap dirinya. Sehingga membuat anak mengalami social anxiety disorder dan menarik diri, tidak mau bersosialisai.

Ganggan kecemasan sosial pada anak usia dini dapat ditangani melalui terapi bermain yaitu terapi bermain yang digunakan melalui kegiatan atau aktivitas bermain agar anak mampu menggambarkan segala kecemasan yang dirasakannya. Teknik terapi berain dalam mengatasi gangguan kecemasan sosial pada anak usia dini memiliki beberapa teknik, diantaranya: 1) Teknik bermain simbolis memungkinkan anak untuk mengeluarkan emosi negatif atau kecemasan melalui permainan. Anak dapat berimajinasi secara bebas dan mengalirkan kecemasannya melalui permainan seperti boneka, wayang kulit, squishy, slime, dan lain sebagainya. 2) Teknik bermain dengan menggunakan bahan alami mengajak anak untuk bermain dengan menggunakan bahan-bahan alami di sekitar rumah atau alam. Hal ini membuat anak merasa terhubung dengan alam. 

Contohnya adalah menggunakan pasir, batu, dedaunan, salju, kristal, lumpur, plastisin, dan sejenisnya. 3) Teknik menggambar dan seni adalah cara efektif untuk meluapkan emosi seperti kecemasan atau katarsis. Melalui melukis atau menggambar, anak dapat mengimajinasikan hal-hal yang terlintas dalam pikirannya. Emosi dan kecemasan yang terpendam dapat terlihat melalui hasil karyanya, memberikan informasi kepada terapis tentang perasaannya. 4) Teknik bercerita, bermain peran, dan imajinasi membantu anak untuk mengatasi kecemasan atau konflik dalam dirinya. Terapis mengajarkan cara menghilangkan kecemasan, beradaptasi melalui cerita, bermain peran, dan berimajinasi yang lebih sehat. 

Tujuannya adalah agar anak memiliki pandangan positif tentang dirinya sendiri, meningkatkan kepercayaan diri, dan menginternalisasi nilai-nilai yang penting. 5) Permainan papan memungkinkan anak untuk mengembangkan penerimaan diri, kompetensi, harga diri, dan pemahaman diri dengan lebih baik. Contoh permainannya termasuk catur, ular tangga, dan sejenisnya. 6) Teknik elektronik memanfaatkan perkembangan permainan elektronik untuk mengembangkan terapi bermain. Terapis perlu memahami jenis permainan yang disukai anak. Meskipun menyenangkan, terapis harus berhati-hati agar permainan elektronik seperti game atau playstation tidak menyebabkan ketergantungan. Permainan elektronik dapat membantu anak mengembangkan kemampuan, mengendalikan agresi, dan memperkuat nilai-nilai interpersonal.

Bimbingan dan Konseling juga memiliki teknik yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan kecemasan sosial. Teknik-teknik bimbingan dan konseling yang dapat digunakan untuk mengatasi gangguan kecemasan sosial pada anak usia dini adalah aktif, kreatif, efektif, dan menghibur. Dalam teknik yang aktif, konselor harus menciptakan suasana yang dinamis dalam sesi konseling, sehingga anak juga turut aktif dalam proses tersebut. Teknik kreatif mengharuskan konselor untuk mengembangkan sesi konseling dengan pendekatan yang inovatif.

Di sisi lain, teknik efektif menekankan pentingnya konselor dalam menjalankan sesi konseling dengan hasil yang memuaskan, sehingga anak tidak merasa bosan atau tidak tertarik. Terakhir, teknik yang menghibur mengacu pada kemampuan konselor untuk menyajikan sesi konseling yang mengasyikkan, karena dengan suasana yang menyenangkan, konselor dapat berinteraksi dengan anak dengan lebih efisien.

Gangguan kecemasan sosial adalah Gangguan dimana seseorang merasa cemas atau gelisah disaat bersama atau interaksi dengan orang lain. Gejala Gangguan kecemasan sosial pada anak usia dini ada gejala fisik seperti berkeringat, pipi merah, serangan panik; gelaja kognitif, seperti menilai diri sendiri secara negative, terlalu banyak berpikir; gejala perilaku, seperti tidak mau berbicara dengan orang lain. Gangguan kecemasan disebabkan beberapa factor, diantara faktor struktur otak, keturunan, pola asuh orang tua, dan lingkungan. Ada beberapa cara penanganan Gangguan kecemasan sosial pada anak usia dini, yaitu dengan terapis bermain dan teknik aktif, kreatif, efektif, dan menghibur.

Daftar Pustaka

Almizri, W., & Karneli, Y. (2021). Teknik Desensitisasi Sistematik Untuk Mereduksi Gangguan Kecemasan Sosial (Social Anxiety Disorder) Pasca Pandemi Covid-19. Educouns Journal: Jurnal Pendidikan Dan Bimbingan Konseling, 2(1), 75-79.

Fidhzalidar, M. G. (2015). Tingkat Kecemasan Sosial pada Anak yang Mengalami Cacat Fisik di YPAC. In Seminar Psikologi & Kemanusiaan (pp. 519-23).

KUSUMA, H. D. (2018). ANALISIS SELF EFFICACY SISWA GANGGUAN KECEMASAN SOSIAL (SOCIAL ANXIETY DISORDER) DI SEKOLAH DASAR

Oktamarin, L., Kurniati, F., Sholekhah, M., Nurjanah, S., Oktaria, S. W., & Apriyani, T. (2022). Gangguan kecemasan (axiety disorder) pada anak usia dini. Jurnal Multidisipliner Bharasumba, 1(01 April), 116-122.

Sitompul, L. K. (2021). Implementasi Teknik Bimbingan Konseling Dalam Mengatasi Gangguan Kecemasan Sosial Anak Usia Dini. Jurnal Golden Age, 5(2), 501-512.

Sugiantoro, B. (2018). Teknik Desensitisasi Sistematis (Systematic Desensitization) dalam Mereduksi Gangguan Kecemasan Sosial (Social Anxiety Disorder) yang dialami Konseli. Nusantara of Research: Jurnal Hasil-Hasil Penelitian Universitas Nusantara PGRI Kediri, 5(2), 72-82.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun