Mohon tunggu...
zaskia aulia
zaskia aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya mahasiswa dari prodi teknik kimia

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Terorisme Islam Radikal di Indonesia

21 Desember 2024   16:04 Diperbarui: 21 Desember 2024   16:04 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bom Gereja Surabaya (13 Mei 2018) Source: inilah.com

Seperti yang diketahui banyak orang bahwa rasa aman merupakan sebuah hak yang memang sudah sepantasnya kita dapatkan sebagai manusia. Akan tetapi masih saja rasa aman kita terganggu, itu artinya HAM atas kita tidak terpenuhi. Banyak sekali kejadian yang mengancam rasa aman kita, termasuk tindakan teroris yang sempat menghantui Indonesia di tahun-tahun belakang. 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah "teroris" merujuk pada individu atau kelompok yang melakukan tindakan teror, yaitu menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan. Terutama terhadap masyarakat sipil, untuk mencapai tujuan politik, ideologis, atau sosial. Tujuan dari aksi ini adalah menanamkan rasa takut bagi orang-orang yang diincar. Dalam konteks teroris di Indonesia aksi ini adalah menanamkan rasa takut bagi orang-orang yang diicar. Dalam konteks teroris di Indonesia walau bukan target, tetap saja banyak masyarakat sekitar yang terkena dampak. 

Berikut adalah contoh kasus terorisme di Indonesia yang menggemparkan pada masanya dan masih meninggalkan bekas luka hingga sekarang.

1. Bom Bali (12 Oktober 2002)

Pada tanggal 12 Oktober 2002 silam terjadi tragedi mengerikan di Bali, tepatnya di 2 lokasi yaitu Sari Club dan Paddy's Pub yang terletak di kecamatan Kuta kabupaten Badung, Bali.Dua lokasi ini merupakan sebuah club malam dan bar yang sama-sama berdekatan.

Kejadiannya terjadi sekitar pukul 23.00 WITA, bom pertama meledak di depan Sari Club. Lalu diikuti ledakan  dari mobol yang parkir di dekat Paddy's Pub. Kejadian ini mencatat sejarah dengan korban tewas 202 orang dan lebih dari 200 orang terluka.

Motif serangan ini adalah menciptakan ketakutan dan ketidakstaliban. Pelaku utamanya bernama Amrozi Nurhasyim atau dikenal dengan julukan "The Jigsaw Man". Dia meruapakn orang dari kelompok Jemaah Islamiyah, yang terkait dengan Al-Qaeda. Dia sudah dieksekusi mati pada tahun 2008.

Kelompok itu memilih Bali sebagai target karena merupakan destinasi wisata internasional, mereka merupakan destinasi wisata internasional, mereka memiliki harapan dapat menarik perhatian global dan merusak citra Indonesia sebagai tempat yang aman untuk wisatawan.

Setelah kejadian ini Indonesia memperkuat langkah-langkah keamaan negara, dan juga berkoordinasi dengan negara-negara lain menegnai tindakan untuk menghadapi aksi terorisme.

2. Bom JW Marriott (5 Agustus 2003)

Bom JW Marriott (5 Agustus 2003) Source: CNN.com
Bom JW Marriott (5 Agustus 2003) Source: CNN.com

Setelah peristiwa mengerikan pada tahun 2002 Indonesia kembali mengalami kejadian mengerikan pada tanggal 5 Agustus 2003, kurang dari setahun pasca insiden bom Bali pertama. Kali ini lokasi dari insiden terorisme ada di JW Marriott hotel yang letaknya di Jakarta.

Jika pada insiden sebelumnya terjadi di malam hari, maka kebalikannya pada kasus ini. Untuk kali ini bom meledak sekitar pukul 07.00 WIB. Pada pagi itu sebuah mobil yang terparkir didepan hotel meledak dan mengakibatkan kerusakan pada bangunan hotel. Terdapat korban jiwa meninggal dunia sebanyak 12 orang, dan lebih dari 150 orang terluka.

Pada kasus ini, motifnya adlah menerror orang-orang asing yang datang ke JW Marriott hotel. Mereka memiliki tujuan untuk mengguncang stabilitas Indonesia dan melawan kehadiran asing yang dipandang sebagai musuh oleh kelompok teroris.

Pelaku lagi-lagi berasal dari kelompok jemaah Islamiyah. Salah satu tersangka utamanya bernama Imam samudra yang sudah dieksekusi mati pada tahun yang sama seperti Amrozi Nurhasyim, yaitu pada tahun 2008.

3. Bom Gereja Surabaya (13 Mei 2018)

Bom Gereja Surabaya (13 Mei 2018) Source: inilah.com
Bom Gereja Surabaya (13 Mei 2018) Source: inilah.com

Pada 13 mei 2018, terjadi sebuah serangan bom bunuh diri oleh satu keluarga yaitu Dita Oepriarto (ayah), Puji Kuswati (ibu), serta empat anak mereka. Mereka merupakan jemaah Ansharut Daulah (JAD), organisasi teroris yang memiliki hubungan dengan negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Peristiwa serangan ini terjadi di 3 gereja di Surabaya yang menewaskan 28 orang termasuk pelaku dan lebih dari 50 orang terluka.

Ledakan pertama terjadi pada pukul 07:00 WIB di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, jl. Kepuhsari Surabaya, ledakan kedua terjadi pada pukul 07:15 WIB bertempat di Gereja Kristen Indonesia (KGI) Diponegoro., jl. Diponegoro, Surabaya. Lalu pukul 07:30 WIB ledakan ketiga terjadi di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS), JALAN Arjuno, Surabaya.

Beberapa pihak menduga serangan ini sebagai bentuk balas dendam atas penangkapan sejumlah pemimpin kelompok teroris di Indonesia. Motif utama pelaku diduga kuat memiliki motivasi jihad untuk membela kelompok mereka yang dianggap benar.

4. Bom Gereja Serentak (24 Desember 2000)

Bom Gereja Serentak (24 Desember 2000) Source:inilah.com
Bom Gereja Serentak (24 Desember 2000) Source:inilah.com

Serangan teror yang mengguncang Indonesia terjadi pada malam natal, 24 Desember 2000. Sejumlah Gereja di Indonesia yang menjadi sasaran serangan bom. Peristiwa ini merupakan salah satu dari aksi terorisme paling mematikan di Indonesia pada masa itu.

Pelaku serangan ini diduga kuat berasal dari kelompok Jamaah Islamiyah. Motif dibalik serangan ini adalah untuk menciptakan suasana ketakutan dan kekacauan di Indonesia, khususnya terhadap umat Kristiani.

Gereja Katredal Jakarta merupakan salah satu gereja yang menjadi sasaran utam serangan. Bom malam natal. Selain Jakarta, sejumlah Gereja di kota-kota lain di Indonesia juga menjadi sasaran serangan, seperti Pekanbaru, Medan, Batam, Bandung, Sukabumi.

Serangan ini menyebabkan sejumlah korban jiwa dan luka-luka. Serangan ini memicu ketegangan antar uamat beragama di Indonesia.

Motif utama dari serangan-serangan tersebut umumnya untuk menciptakan ketakutan, kekacauan, merusak citra Indonesia, dan menegakkan ideologi radikal mereka. Serangan ini sering kali bermotif untuk balas dendam. Kelompok Jemaah Islamiyah dan Jemaah Ansharus Daulah ialah dua kelompok yang paling sering dikaitkan dengan aksi terorisme di indonesia dan dua kelompok tersebut memiliki afilisasi dengan jaringan terorisme internasional seperti AL-Qaeda dan ISIS. Akibat dari serangan-serangan teroris ini sangatlah besar, tidak hanya menimbulkan korban jiwa dan luka-luka tetapi juga merusak citra Indonesia di mata dunia. Target sasaran sering kali ditempat yang ramai untuk menciptakan rasa takut yang meluas.

Radikalisme menjadi salah satu faktor utama yang mendorong seseorang untuk terlibat dalam aksi terorisme. Proses radikalisasi ini sering kali terjadi secara bertahap\dipengaruhi oleh berbagai faktor. Peristiwa-peristiwa terorisme yang terjadi di Indonesia menunjukkan kurangnya keamanan negara. Untuk mencegah terjadinya terorisme dimasa depan, penting untuk terus memperkuat moderisasi beragama, selain itu perlu diupayakan juga deradikalisasi untuk menangkal penyebaran paham-paham radikal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun