"Mandi balimau untuk pengobatan tertentu biasanya dilaksanakan dengan cara menghadap kehilir, sementara mandi balimau secara massal boleh menghadap ke mudik atau arah utara" tambah Buk Zaidan.
Setelah mendengar pendapat dan uraian para tokoh adat, pelestari ritus Mandi Balimau, saya membagikan Mandi balimau menjadi 2 bagian yaitu : Mandi Balimau secara massal dan Mandi Balimau Perseorangan.
Adapun mandi balimau secara masal sering dilakukan ketika : Menyambut kedatangan bulan ramadhan yang disebut dengan istilah "Megang" yaitu satu hari sebelum memasuki bulan ramadhan, masyarakat mengadakan acara memasak lemang, gulai daging sapi atau ayam yang nantinya akan disantap bersama masyarakat dalam acara kenduri menyambut bulan ramadhan dan sorenya masyarakat melaksanakan acara "Mandi Balimau" di pinggiran sungai. Kegiatan balimau ini dilaksanakan 1 tahun sekali.
Kemudian mandi balimau secara massal juga sering dilakukan Ketika menyambut kedatangan hari raya Idul Fitri, dimana setelah satu bulan penuh melaksanakan ibadah puasa ramadhan, agar jiwa dan raga kembali suci mulia, masyarakat Kerinci juga mandi balimau di pinggiran sungai untuk membersihkan jiwa raga dari segala penyakit dan kesialan.
Disaat masyarakat melaksanakan ritus Kanuhi Sko, yaitu acara sakral pengangkatan Pemangku Sko (kepala suku) yang disertai dengan acara "Kanuhi Ajun Arah" atau kenduri tanah wilayah yang menjadi wewenang seorang pemangku sko. Dan diakhiri dengan mandi balimau bersama sebagai sarana untuk pembuang kesialan dalam kehidupan. Acara ini dilakukan minimal 5 tahun sekali. Disamping itu, barang-barang pusaka yang ditinggalkan leluhur juga dimandikan untuk dibersihkan dengan limau tadi, bahkan ada sebagian yang menggunakan air bekas memandikan pusaka digunakan untuk membasuh tubuhnya.
Juga dalam ritus Kanuhi sudah tuai, yaitu acara kenduri syukuran sehabis panen padi sebagai ungkapan rasa sukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan karunianya kepada masyarakat dengan hasil panen yang berlimpah dandiakhiri dengan mandi balimau bersama sebagai media pembuang kesialan dan penyakit dari dalam tubuh.
Mandi balimau secara massal yang rutin juga dilaksanakan pada acara Mandingin Dusun dan Tolak Bala, dimana kegiatan ini biasanya dilakukan minimal tiga tahun sekali, yaitu dengan tujuan untuk mendinginkan suasana masyarakat dalam dusun dengan cara melaksanakan ritual khusus (ritus) yang dipandu oleh para Depati Ninik Mamak dan di laksanakan oleh para Baliyan Salih. Adapun alat-alat yang digunakan untuk mendingin dusun itu yaitu : Sitawa-sidingin yang ditebarkan sepanjang dusun, dan lidi kelapa yang di sapukan serta batang pua di tombak pada tiang-tiang dan dinding rumah penduduk dan di akhiri dengan menolak bala ketempat pembuangan sial/jin yang disebut "Polong"11. Dan terakhir baru penduduk mandi balimau untuk menyucikan jiwa raga dan membuang penyakit di dalam tubuh dan pembuang sial, serta melakukan acara "Asik Nguhak Antai" yaitu tarian ritual melepas rantai atau belenggu yang kasat mata dari tubuh dengan makna sebagai melepas belenggu penyakit didalam tubuh.
Sementara itu, Mandi Balimau Perseorangan dilakukan : Ketika seseorang mau menuntut ilmu kebathinan melalui para Baliyan Salih di Kerinci, mereka wajib mandi balimau untuk menyucikan jiwa raga sebelum mempelajari ilmu-ilmu kebathinan yang diajarkan oleh Tuan Guru.
Juga disaat seseorang terkena penyakit yang tidak terdeteksi secara medis, maka oleh Baliyan Salih dia memberikan limau yang sudah di manterai untuk dimandikan agar penyakit yang tidak nampak dapat terobati. Dilain kasus, ketika seorang bujangan atau perawan yang selalu gagal menikah atau dikenal dengan sebutan "Sntung Palalai" dalam bahasa Kerinci, mereka akan disuruh mandi balimau oleh Baliyan Salih dengan limau-limau tertentu, dan biasanya dilakukan pada malam hari sekitar pukul 22.00 WIB di sungai yang airnya mengalir, untuk membuang kesialannya.
Mandi balimau perseorangan juga dilakukan untuk membuang ilmu kebathinan. Dimana ketika seseorang yang telah menuntut ilmu kebathinan, biasanya ketika menghadapi sakratul maut mereka mengalami penderitaan yang tak tertahankan. Oleh karena itu, para keluarganya akan mminta tolong kepada seseorang Baliyan Salih untuk membuang ilmu kebathinannya dan kebanyakan dengan cara mandi balimau agar ilmu kebathinan yang telah dituntutnya itu dapat terbuang.
Mandi Balimau perseorangan juga dilakukan untuk balita rewel atau sakit yang tak sembuh-sembuh secara medis dikenal dengan sebutan tuntutan "Palimo Anak/ Prah Anak". Dalam acara ritual khusus ini, anak dimandikan dengan limau tentunya dengan cara- cara yang dipandu oleh Baliyan Salih serta alat-alat yang harus digunakan. Karena diyakini bahwa setiap bebukitan dan hutan dijaga oleh para dewa dan peri, sementara sungai dijaga oleh mambang yang sembilan, dan dusun dijaga oleh kelompok manusia, sehingga dengan adanya Mandi balimau / palimo anak ini, semua makhluk gaib tidak akan menyakitinya.