Mohon tunggu...
Zarmoni
Zarmoni Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penggiat Seni dan Budaya Kerinci

Penggiat Seni, Adat dan Budaya Kerinci

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Adab Memasuki Hutan Rimba Raya di Kerinci

5 Juli 2023   05:00 Diperbarui: 9 Juli 2023   01:08 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2. Siapkan segenggam beras kunyit, yaitu ambil segenggam beras, kemudian giling secuil kunyit dan diaduk dengan beras, lalu diletakkan didalam tempatnya serta ditaroh di dekat sirih tiga kapur tadi.

3. Hidupkan api kemenyan, yakni sebuah tempurung kelapa diisi dengan bara api/kayu bakar atau kayu kemenyan, lalu ditaburi getah kemenyan yang sudah dihancurkan.

Dokpri
Dokpri

Kebiasaan orang Kerinci pada zaman dahulu kala ialah memanggil roh ninik moyang untuk memohon petunjuk, meminta obat, menanyakan sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan, sakit, kehilangan, dan lain sebagainya. Begitu juga ketika orang Kerinci pergi mencari nafkah kehutan untuk berburu ataupun mencari rezeki lainnya, mereka berdamai dengan alam semesta.

Sebelum memasuki hutan rimba raya, dipintu hutan biasanya orang Kerinci akan meletakkan sirih tiga kapur, rokok tiga batang  dan menghidupkan api kemenyan seraya menghamburkan beras kunyit dan membaca mantera :

Bismillahirrahmanirrahim

Hai kayu jarang bersiu jarang bersilo, jarang putih namo ibu kau, jarang putih namo bapak kau, kau menyeru ruh sekalia sakti sekalian keramat untuk nyampaikan pintak pinto aku, kepado Allah, kepada Rasul, kepada Tuhan aku ngan sibenanyo, kepado kayo ngan tuwe ingat kalano sini neh.

Berkat kayo wali batigo liyam dipuncak gunung marapi, berkat pri dingan mandiri, berkat diwo digunung tinggi.

Kayo kuseru cpat tibo, kayo kuimbau cpat datang, idak baseru sajo bae, idak barimbau sajo kiyan, ado sihih tigo kapu, ukok ngan tigo batang, mintak dijawat mintak dijapo kupado kayo ngan tuwen ingat kalano sinin, dingan tuwen cincang dingan latih, tuwen imbo dingan mindawo, dingan ngingat ka batang ayie ini. Sulo sili brang itu brang ini, mintak jawat mintak japo sihih tigo kapu ukok tigo batang ini, dikarnokan mintak diingat mintak dikalano siang dingan malam, ptang dingan pagi.

Kalu ado hulubalang kayo dingan tiuco-uco, tiangah-angah, dingan sibusuk buo salingka dendam, kalu ado duri dingan tajam, tajam mintak tumpun, kalu ado daun kayu dingan biso, biso mintak tawa, karno kami takut dihulubalang kayo itu. Kami mintak dipapah mintak dibimbing kupado kayo ngan tuwen ingat kalano sini neh.

Snggok itu pumen ngan dapat aku nyampai ka kak kayo sinin, kalu ado kulebih dingan kurang, lewat dingan lampau, ntah ado dingan idak kno seru kno imbau, karno aku idak kutau di tap dingan bilang, tutu dingan tabanonyo, kususun jari sepuluh kutundukkan kapalok yang satu, aku mintak ampun, mintak maaf ngadap pado kayo sini. (taburkan beras kunyit) 

Bismillahirrahmanirrahim

Wahai kayu yang jarang bersiul jarang duduk bersila, Jarang putih nama ibumu, jarang putih nama bapakmu. Kamu menyeru ruh sekalian sakti sekalian keramat untuk menyampaikan permintaan dan permohonanku kepada Allah, kepada Rasul kepada Tuhan aku yang sebenarnya. Kepada tuan sekalian yang menghuni hutan ini.

Berkat tuan Wali Bertiga yang tinggal dipuncak gunung Kerinci, berkat Peri dan anggotanya, berkat Dewa-dewa di gunung yang tinggi.

Tuan ku seru marilah cepat kesini, tuan kupanggil marilah cepat datang, tidaklah tuan kuseru sembarangan saja, dan tidak pula tuan ku panggil sia-sia, ini ada Sirih Pinang tiga kapur dan rokok tiga batang, mohon diterima mohon diambil kepada tuan yang menghuni hutan ini. Yang memeliki hukum dan peraturan dalam hutan ini. Yang memiliki hutan yang berdewa-dewi, yang menjaga keselarasan sungai dan alamnya baik dihulu hingga kemuara, maupun daratan sini dan seberang sana, mohon diterima mohon diambil Sirih Pinang tiga kapur dan rokok tiga batang ini dikarenakan kami minta di ingatkan, minta di jaga siang dengan malam, petang dan pagi.

Jikalau ada hulubalang tuan yang seram (harimau dan binatang buas lainnya) kalau ada duri yang tajam, tajam mohon ditumpulkan, kalau ada dedaunan yang berbisa, bisanya mohon di lumpuhkan. Karena kami sangat takut dengan hulubalang tuan, kami mohon untuk di iringi, di bimbing dan dijaga kepada tuan yang menghuni hutan ini.

Hanya itulah yang dapat kusampaikan kepada tuan sekalian yang menghuni hutan ini, mungkin dalam penyampaian ku ini ada yang lebih dan kurang, yang terlewatkan dan terdahului, mungkin ada yang tidak kena seru kena panggil, dikarenakan aku ini tidak tahu di bilanganya tuan sekalian, tidak pandai dengan urutan tuan yang tinggal dihutan ini, mungkin ada yang lebih dan kurang, aku susun sepuluh jari dan menundukkan kepala yang satu mohon ampun dan mohon maaf kepada tuan sekalian yang ada disini.

Setelah menghamburkan beras kunyit, maka mereka akan memasuki hutan dan mencari tempat untuk membuat pondok tempat tinggal sementara. Semuanya ada mantranya, baik untuk berburu rusa, menjangan, kancil, kambing hutan, maupun menangkap ikan disungai yang terdapat dihutan itu. Sewaktu mendirikan pondok tempat bermalam ataupun tenda, letakkan kembali sirih tiga kapur rokok tiga batang seraya membaca mantra :

Bismillahirrahmanirrahim

Hai kayu jarang bersiu jarang bersilo, jarang putih namo ibu kau, jarang putih namo bapak kau, kau menyeru ruh sekalia sakti sekalian keramat untuk nyampaikan pintak pinto aku, kepado Allah, kepada Rasul, kepada Tuhan aku ngan sibenanyo, kepado kayo ngan tuwe ingat kalano sini neh.

Berkat kayo wali batigo liyam dipuncak gunung marapi, berkat pri dingan mandiri, berkat diwo digunung tinggi.

Kayo kuseru cpat tibo, kayo kuimbau cpat datang, idak baseru sajo bae, idak barimbau sajo kiyan, ado sihih tigo kapu, ukok ngan tigo batang, mintak dijawat mintak dijapo kupado kayo ngan tuwen ingat kalano sinin, dingan tuwen cincang dingan latih, tuwen imbo dingan mindawo, dingan ngingat ka batang ayie ini. Sulo sili brang itu brang ini, mintak jawat mintak japo sihih tigo kapu ukok tigo batang ini, dikarnokan mintak diingat mintak dikalano siang dingan malam, ptang dingan pagi.

Minin neh pumennyo kami anak cucung kayo nak numpang negakka pundok ditanah rajo tanah jenang, sinin pumennyo tanah sugih tanah pilih, tulung kayo ngindar agak simenta jak sinin neh, same kayo kno ujung buliung, same kayo kno batu, anak cucung nak bategak gok sibenta, ntah kayo uhang taman, uhang tanah, uhang gagah uhang brani ngan di njeng nak pundok kami sini, ntah kayo uhang payo lilit payo lingka, dingan ahi siahi ini ngilak ugo lah kayo agak sibenta, anak cucung numpang bamalam, numpang ngidun api, numpang singgah kak tanah sugih tanah pilih, janganlah banyak tegu saponyo, jangan pulo kayo datang mundero datang mumudo, ngilaklah gok sibenta pado ahi siahi ini… (lalu hamburkan beras kunyit)

Bismillahirrahmanirrahim

Wahai kayu yang jarang bersiul jarang duduk bersila, Jarang putih nama ibumu, jarang putih nama bapakmu. Kamu menyeru ruh sekalian sakti sekalian keramat untuk menyampaikan permintaan dan permohonanku kepada Allah, kepada Rasul kepada Tuhan aku yang sebenarnya. Kepada tuan sekalian yang menghuni hutan ini.

Berkat tuan Wali Bertiga yang tinggal dipuncak gunung Kerinci, berkat Peri dan anggotanya, berkat Dewa-dewa di gunung yang tinggi.

Tuan ku seru marilah cepat kesini, tuan kupanggil marilah cepat datang, tidaklah tuan kuseru sembarangan saja, dan tidak pula tuan ku panggil sia-sia, ini ada Sirih Pinang tiga kapur dan rokok tiga batang, mohon diterima mohon diambil kepada tuan yang menghuni hutan ini. Yang memeliki hukum dan peraturan dalam hutan ini. Yang memiliki hutan yang berdewa-dewi, yang menjaga keselarasan sungai dan alamnya baik dihulu hingga kemuara, maupun daratan sini dan seberang sana, mohon diterima mohon diambil Sirih Pinang tiga kapur dan rokok tiga batang ini dikarenakan kami minta di ingatkan, minta di jaga siang dengan malam, petang dan pagi.

Sekarang ini, kami anak cucu tuan menumpang mendirikan pondokkan barang sebentar di tanah raja tanah punggawa, disini tampaknya tanah yang bagus tanah pilihan, mohon kiranya tuan menghindar barang sebentar saja, kami takut tuan terkena senjata tajam, atau batu yang menindih, dikarenakan anak cucu tuan mau mendirikan pondok tempat bermalam, mungkin tuan orang sumur, orang penjaga tanah, atau tuan orang gagah orang berani, dewa, mambang, yang menghuni tanah ini, tolong jangan menegur kami dan menyapa kami, menghindarlah barang sebentar anak cucu mau mendirikan bangunan sebentar saja.

 Setelah mendirikan bangunan/pondok, maka Insha Allah akan jauh dari huru-hara yang datang menerpa. Lalu kita menginap disana, tergantung dengan keperluan, jika ingin berwisata alam, maka penyeruan cukup sampai disana, namun jika mau menangkap ikan, rusa, kijang atau lainnya, maka diadakan pula penyeruan arwah yang menjaga dan memelihara binatang dihutan, yakni Baginda Raja Sulaiman (nabi Sulaiman as).

Bismillahirrahmanirrahim

Hai kayu jarang bersiu jarang bersilo, jarang putih namo ibu kau, jarang putih namo bapak kau, kau menyeru ruh sekalia sakti sekalian keramat untuk nyampaikan pintak pinto aku, kepado Allah, kepada Rasul, kepada Tuhan aku ngan sibenanyo, kepado kayo ngan tuwe ingat kalano sini neh.

Berkat kayo wali batigo liyam dipuncak gunung marapi, berkat pri dingan mandiri, berkat diwo digunung tinggi. Berkat kayo ngan tuwen ingat kalano sini, sulo silie, brang itu brang ini, berkat kayo ngan tuwen ternak dalam imbo ini, Rajo Sulaiman as.

Kayo kuseru cpat tibo, kayo kuimbau cpat datang, idak baseru sajo bae, idak barimbau sajo kiyan, ado sihih tigo kapu, ukok ngan tigo batang, mintak dijawat mintak dijapo kupado kayo ngan tuwen ingat kalano sinin, dingan tuwen cincang dingan latih, tuwen imbo dingan mindawo, dingan ngingat ka batang ayie ini. Sulo sili brang itu brang ini, ngan tuwen ternak dalam imbo ini, mintak jawat mintak japo sihih tigo kapu ukok tigo batang ini, dikarnokan mintak diingat mintak dikalano siang dingan malam, ptang dingan pagi. Mintak kupado kayo ngan tuwen ternak dalam imbo ini, bagihlah lah anak cucung riski ternak kayo ngan gpuk-gpuk, kambing dingan gdang atau uso dingan gdang, karno anak cucung kayo bai nak ndak ternak kayo itu. (lalu taburkan beras kunyit)

Ini merupakan mantra sebelum memasang jerat ataupun berburu binatang.

Larang pantang didalam hutan rimba raya :

  • Tidak boleh berbicara yang kotor-kotor (ta acun-acun)
  • Tidak boleh mandi telanjang bulat disungai;
  • Tidak boleh berendam disungai ketika hari tengah hari (jam : 11.30 s/d 12.30)
  • Tidak boleh mengambil air dengan periuk sebagai gayungnya
  • Tidak boleh mematahkan ranting dengan sanggaan lutut;
  • Tidak boleh membunyikan mulut seperti bunyi harimau (tak..tok.., uk..uk..)
  • Kalau mau bersilung harus ada iramanya;
  • Tidak boleh menyebut harimau dengan imau atau harimau, tetapi Tuo Gaek/Ninek
  • Tidak boleh tidur menengkun, yakni kakidinaikkan keperut seperti udang;
  • Tidak boleh menyepak topi, helm, atau kopiah teman atau milik sendiri
  • Tidak boleh berbicara takabur;
  • Dll

Begitulah tradisi orang dulu-dulu masuk hutan/mendaki gunung di Kerinci Jambi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun