Mohon tunggu...
Zarmoni
Zarmoni Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penggiat Seni dan Budaya Kerinci

Penggiat Seni, Adat dan Budaya Kerinci

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tembang Kematian

5 Juli 2023   03:25 Diperbarui: 5 Juli 2023   03:53 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rinai hujan terdengar gemerisik, menitik diatap rumah nan kuhuni. Semilir bayu kelana menepis wajahku, nan terkapar diatas kasur yang sudah tak empuk lagi. Sesayup sampai terdengar melodi, atau rintihan Sang Malaikat Maut nan menyapa, nun gonggongan anjing terdengar pilu, dan jarum jam pun berdetak seirama denyut jantungku. Aku terkesima...

Lantunan tahlil berkumandang... kalimat Tauhid menggelegar, dan surah yaasiin mengalir cepat, seirama aliran sungai Batang Merao. Aku masih termangu, menunggu derap langkah nan mulai mendekat, tak lama tercium olehku, aroma dupa nan menyesakkan sukma. Kesadaran mulai menjauh, satu titik didalam kegelapan, alunan tahlil dan pengajian mulai menjauh, mata melotot mulut ternganga, tubuh mengejang dalam sakratul maut, aku tertawa tapi tak nyata...

Semakin dekat sukma melayang, menuju setitik cahaya dalam kegelapan, aku tersenyum namun tak nyata, panca indra tak terasa, jasad tinggal entah dimana, nan kurasa, nan ku semai, nan kubawa mengusik gendang telinga, sebuah alunan sepi beraroma melati, tembang kematian nan terdengar bagai suara petir...

gelap... punah... aku dimana?

sunyi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun