"Lalu siapa yang bisa membangunkannya wahai Guru..?" ujar Bruk Panjagungan seraya mengatur nafasnya.
"Ambil sehelai sirih dan sebuah pinang, kau minta tolong kepada kedua putrimu ini..!" sahut Ayam klino seraya meminum air kahwa dari cangkir bambunya.
"Apa..??? minta tolong pada putriku sendiri..??? tidak mungkin wahai Guru..!" Bruk Panjagungan terkejut mendengar kata Gurunya.
"Bruk... kau tak tahu anakmu itu siapa.. si Kemuning kelak akan menjadi Ratu Kuning, ia akan menjadi leluhur suatu masyarakat disekitar Lubuk Pirung Bulan... dan Sleh Itam, ia kelak akan menjadi Cenayang dikerajaan Batinting yang melahirkan pendekar hebat, cepat kau lakukan, ini perintahku..!" Ujar Ayam Klino dengan matanya yang menyala merah.
Akhirnya setelah memberikan sirih kepada Kemuning dan Sleh Itam, kedua puterinya berjalan menuju gundukkan lumut yang dijaga ular dan burung putih tadi. Dengan takzim, kedua beradik itu duduk bersimpuh menghadap gundukkan lumut seraya meletakkan sirih dan membakar kemenyan. Lalu mereka "menyeru" sang Kakak dengan menghamburkan beras kunyik kegundukkan tanah tersebut. Aneh bin ajaib, gunfukkan tadi bergerak disertai dengan jeritan ular besar yang dicekik oleh tangan yang keluar dari gundukkan itu, rupanya Batinting sudah terjaga, matanya merah menyala dengan mulut terbuka mengoyak ular besar tersebut dan memakannya dengan lahap. Lalu terdengar pekikan burung putih keangkasa dengan disertai runtuhnya lumut dari tubuh Batinting.
Dengan limau yang dibawa oleh adiknya, Batinting membersihkan diri dikaki gunung Bungkuk, sementara ayahnya hanya menyaksikan dari atas tebing. Setelah Batinting mandi ia naik keatas tebing, dan langsung diserang oleh ayahnya. Keduanya bertarung selama tiga hari tiga malam tiada yang menang dan tiada yang kalah. Ayahnya menyabetkan senjatanya yang terkenal Keris Btoi Arang, kepala Batinting terpenggal, namun ketika Burung Putih berbunyi kepala tersebut menyatu kembali dengan badannya, sungguh pemandangan yang mengerikan. Pernah Bruk Panjagungan menghimpitnya dengan batu, namun Batinting tidak terluka dan malah semakin kuat, akhirnya dengan mengeluarkan sumpit saktinya ia menyumpit kaki ayahnya yang membuat Bruk Panjagungan pingsan.
Dengan restu Ayah Bundanya, Batinting dan kedua adiknya Kemuning beserta Sleh Itam berangkat mengembara  menuju Lubuk Pirung Bulan dibawah lembah. Mereka berjalan beriringan mendaki bukit menuruni lembah yang gelap karena pepohonan yang banyak serta kabut tebal yang membuat perjalanan mereka kadang terhalang. Banyak sekali gangguan dari makhluk tak kasat mata berupa Dewa-dewi, Mambang, serta Jin, namun semuanya lari tunggang langgang menghadapi Batinting. Belum lagi Gajah, Kerbau Jalang, Cigau, semuanya cukup mengganggu perjalanan mereka. Namun semuanya hanya gangguan kecil bagi seorang pendekar yang mumpuni seperti Batinting.
Akhirnya setelah berbulan lamanya menempuh hutan dan belukar yang tebal, tibalah mereka dipinggiran sebuah sungai besar yang bernama Lubuk Pirung Bulan (sekitar Koto Aro-Siulak). Mereka membangun sebuah rumah yang besar disana, sedangkan diatas bubungan rumahnya dibuatlah sarang untuk Burung Limbuk Putih yang diberi nama "Burung Sabti Alo".
Dengan kesaktiannya yang mumpuni, Batinting mengumpulkan emas dan perak dari perut bumi. Perhiasannya dirumah banyak yang berasal dari emas dan perak, sedangkan pasir untuk menghiasi halamannya adalah pasir dan kerikil emas yang berkilauan, ia telah berubah menjadi Tuan Tanah yang kaya raya di negeri yang dibut namanya Antau Kabun-Kabun, karena negeri itu banyak pohon besar dan senantiasa dipenuhi oleh kabut tebal.
Setelah kurun waktu berlalu, orang-orang sudah banyak yang datang untuk berladang disekitarnya, bahkan Batinting sudah memiliki beberapa orang anak buah yang bertugas mengembalakan ratusan kerbau miliknya. Kerbau Jalang yang ditangkap oleh Batinting digembalakan oleh masyarakat yang belum seberapa saat itu.
Menelusuri arah kehilir Lubuk Pirung Bulan, mulai banyak orang-orang berladang dan berplak, seperti di Ujung Tanjung Malako Kecik (Koto Beringin-Siulak), dan Padang Jambu Alo (Siulak Gedang). Orang sudah mulai menggarap tanah untuk bercocok tanam padi dan jagung, dan negeri ini berubah nama menjadi Talang Jauh.