Mohon tunggu...
Zarmoni
Zarmoni Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penggiat Seni dan Budaya Kerinci

Penggiat Seni, Adat dan Budaya Kerinci

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"MLAHEN UMAH" TRADISI YANG TELAH PUDAR DI KERINCI

9 November 2022   20:41 Diperbarui: 9 November 2022   21:46 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mlahen Umah" atau bahasa Siulak umumnya "Palahen Umah" ialah suatu ritual untuk menyatukan penghuni rumah dengan rumah dan sekalian penghuni gaib yang mendiami tanah tempat rumah tersebut. Penghuni tanah biasa disebut dengan "Uhang Tanah". 

Sebelum membangun rumah, banyak hal ritual yang harus dilakukan, seperti imulai dari Palaho mintak ajun arah, Palaho mintak tanah, Palaho mindah ka uhang tanah, mendinginkan rumah, dan lain sebagainya baca Tradisi Membangun Rumah di Kerinci.

Mlahen umah/plahen umah ini dilakukan ketika rumah sudah siap dan sudah dihuni. Untuk ritual mlahen umah ini di Kerinci sudah jarang kita jumpai, hanya sebagian kecil masyarakat yang masih melestarikan kearifan lokal tersebut. Dimana menurut keyakinan penduduk, ritaul yang diwarisi secara turun temurun ini harus dijaga dan dilestarikan agar penduduk terjauhkan dari bala.

Dokpri. Laho dan Boneka Pria-Wanita 
Dokpri. Laho dan Boneka Pria-Wanita 

Berdasarkan hasil penelitian penulis yang dilaksanakan pada awal bulan november 2022 di Desa Air Terjun Kecamatan Siulak Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi, acara Mlahen Umah ini dilaksanakan oleh Balian Salih perempuan. 

Acara ini dilaksanakan selama Tiga Tahun, dan setiap acara dilaksanakan selama tiga malam, dan setiap malamnya senantiasa diramaikan oleh masyarakat/penduduk setempat, dan setiap malam diadakan "N'ba Tiang" dengan menggunakan Lidi Kelapa Tujuh helai, dan Sga Jantan Tujuh Helai yang disatukan, lalu dipukulkan kepada setiap tiang rumah dengan tujuan untuk mengusir roh-roh jahat yang mengganggu. 

Dokpri. Lidi yang dipakai melecut tiang rumah
Dokpri. Lidi yang dipakai melecut tiang rumah

Pada malam pertama dilaksanakan Plaho Minto (ritual adat meminta/memohon) yang dilaksanakan diluar rumah dengan menggunakan "ancak" yaitu, sebuah impi yang dibuat dari bambu telang kuning dan dianyam seperti pagar, kemudian diatasnya ditaruh daun pisang kamali, dan alat-alat lainnya seperti nasi abang, nasi hitam, nasi kuning dan nasi putih beserta alat-alat pendukung lainnya. Kemudian setelah upacara adat dilaksanakan, maka ditanamlah "tiang Tanem" di tiang luar rumah.

Pada malam kedua dilaksanakan upacara ditempat alat-alat ritual diadakan didalam rumah, dimana alat-alat tersebut terdiri dari "Laho" yaitu kumpulan tumbuhan dan buah-buahan dari dalam hutan seperti, Kelapa Tua, Pinang Tandan, Manyang isi Daun Nira muda, Daun kelapa yang dirajut seperti ketupat. 

Kemudian dibikin boneka sepasang laki-laki dan perempuan dari bambu telang kuning yang dipakaikan pakaian adat, memakai kuluk bagi boneka wanita dengan bunga raut dikepalanya, kemudian boneka laki-laki memakai lita dikepalanya dan dihiasi bunga sbih dan bunga pandan, serta memakai keris dipinggangnya dan tongkat ditangannya. Pada malam kedua ini Balian Salih terus mengasuh seraya membaca mantera.

Dokpri. Pinang Tandan dan Pisang
Dokpri. Pinang Tandan dan Pisang

Pada Malam Ketiga diadakan kenduri  dengan mengundang seluruh warga untuk diadakan do'a selamatan selama menghuni rumah tersebut, dalam bahasa Kerinci dialek Siulak disebut "Matut ka Umah". 

Adapun tujuan daripada Mlahen ka umah ini ialah untuk mengusir segala musibah dan penyakit selama orang yang punya rumah menghuni rumahnya, mereka dapat serasi dan tidak ada gangguan dari roh-roh jahat maupun syaithan.

Setelah acara Mlahen Umah ini diadakan, maka Laho, dan Boneka pria dan wanita tersebut diletakkan diatas loteng dibubungan rumah. 

Dokpri. Nambreh
Dokpri. Nambreh

Itulah salah satu bentuk ritual adat dan budaya yang ada di Kabupaten Kerinci khususnya di Tigo Luhah Tanah Sekudung Siulak yang merupakan Kearifan Lokal yang kian pudar, dan masih banyak lagi ritual adat lainnya yang bertebaran di Bumi Sakti Alam Kerinci yang belum terdeteksi oleh penulis....

Bersambung..................

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun