Mohon tunggu...
Zarmoni
Zarmoni Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penggiat Seni dan Budaya Kerinci

Penggiat Seni, Adat dan Budaya Kerinci

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Seni Musik Tradisional Kerinci "Seruling Bambu" Nasibmu Kini

4 September 2022   21:55 Diperbarui: 4 September 2022   22:26 1735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Permainan Kelompok Seni Kerinci Seruling 

Salah satu seni musik tradisional Kerinci "Seruling Bambu" yang dahulu nya sangat digemari dan diminati, kini kurang mendapat respon dari kehidupan masyarakat modern. Hanya sebagian orang yang telah lanjut usia nan masih menggemarinya. Kelompok pemusik seruling Bambu Kerinci banyak yang mati suri, adapun yang masih hidup dan terus berkarya hanya bisa latihan dan ngumpul sesekali. Sehingga kadangkala timbul perasaan pesimis, karena hiburan ini sudah usang dan kurang  diminati masyarakat milenial.

Kelompok Seruling Bambu Kerinci menggunakan beberapa alat musik tradisional Kerinci, yaitu :

1. Seruling Kecil, yang disebut Kapel, yaitu seruling yang mengiringi lagu dan nyanyian dari biduan/biduanita;

2. Tambur, yaitu alat musik jenis genderang perpaduan dari simbol Tabuh, Ketukan, dan simbal. Pukulan tambur ini berfungsi untuk bass dan pengatur tempo lagu;

3. Dram, yaitu genderang duduk yang di pukul menggunakan dua buah stik untuk mengiringi nyanyian/lagu;

4. Seruling Besar, berfungsi sebagai bassis dari seruling kapel dalam mengiringi lagu;

5. Tamborin marakas, di Kerinci disbut dengan "car" yaitu alat musik pukul seirama alunan musik.

6. Gong, sebagai tambahan bunyi yang menambah indahnya alunan musik.

Ditahun 1990-han kebawah hingga 1960-han, masa jayanya group Seruling Bambu Kerinci  mencapai puncak, masyarakat Kerinci sangat antusias dan menikmati kehadiran mereka untuk menikmati setiap pantun dan nyanyian yang dibawakan para biduan dan biduanita.

Dokpri. Rata-rata para pemain seruling bambu sudah memasuki usia senja
Dokpri. Rata-rata para pemain seruling bambu sudah memasuki usia senja

Seruling bambu awalnya dimainkan oleh seseorang dengan membuat seruling sendiri berupa instrument-instrument dari "tale" ungkapan hati seorang pemain kala itu. tidak diketahui pasti, kapan awal mulanya seruling bambu di Kerinci ini lahir dan bermula, namun perkembangannya senantiasa mengikuti perkembangan zaman dengan di adopsinya alat musik yang dibawa kolonial, seperti genderang, dan thamborin. 

Dokpri. Kelompok Seruling Bambu Kerinci
Dokpri. Kelompok Seruling Bambu Kerinci

Didalam jurnal nya Masvil Tomy yang berjudul "Musik Suling Bambu di Siulak Kerinci:Seni dan Budaya Dalam Kesenambungan dan Perubahan" menyatakan :

"Di  Kecamatan  Siulak,  pertunjukan  musik Suling  Bambu sudah  berkembang sebelum  penjajahan,  namun  tidak  diketahui  secara  pasti  kapan  lahir  dan  mulai di pertunjukan  di  tengah  masyarakat  Siulak. Senada  yang  dikatakan  Murgiyanto bahwa  seni  tradisi  yang  hidup,  tumbuh  dan  berkembang  ditengah  masyarakat pendukungnya tanpa diketahui kapan dan siapa pencipta seni tradisi tersebut. Seni tradisi  bukanlah  sesuatu  yang  mati,  sekalipun  bukan  pula  sesuatu  yang  dengan mudah dapat dibongkar atau diingkari. Musik Suling  Bambu pada  awalnya  diketahui  kehadirannya  di  tengah masyarakat  Siulak  bahwa  musik Suling  Bambu pertama  kali  di mainkan  di  sawah dan  perkebunan  masyarakat,  pada  umumnya  masyarakat  membuat  sendiri Suling Bambu untuk  dimainkan  diwaktu  istirahat  bekerja  di  sawah  maupun  di  kebun mereka. Namun dari informasi yang penulis dapatkan dari lokasi penelitian tidak diketahui kapan dan siapa pencipta pertama kalinya".

"Ada  salah  satu  musik  tradisional    yang  ada  di  Siulak  Kabupaten  Kerinci, yang  dikenal  dengan  musik  Suling  Bambu,  kesenian  ini  sudah  cukup  lama  hadir ditengah  masyarakat  Siulak.  Musik Suling  Bambu mula-mula  untuk  mengisi kejenuhan  di  waktu  beristirahat  di  ladang  mereka  dan  juga  diwaktu  mengahalau burung di sawah garapan mereka. Musik Suling Bambu terus berkembang menjadi seni  pertunjukan  hinga  kini  tetap  dilakukan  upaya  pelestarian.    Musik Suling Bambu dimainkan  dengan  bersama,  pertunjukan  musik Suling  Bambu telah bermain  ke  berbagai    acar-acara  yang  ada  di  daerah  tersebut,  seperti  acara perkawinan,  adat,  sunatan  dan  juga  kegiatan  pemerintah.  Musik  Suling  Bambu sampai pada saat sekarang masih ada keberdaannya. Kesenian ini berfungsi untuk hiburan, menjalin silahturahmi antar warga dan masyarakat. Analisi  perkembangan  bentuk  pertunjukan  musik  Suling  Bambu    dari dahulu  sampai  sekarang  dapat  disimpulkan  bahwa  pertunjukan  musik  Suling Bambu     selalu     menjaga     nilai-nilai     kearifan     lokal,     walaupun     dalam perkembangannya  terjadi  penambahan-penambahan  instrumen-instrumen  baru. Munculnya instrumen baru dalam pertunjukan musik Suling Bambu tidak menjadi nilai-nilai  kearifan  budaya  masyarakat  Siulak  menjadi  hilang  begitu  saja.  Bentuk konsep  pertunjukan  musik Suling  Bambu dari  bermain  individu,  sampai  bermain bersama,  dari  untuk  menghibur  diri  sendiri  sampai  untuk  menghibur  orang banyak. Musik Suling Bambu sampai sekarang tetap tumbuh berkembang di tengah kehidupan masyrakat"

Kelompok Seruling Bambu yang masih aktif dan di Kecamatan Siulak Kabupaten Kerinci hingga saat ini diantaranya adalah Sanggar Seni Mindulahin di Lubuk Nagodang pimpinan Bapak Azhar MJ Seniman dan budayawan Provinsi Jambi, Group Sijinak Burung dari Siulak Mukai pimpinan Bapak Syaiful, Sanggar Seni Kanti Usik di Telago Biru Siulak Gedang pimpinan Zarmoni, dan lain sebagainya.

Yang menjadi kendala sekarang ini adalah kurangnya minat generasi muda untuk belajar meniup seruling dan membuat Kelompok Kesenian Seruling Bambu, sehingga pengkaderisasi tidak dapat berjalan dengan baik. Disamping itu, para pemain legendaris sudah uzur dan banyak yang telah meninggal dunia.

Dokpri. Pemain seruling yang kini kurang pengkaderan
Dokpri. Pemain seruling yang kini kurang pengkaderan

Dari pengamatan penulis, kesenian Seruling Bambu ini nantinya akan hilang ditelan zaman jika tidak ada pengkaderan yang baik sedini mungkin, bisa jadi nantinya akan diadopsi menjadi budaya daerah lain, meskipun para peniup seruling masih banyak dan tetap terkader, namun kelompok seruling bambu secara utuh yang disebut "Tambur" tidak akan muncul lagi.

Didalam permainan seruling bambu ini, semakin jauh malam semakin sendu, semakin rindu, semakin terhayati lantunan kata demi kata yang merajut sukma, mencurahkan isi hati, sehingga orang-orang yang bebaring diperaduan akan mengenang masa-masa silam, baik akan kasih orangtua, rindu kampung halaman, rindu pada orang-orang tercinta, ataupun ratapan hati akan kehilangan yang berarti.

Musik Seruling Bambu merupakan musik asli dari Kerinci, meski dalam perkembangannya tetap mengadopsi alat musik lain sebagai pelengkap, namun bagi jiwa-jiwa yang mengerti arti seni dan keindahan, ia merupakan wahana bagi jiwa nan gersang, jiwa nan haus kelembutan dan kasih sayang, disinilah lantunan-demi lantunan mewakili perasaan, pantun yang tersusun indah nan disemai kedalam tale dan nyanyian, membuat  gelora jiwa kembali muda.

Masa jayanya kini telah berakhir, namun harapan masih tetap ada untuk generasi milenial, agar suatu saat ada jiwa-jiwa yang mereformasi Seni dan Tradisional Kerinci ini, sehingga kelompok seruling bambu ini dapat kembali mendapat tempat dihati masyarakat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun