Mohon tunggu...
Zarmoni
Zarmoni Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penggiat Seni dan Budaya Kerinci

Penggiat Seni, Adat dan Budaya Kerinci

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Panyihak" Sitawa Sidingin dalam Kehidupan Masyarakat Kerinci

31 Agustus 2022   17:12 Diperbarui: 5 September 2022   17:50 6545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kehidupan manusia, dari zaman ke zaman manusia senantiasa mengakui akan adanya Tuhan yakni Sang Pencipta alam semesta. Begitu banyak kisah-kisah klasik yang menceritakan tentang eksistensi para pencari kebenaran, mencari keberadaan Sang Pencipta, yang akhirnya melahirkan konsep teology dan menjadi suatu agama tentang ke Tuhanan.

Selain kepercayaan akan adanya Yang Maha Kuasa, manusia berdampingan dengan dunia wujud/nyata dan dunia kasat mata (gaib). Setiap penomena alam, kejadian, malapetaka, musibah dan bencana akan dikaitkan dengan suatu alam yang tak wujud namun diakui keberadaannya.

Didalam agama Islam sendiri, al-qur'an menjelaskan tentang keyakinan akan adanya dunia gaib, Allah SWT merupakan Sang Khalik yang gaib, malaikat makhluk gaib, Iblis, Syaithan, dan Jin adalah makhluk gaib, hari kiamat, rezeki, kematian, semuanya adalah hal yang gaib.

Di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi, nun sebelum agama Islam datang membawa kebenaran dan cahaya keimanan, penduduk Kerinci telah menganut sistim kepercayaan animisme, dinamisme, Hindu, dan Budha. 

Keyakinan lokal yang saat ini masih terus ada dan lestari yaitu masalah "palaho", yakni suatu upacara adat terhadap Roh Ninik Moyang yang diyakini memiliki keistimewaan, kharomah, dan kesaktian.

Ritual Palaho memindahkan orang gaib/Dok pribadi
Ritual Palaho memindahkan orang gaib/Dok pribadi

Disamping kepercayaan akan roh dan arwah ninik moyang, masyarakat Kerinci masih ada yang percaya dengan makhluk gaib lainnya diantaranya seperti:

1. Uhang Tanah (Orang gaib penunggu tanah)

Uhang tanah ialah sejenis Jin yang menghuni suatu tanah kosong, semak belukar, ataupun hutan yang belum ditempati manusia. Keberadaannya ini dizaman dahulu sangat sakral disaat orang Kerinci mau medirikan rumah, maka akan diadakan pemindahan "uhang tanah" dari tanah yang akan didirikan ke tempat lain yang dianggap pantas, dan disana akan ditanam "tiang tanem" sebagai tanda atau simbol tempat uhang tanah/Jin yang dipindahkan. Dan tempat itu diberi nama "Pulong".

2. Uhang Taman (orang yang menjaga mata air sumur, rawa, dsb)

Uhang taman ini merupakan penunggu mata air baik sumur maupun rawa, ketika tanah yang terdapat mata air ini akan didirikan suatu bangunan maka akan diadakan acara mohon izin (mintak ajun arah) dan pemindahan penghuni tanah tersebut.

3. Dewa, Mambang, Peri

Dewa/mamabang/peri ini sejenis Jin yang biasanya menghuni hutan belantara dan pegunungan. Dimana sering kejadian ketika seseorang memasuki hutan belantara dalam rangka mencari tanaman langka, burung, berburu, mencari rotan, namun ketika mau pulang ia tidak bisa menemukan jalan kembali di Kerinci disebut "Kno Kukau" kejadian ini disebut bahwa orang yang bersangkutan telah dibawa lari oleh Dewa/Mambang/Peri. Biasanya kedatangan Dewa ini ditandai dengan munculnya wangi harum bunga yang tiba-tiba.

4. Uhang Gagah (orang gagah)

Uhang gagah ini diyakini makhluk gaib penunggu tempat-tempat angker, seperti pohon beringin besar, mata air abang, lembah yang curam, jalan bersimpang empat, dan lain sebagainya.

5. Jadin-Jadin (siluman)

Jadin-jadin ini suatu makhluk gaib yang bisa berubah wujud baik menjadi binatang, maupun menyerupai seseorang.

Menurut keyakinan para panatua Kerinci, setiap lahan kosong, setiap jengkal tanah dihuni atau ditunggu oleh makhluk gaib, sehingga tatkala ketika kita berada di area tersebut,sering merasakan takut, gelisah, marah, sedih, atau perasaan nyeleneh yang datang secara tiba-tiba. 

Nah untuk merasakan aman dan jauh dari gangguan, maka tanah/lahan tersebut perlu di dinginkan dengan upacara adat dan budaya Kerinci yang diwarisi turun temurunn dari leluhur.

Ketika seseorang mau mendirikan bangunan ditanah kosong tersebut, ada suatu budaya yang disebut "palaho mintak ajun arah" atau "palaho mintak tanah" yaitu dengan mengadakan upacara adat istiadat dengan meletakkan sirih tiga kapur rokok tiga batang, dan memotong ayam sebagai tumbal.

Ketika seseorang tidak melakukan hal upacara tersebut, maka ketika bangunannya selesai dan dia menempatinya maka ia akan diganggu oleh penampakan makhluk astral, Hantu, Setan, dan lain sebagainya.

Tetapi jika diikuti dengan upacara adat budaya, sesuai dengan urutannya maka ia akan senantiasa senang dan tidak takut untuk menghuni bangunannya.

Adapun upacara sebelum membuat bangunan diatas suatu tanah ialah :

1) Manggin Taganai (memberi tahu teganai);

2) Magih Tau Neghi (memberi tahu negeri);

3) Isi Adat Tuang Limbago (membayar uang adat);

4) Nukun Lantak (dilakukan leh taganai);

5) Palaho mintak tanah/ ajun arah;

6) Mindah ka uhang gaib (memindahkan penunggu tanah);

7) Baselang membuat pondasi;

8) Mendirikan bangunan;

9) Bajamba/Ningin Umah;

Bajamba (sesajen)/Dok pribadi
Bajamba (sesajen)/Dok pribadi

10) Kenduri syukuran;

1. Manggin Teganai

  • Sebelum mendirikan bangunan diatas sebuah tanah, yang bersangkutan harus memberi tahu teganai dengan mengundang Teganai (Depati, Ninik Mamak, Anak Jantan) untuk bermusyawarah dan menyampaikan maksud untuk mendirikan bangunan.
  • Dalam acara ini, selain snack, yang mengundang meletakkan sirih tiga buku (baca artikel Mengenal Kebudayaan Tigo Luhah Tanah Sekudung Siulak);

2. Magih Tau Neghi

  • Yaitu mengundang orang adat, alim ulama, cerdik pandai untuk memberi tahu bahwa ia akan mendirikan bangunan. Dalam acara ini selain snack, hadirin diberi makan.

3. Isi Adat Tuang Limbago

  • Ketika akan mendirikan bangunan di suatu wilayah, ia harus membayar uang adat sebagai simbol untuk masuk kedalam suku dikampung tersebut, sehingga ia akan diakui sebagai salah satu anak buah anak kemenakan di kampung tersebut dan mendapat perlakuan yang adil dan merata.

4. Nukun Lantak

  • Di sini tugas Depati, Ninik Mamak, Anak Jantan untuk memasangkan patok akan batas-batas tanah tersebut, sehingga apabila terjadi gangguan tentang batas tanah tersebut dikemudian hari Teganai tersebut yang akan menyelesaikannya.

5. Palaho Mintak Ajun Arah

  • Yaitu permohonan izin kepada penghuni lahan yang akan didirikan bangunan diatasnya secara adat kebudayaan.

Sirih tiga kapur rokok tiga batang untuk menyeru arwah ninik moyang/Dok pribadi
Sirih tiga kapur rokok tiga batang untuk menyeru arwah ninik moyang/Dok pribadi

6. Mindah ka uhang gaib

  • Dikarenakan suatu lahan kosong tersebut tidak diketahui apakah ditunggu oleh uhang tanah, uhang taman, uhang gagah, maupun Mambang, maka harus dipindahkan dengan upacara adat.

7. Baselang membuat pondasi

  • Yaitu acara gotong royong kekerabatan dalam menggali pondasi, membikin pondasi dengan sistim diberi snack, makanan, dan rokok tanpa upah pekerja.

8. Mendirikan Bangunan

  • Setelah pondasi dibikin secara kegotong royongan, maka dalam hal pelaksanaan pendirian rumah dapat diserahkan kepada tukang.

9. Bajamba ningin umah

  • Setelah bangunan selesai, maka akan diadakan acara bajamba/ningin umah. Bajamba ialah empat buah nasi yang dibungkus dengan daun pisang serta ayam yang telah dimasak dimasukkan kedalamnya lalu diserahkan oleh "Baliyan" yaitu petugas upacara adat sebagai sesajen untuk makhluk gaib. 
  • Sedangkan untuk mendinginkan rumah, maka dibutuhkan alat-alat "panyihak" berupa:
    • Sitawa/pacing (Costus speciosus)
    • Tanaman Sitawa/Dok pribadi
      Tanaman Sitawa/Dok pribadi
    • Sidingin/Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata)
    • Tanaman Cocor Bebek/Dok pribadi
      Tanaman Cocor Bebek/Dok pribadi
    • Kundur Batang;
    • (Kundur). Sumber: supplybunny.com 
      (Kundur). Sumber: supplybunny.com 
    • Kumpai Jalun/ Sikumpai;

Tumbuhan ini biasanya hidup di pinggiran sawah dan kolam ikan, ia berbaur dengan rumpu bento dan rumput pakan sapi lainnya. bentuknya beruas dengan warna batang agak kehitaman.


    • Dokpri. Kumpai Jalun / Sikumpai
      Dokpri. Kumpai Jalun / Sikumpai
    • Cakrau:
    • Tanaman cakrau/Dok pribadi
      Tanaman cakrau/Dok pribadi
    • Pelepah Pisang dingin
    • Pisang Dingin. Sumber: ahlitani.com
      Pisang Dingin. Sumber: ahlitani.com
    • Kesemuanya diiris kecil, kemudian di masukkan kedalam wadah berupa baskom atau ember, diisi dengan air mentah, lalu sang tabib akan membacakan mantera seraya diangkat diatas api menyan :

Bismillahirrahmanirrahim

Empat segi bumi empat segi langit, ini kami nyucuo kundu, mintak kundu ka bla jak lilie, bla jak mudik,  cakrau untuk munderau ka panyakit dalam tubuh panyakit dalam badan, silingin untuk paningin anak kayo same ado kno api, kno kno besi kno tindih  nak batu sinin neh,  same ado anak kayo dmam angat dmam lingin,  kami lingin ka ahi sipetang ini, sitawa untuk munawa anak kayo, sidingin untuk paningin kayo uhang taman basah taman krin, mintak dingat mintak dikalano, jangan lah ado bla jak lilie bla jak mudik

 Bismillahirrahmanirrahim

Empat segi bumi empat segi langit, ini kami memantrai labu, mohon tolaklah bala dari hilir maupun dari mudik, cakraw untuk melecut penyakit dalam tubuh dalam badan, silingin untuk mendinginkan anak tuan mungkin terkena api kami, kena besi kena tindih oleh batu yang ada disini, mungkin ada anak tuan yang demam hangat demam dingin, kami dinginkan dengan hari sore ini, sitawa untuk mengobati anak tuan, sidingin untuk mendinginkan hati tuan, orang mata air maupun sumur kering disini.

  • Adapun makna dari tiap-tiap tanaman tersebut adalah, labu di mantrai untuk menolak bala dari selatan, utara, timur dan barat agar rumah orang tersebut bebas dari malapetaka.
  • Cakrau untuk mengusir penyakit dari dalam tubuh dan dalam badan orang gaib yang terkena peralatan selama orang bekerja membangun rumah.
  • Sidingin untuk mendinginkan jikalau ada anggota keluarga makhluk gaib yang terkena api, terkena besi, ataupun tertindih batu selama pembangunan gedung/rumah tersebut.kemudian sitawa, kulit pisang dingin untuk menjadi obat bagi orang gaib dan meredakan murkanya terhadap orang yang membangun gedung/rumah. dengan cara menebarkan panyihak yang sudah dimantrai tersebut kesekeliling rumah/bangunan tersebut.
  • Disamping untuk mendinginkan bangunan/rumah, panyihak  juga digunakan untuk mendinginkan barang berupa Mobil, sepeda Motor, dan mesin lainnya. Dengan tujuan agar aura kendaraan tersebut sinkron dengan operatornya.

Dalam hal acara ritual adat tersebut, orang dahulu telah menjalin hubungan yang harmonis dengan alam dan lingkungan, tidak boleh bicara sembarangan, menebang kayu sembarangan, BAK sembarangan dikarenakan untuk menjaga keselarasan dan keseimbangan hukum alam, mereka mengadakan upacara-upacara untuk memuja Sang Pencipta. Cuma cara dan prakteknya yang berbeda sesuai keyakinan pada saat itu.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun