Mohon tunggu...
Zarmoni
Zarmoni Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penggiat Seni dan Budaya Kerinci

Penggiat Seni, Adat dan Budaya Kerinci

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Panyihak" Sitawa Sidingin dalam Kehidupan Masyarakat Kerinci

31 Agustus 2022   17:12 Diperbarui: 5 September 2022   17:50 6545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

8. Mendirikan Bangunan

  • Setelah pondasi dibikin secara kegotong royongan, maka dalam hal pelaksanaan pendirian rumah dapat diserahkan kepada tukang.

9. Bajamba ningin umah

  • Setelah bangunan selesai, maka akan diadakan acara bajamba/ningin umah. Bajamba ialah empat buah nasi yang dibungkus dengan daun pisang serta ayam yang telah dimasak dimasukkan kedalamnya lalu diserahkan oleh "Baliyan" yaitu petugas upacara adat sebagai sesajen untuk makhluk gaib. 
  • Sedangkan untuk mendinginkan rumah, maka dibutuhkan alat-alat "panyihak" berupa:
    • Sitawa/pacing (Costus speciosus)
    • Tanaman Sitawa/Dok pribadi
      Tanaman Sitawa/Dok pribadi
    • Sidingin/Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata)
    • Tanaman Cocor Bebek/Dok pribadi
      Tanaman Cocor Bebek/Dok pribadi
    • Kundur Batang;
    • (Kundur). Sumber: supplybunny.com 
      (Kundur). Sumber: supplybunny.com 
    • Kumpai Jalun/ Sikumpai;

Tumbuhan ini biasanya hidup di pinggiran sawah dan kolam ikan, ia berbaur dengan rumpu bento dan rumput pakan sapi lainnya. bentuknya beruas dengan warna batang agak kehitaman.


    • Dokpri. Kumpai Jalun / Sikumpai
      Dokpri. Kumpai Jalun / Sikumpai
    • Cakrau:
    • Tanaman cakrau/Dok pribadi
      Tanaman cakrau/Dok pribadi
    • Pelepah Pisang dingin
    • Pisang Dingin. Sumber: ahlitani.com
      Pisang Dingin. Sumber: ahlitani.com
    • Kesemuanya diiris kecil, kemudian di masukkan kedalam wadah berupa baskom atau ember, diisi dengan air mentah, lalu sang tabib akan membacakan mantera seraya diangkat diatas api menyan :

Bismillahirrahmanirrahim

Empat segi bumi empat segi langit, ini kami nyucuo kundu, mintak kundu ka bla jak lilie, bla jak mudik,  cakrau untuk munderau ka panyakit dalam tubuh panyakit dalam badan, silingin untuk paningin anak kayo same ado kno api, kno kno besi kno tindih  nak batu sinin neh,  same ado anak kayo dmam angat dmam lingin,  kami lingin ka ahi sipetang ini, sitawa untuk munawa anak kayo, sidingin untuk paningin kayo uhang taman basah taman krin, mintak dingat mintak dikalano, jangan lah ado bla jak lilie bla jak mudik

 Bismillahirrahmanirrahim

Empat segi bumi empat segi langit, ini kami memantrai labu, mohon tolaklah bala dari hilir maupun dari mudik, cakraw untuk melecut penyakit dalam tubuh dalam badan, silingin untuk mendinginkan anak tuan mungkin terkena api kami, kena besi kena tindih oleh batu yang ada disini, mungkin ada anak tuan yang demam hangat demam dingin, kami dinginkan dengan hari sore ini, sitawa untuk mengobati anak tuan, sidingin untuk mendinginkan hati tuan, orang mata air maupun sumur kering disini.

  • Adapun makna dari tiap-tiap tanaman tersebut adalah, labu di mantrai untuk menolak bala dari selatan, utara, timur dan barat agar rumah orang tersebut bebas dari malapetaka.
  • Cakrau untuk mengusir penyakit dari dalam tubuh dan dalam badan orang gaib yang terkena peralatan selama orang bekerja membangun rumah.
  • Sidingin untuk mendinginkan jikalau ada anggota keluarga makhluk gaib yang terkena api, terkena besi, ataupun tertindih batu selama pembangunan gedung/rumah tersebut.kemudian sitawa, kulit pisang dingin untuk menjadi obat bagi orang gaib dan meredakan murkanya terhadap orang yang membangun gedung/rumah. dengan cara menebarkan panyihak yang sudah dimantrai tersebut kesekeliling rumah/bangunan tersebut.
  • Disamping untuk mendinginkan bangunan/rumah, panyihak  juga digunakan untuk mendinginkan barang berupa Mobil, sepeda Motor, dan mesin lainnya. Dengan tujuan agar aura kendaraan tersebut sinkron dengan operatornya.

Dalam hal acara ritual adat tersebut, orang dahulu telah menjalin hubungan yang harmonis dengan alam dan lingkungan, tidak boleh bicara sembarangan, menebang kayu sembarangan, BAK sembarangan dikarenakan untuk menjaga keselarasan dan keseimbangan hukum alam, mereka mengadakan upacara-upacara untuk memuja Sang Pencipta. Cuma cara dan prakteknya yang berbeda sesuai keyakinan pada saat itu.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun