"TALE" DAN SENI LISAN KERINCI DI UJUNG SENJA
Disusun Oleh : Zarmoni
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tale artinya "Pengucapan", sedangkan menurut kaidah bahasa Kerinci, tale ialah "untaian kata penuh makna berupa syair yang dilantunkan dalam nyanyian".
Di Kabupaten Kerinci, tale ini banyak macam ragamnya, seperti melepaskan keluarga merantau mencari rezeki, tale keberangkatan untuk menunaikan ibadah haji, pun tale tentang kerinduan terhadap kampung halaman, orangtua, kekasih, maupun anak.
Sedangkan untuk menghafalkan suatu ilmu dizaman dahulu, banyak yang dibawakan dalam tale seperti pengajian adat, maupun pengajian syari'at/ ilmu agama.
Lahirnya tale ini dikarenakan pada zaman dahulu masyarakat belum banyak yang pandai tulis baca, adapun jenis huruf atau aksara kerinci yang berbentuk huruf "incung/rencong" hanya diketahui segelintir orang, kemudian pada perkembangan berikutnya masyarakat menggunakan aksara jawi (arab melayu).
Beberapa kebudayaan Kerinci yang berbentuk tale dan hampir punah diera millenial ini adalah :
1. Tale Cinta Kasih dan Kerinduan
Tale cinta ini merupakan ungkapan perasaan seseorang pada masa itu baik kisah cinta yang membahagiakan, perasaan rindu pada kampung halaman, patah hati, dan lain sebagainya. Dalam pelaksanaannya, penduduk kadangkala menggunakan media seruling sebagai alat musiknya. Tale yang dibawakan kadang disebut juga dengan "Barendie"
Ndiih.... rindiih...lah rindih....alah...
Cinak minin pumennyo ahi.....
iluk alah nian sayang aeh.... dimunanam kacang...
Ndiih.... rindiih...lah rindih.... alah...
Cinak alah minin pumen lah nyo kami....
Patut alah nian sayang aeh.... kami lah tibuang...
Aduhai....aduh...aduh....
Seperti ini keadaan hari...
Sangat bagus wahai kekasihku untuk menanam kacang
Aduhai....aduh...aduh....
Seperti ini lah keadaan diriku
Pantas benar wahai kekasihku badan terbuang
2. Tale Naek Ji (tale keberangkatan ibadah haji)
Tatkala masa dahulu, ketika seseorang mukmin akan menunaikan rukun Islam kelima, ia akan menempuh perjalanan panjang, menempuh hutan rimba raya, kampung dan negeri dengan adat istiadat yang berbeda, menempuh gunung yang tinggi, serta berlayar dilautan yang luas, memakan waktu yang cukup lama.
Kadang banyak yang meninggal sebelum sampai ke negeri Makkah, ada yang tidak kembali ke kampung halaman. Ingin dihubungi tak tentu di rantau mana ia berada, dinegeri mana ia bertahta, karena alat komunikasi belum canggih seperti sekarang ini.
Maka, ketika keluarga akan berangkat menunaikan ibadah haji, sanak keluarga yang tinggal akan membawakan tale, yang berisi suatu keikhlasan melepas mereka, mungkin suatu saat akan bersua kembali, atau malah hilang tak tentu rimbanya. Dalam arti kata, tale yang dibawakan itu akan mewakili ungkapan perasaan sanak keluarga yang ditinggalkan.
"hu Allah batu ji allah he yaho batu digumbak hu allah
"hu Allah batu taletak allah he yaho luwa mangkuto hu Allah
"hu Allah tujuh musim allah he yaho di lamun umbak hu allah
"hu Allah maksud atu allah he yaho ku Mekah jugo''
Batu Haji Batu bergombak
Batu terletak di luar Mahkota
Tujuh musim dilamun ombak
Maksud hati ke Mekkah jua
Kompasiana : Kreator: H. H. Sunliensyar
3. Maatab/mratap (Meratap)
Maatab/mratap merupakan sebuah ungkapan penyesalan, kekesalan, patah hati akibat ditinggalkan oleh orang tercinta, baik yang meninggalkan untuk pergi merantau, meninggal dunia, maupun hilang tak tentu rimbanya. Dalam hal ini maatab/mratap banyak terdengar tatkala seseorang yang dikasihi meninggal dunia.
Ndhiih... yo aeh.... piyo cpat nian kayo pgi...
Ndiih iyo alah aeh... kayo bujanji dingan badan ini
Kito kawin sudah nyabit... piyo minin kayo pgi...
Ninggan badan kami sdang nih sayang....
Kenapa terlalu cepat tuan pergi
Tuan sudah berjanji denganku
Kita akan menikah setelah musim panen... kenapa sekarang tuan pergi
Meninggalkan ku yang sedang menyayangi