Mohon tunggu...
Zarmoni
Zarmoni Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penggiat Seni dan Budaya Kerinci

Penggiat Seni, Adat dan Budaya Kerinci

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengajian Adat Tigo Luhah Tanah Sekudung Siulak

24 Juli 2022   19:50 Diperbarui: 24 Juli 2022   20:00 1700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Silahkan di tonton di youtube

Kajian Adat Tigo Luhah Tanah Sekudung Siulak Tentang Namago

Kajian Adat Bab II Uteh Bateh

Dokpri. Silahkan ditonton di youtube
Dokpri. Silahkan ditonton di youtube

PENGAJIAN ADAT DI TIGO LUHAH TANAH SEKUDUNG SIULAK

Oleh : Zarmoni

Gelar : Temenggung Rio Bayan Putih

NARA SUMBER :

1. Abu Seman (Depati Rio Mudo Pengapit);

2. Abu Rahim (Gaek Gedang Napal Takuk);

3. H. Juhardi (Depati Sungai Langit Kecik);

4. Si Guntur (Pandai Besi Pelak Gedang);

5. Tasar (Temenggung Adil Kayo);

6. Zukri (Depati Mangkubumi Payung Alam);

7. Mat Salim (Depati Intan/Depati Indah Susun Negeri)

8. Syamsuruddin (Rajo Simpan Bumi Tunggun Setio Tanah Indropuro)

9. Alimin (Temenggung Susun Negeri)

10. Suhapri Arif (Sirajo Tunggan)

11. Andani Sutan (Rajo Simpan Bumi Susun Negeri)

A. Latar Belakang

Pada zaman dahulu kala, manusia belum mengenal aksara tulisan, meskipun pada zaman itu telah ada aksara incung di Kerinci, namun tidak semua manusia bisa membaca dan menulisnya selain para cendikiawan pada masa itu. Maka, ketika para penyebar Islam datang ke Alam Kerinci, maka dibentuklah kisah (tembo), maupun karya sastra lainnya lewat huruf aksara Jawi (Arab Melayu).

Begitu pula dengan ketetapan hukum adat, para petua menceritakan lewat hafalan-hafalan mereka. Untuk mempermudah hafalan tersebut, para peserta pengajian adat melafalkan nya lewat untaian kata berirama (senandung) dengan diiringi musik sendok dan piring.

Lam-kelamaan, nyanyian kajian adat diwarisi oleh generasi berikutnya, sehingga sampai sekarang ini, para pemangku Sko, melantunkan kajian Adat tersebut lewat nyanyian dan musik sendok dan piring.

B. Awal Mula Kajian Adat

Kajian Adat di Kerinci ini telah bermula sejak lama sekali, namun di Tigo Luhah Tanah Sekudung Siulak, yang dapat kita temui para pelakunya dimulai pada Tahun 1957, dengan tatacara :

1. Anggota pengajian adat mendatangi "guru" yang telah mahir membawakan kajian adat;

2. Sebelum pengajian dimulai diadakan ritual khusus, yaitu dengan membuat sirih tiga buku, dan membakar kemenyan;

3. Membaca khutbah/Penyeruan terhadap Ruh Nenek Moyang agar memberikan petunjuk kejalan yang benar dan dipermudah  pemahamannya;

4. Dimulai dengan Kajian Adat :

a) Bab

1) Bab Rajo;

2) Bab Sarutan.

b) Tembo

1) Tembo Alam;

2) Tembo Ninek;

3) Tembo Tanah;

c) Adat

d) Namago

e) Undang

f) Teliti

5. Setiap selesai menghafal bagian demi bagian diadakan acara ritual khusus yaitu dengan memotong ayam dan dibacakan do'a syukuran (sertifikat).

6. Pengajian dilaksanakan hampir saban malam, dari lepas Isya sampai dengan waktu yang disepakati bersama.

7. Pengajian Adat ini mengutamakan hafalam pengajian Bab dan Tembo, yaitu agar peserta pengajian mengetahui dan mengenali asal-usul mereka.

C. Disentegrasi kajian Adat di Kerinci

Ditahun 1922 Kajian Adat pernah fakum, dikarenakan pada masa itu Kerinci bergabung dengan Sumatera Barat PSK (Pesisir Selatan Kerinci) sampai dengan Tahun 1957. Karena pada masa itu, banyak terjadi gejolak masyarakat hingaan zaman kemerdekaan.

D. Kajian Adat di Zaman Modern

Pengajian Adat di Kerinci ini berlangsung sejak Tahun 1957 s/d tahun 1995. Dimana semangat pengajian ini terus mengalami kemajuan dengan berbagai versi. Ada masyarakat yang membawakan Pengajian Adat ini setelah acara yasinan, kadang bercampur dengan pengajian Tauhid (Sifat 20), kadang mengadakan pengajian adat bersamaan dengan pengajian Baramulo (kajian fiqih Islam). 

Namun setelah Tahun 1995 Kerinci diguncang oleh Gempa Bumi berkekuatan 7,10 Skala Ricter, sehingga bangunan banyak yang roboh, masyarakat trauma dan pesimis, sehingga kegiatan Pengajian Adat disetiap desa banyak yang fakum.

Ditahun 2009, beberapa orang masyarakat yang berasal dari desa Siulak Gedang, Pasar Siulak Gedang, Desa Dalam, Telago Biru, Bendar Sedap, dan Koto Beringin membuat Pengajian yasinan yang anggotanya + 40 orang. Dikarenakan anggota tersebut banyak pemangku Sko, maka mereka berinisiatif membawakan kajian Adat setelah acara pengajian Yasinan.

Adapun perbedaan Pengajian Adat kini dan dahulu adalah :

1. Anggota pengajian adat dapat membawa salinan/buku Kajian Adat.

2. Sebelum pengajian dimulai tidak diadakan ritual khusus. Dan tidak membuat sirih tiga buku, dan tidak membakar kemenyan;

3. Tidak membaca khutbah/Penyeruan terhadap Ruh Nenek Moyang.

4. Dimulai dengan Kajian Adat :

a) Namago

1) Namago Dapur;

2) Namago Kurung;

3) Namago Nagari;

4) Namago Alam.

b) Tembo

1) Tembo Alam;

2) Tembo Ninek;

3) Tembo Tanah;

c) Undang

5. Pengajian Adat dizaman modern dilaksanakan setiap malam setelah pengajian yasinan.

Namun sekarang ini, pengajian adat di masing-masing desa sudah jarang kita jumpai dikarenakan kesibukan masing-masing orang, dan tentunya pengaruh media internet yang menyuguhkan hiburan yang beraneka macam ragam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun