Lalu disampaikanlah secara adat, jika salah satu dari tiga Teganai tidak hadir maka akan di "hangus"kan/ atau diambil oleh teganai yang hadir sebagai sebuah hukuman. Namun jika semuanya lengkap, maka dikembalikan secara utuh kepada ahlul bait.
b. Sirih Sebuku / Sirih Magih Tahu
Setelah sirih tiga buku disampaikan, lalu diletakkanlah cerana/piring yang berisi beras dan sirih pinang serta rokok dua bungkus, lalu memberi tahu kepada Ninik mamak untuk menyampaikan maksud ahlul bait secara adat. Disini akan diberitahu kapan waktu dilaksanakan mendirikan rumah baru.Â
Baik secara mandiri, maupun secara gotong royong, maka disampaikan pada waktu magih tahu tersebut, dan menetapkan teganai "menukun lantak" yaitu memukul patok pertama batas tanah.
c. Berdoa
Setelah sirih sebuku disampaikan, maka yang akan membangun rumah akan meletakkan nasi dan gulai kepada yang hadir dan berdo'a kepada Allah SWT agar dimudahkan segala urusannya.
3. Memindahkan Orang Gaib (Uhang Tanah)
Sebelum para pekerja memulai mendirikan bangunan ataupun menggali pondasi, si pemilik rumah akan memanggil balian salih untuk memindahkan "Uhang Tanah" atau makluk gaib penghuni tempat akan didirikan bangunan secara adat tradisional dengan peralatan sebagaimana mestinya dan ditambah "Tiang Tanem" sebagai simbol bagi makhluk halus bahwa orang disana telah meminta izin bekerja.
4. Nukun Lantak
Setelah memohon izin kepada makhluk gaib, maka Teganai akan memasang patok batas-batas tanah "Lantak Satukun Tali Sairing"Â dengan uang tukun lantak 15 rupiah (150.000), yang maksudnya jika terjadi gangguan oleh pihak lain akan tanah tersebut, maka Teganai akan menyelesaikannya.
5. Baselang/Gotong Royong
Baselang ialah arti dari gotong royong biasanya untuk menggali pondasi rumah akan diadakan acara baselang bersama keluarga besar, dengan menyiapkan bahan bangunan, makanan ringan "Palalu Kawo" dan diakhiri dengan "Makan Bersama" Nasi sebungkus.
6. Nunggu Umah Baru
Setelah rumah selesai dibangun, maka akan dipanggil Depati Ninik Mamak, Anak Jantan Teganai Rumah, dan undangan masyarakat sekitar untuk melaksanakan acara syukuran menunggu rumah baru dengan catatan si empunya rumah membayar "Pengisi Adat, Bungkus Nasi Besar, Buah Tinggi Buah Rendah" kepada orang adat dan diakhiri dengan do'a selamatan.
7. Ningin Umah
Setelah selesai acara syukuran, maka akan diadakan acara istilah "Ningin Umah" yaitu memberi obat kepada makluk gaib yang mungkin terkena senjata tajam, ataupun ditimpa bebatuan selama tukang bekerja, dengan bahan-bahannya yaitu "Kundur, Cakrau, Sitawa Sidingin, Pelepah Pisang Dingin, dan Cikampek"Â dengan mantra :
Untuk pendingin/ penawar (sidingin sitawa) rumah siapkan pula bahannya:
Sidingin secukupnya
Sitawa secukupnya
Kulit pisang lingin secukupnya
Cikampek secukupnya
Cakraw secukupnya
Kundur batang secukupnya (labu liar sering hidup disawah, dipinggiran sungai dan pinggiran hutan)
Lalu diiris atau dipotong kecil-kecil masukkan kedalam wadah/ember dan diisi air dingin, lalu dibacakan mantra:
Bismillahirrahmanirrahim
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!