Suku Kerinci termasuk suku Melayu Tua (Proto malayu) yang mendiami daratan Pulau Sumatera, yang diawali dengan gunung Kerinci sampai ke Muara Hemat arah ke Bangko. Banyak bukti dari zaman praejarah hingga zaman sekarang ini kehidupan Suku Kerinci yang nomaden, hingga kehidupan menetap dan bertani.Â
Dari zaman Megalitikum hingga zaman modern semua bukti telah dirampungkan oleh para ahli. Bahkan salah satu Kitab Undang-Undang Melayu tertua ada di Kerinci, yang disebut Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah.
Menariknya, Kerinci terdiri dari beberapa suku/klan yang disebut Luhah/Kalbu. Lain Desa, lain bahasa, setidaknya intonasi dan dialek yang berbeda.
Namun untuk menyatukan suku Kerinci, bahasa yang digunakan cenderung Bahasa Umum Kerinci. Di sini, bahasa Siulak dominan dipakai dalam pertemuan antara orang Kerinci bagian Hilir dengan orang Kerinci bagian tengah.
Siulak merupakan sebutan untuk Tigo Luhah Tanah Sekudung Siulak yang berada di hulu Kabupaten Kerinci. Di mana tradisi klasik masih banyak dilestarikan hingga saat ini.Â
Salah satu contoh, dalam mendirikan rumah baru, membuka lahan baru untuk sawah maupun ladang, orang Siulak masih mengadakan acara perdamaian dengan "Bumi", yakni meminta izin kepada arwah (makhluk astral) yang mendiami suatu tempat.
Sebelum membuka lahan baru, orang Siulak dizaman dahulu meletakkan sirih tiga kapur, rokok tiga batang, ditambah dengan api menyan, untuk menyeru roh nenek moyang (leluhur) dengan cara Nyaro, atau seruan dengan irama khas Kerinci.
Kemudian mereka menyatakan hal ihwal maksud dari tujuan sirih tiga kapur rokok tiga batang tersebut, bahwa mereka akan menggunakan lahan baru untuk mendirikan rumah, ataupun membuka sawah ladang, di mana dalam penyeruan itu disebutkan:
"Mintak di papah mintak di bimbing, siang dingan malam, ptang dingan pagi, kalu ado duri ngan tajam, tajam mintak tumpun, kalu ado laun kayu dingan biso, biso mintak tawa, kalu ado hulubalang kayo sribu dilangit sribu dibumi, sibusuk buo salingka dindam, mintak tulung kiba ka, mintak tulung di kungkung, karno kami takut dihulubalang kayo itu"Â
"Memohon perlindungan (menjadi teman), siang dan malam, petang dan pagi, jikalau ada duri yang tajam, tajam mohon ditumpulkan, jikalau ada dedaunan kayu yang berbisa, bisa tolong diberi penawarnya, jikalau ada hulubalang tuan seribu dilangit seribu dibumi, baik berupa iblis, makhluk ghaib, maupun binatang buas mohon disingkirkan, mohon dikurung, karena kami takut dengan hulubalang tuan tersebut"
Dibawah ini contoh "Menyeru" Arwah Ninik Moyang di Siulak Kerinci Jambi. Sumber dari : Youtube. M. donna