Mantra adalah kumpulan kata-kata yang dipercaya mempunyai kekuatan mistis atau gaib. Mantra juga termasuk dalam puisi lama/tua, yang pada masyarakat Melayu bukan dianggap sebagai sebuah karya sastra, tetapi lebih berhubungan dengan adat istiadat dan kepercayaan[1].
Di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi, mantra juga banyak macamnya. Baik digunakan untuk mengobati orang sakit, panglarisan, pengasih, penunduk, penguat, dll.
Mantra di Daerah Siulak Kabupaten Kerinci disebut dengan “Cuco, Lam, Jampi, Idu, Tawa” yang diamalkan oleh seorang “Dukun” sebagai tabib khusus mengobati penyakit yang berakitan dengan mistis.
Cara membaca mantrapun juga beraneka ragam. Ada yang dibaca dengan bersenandung, berdiri, ketika berjalan, maupun waktu tidur. Namun pada hakikatnya adalah pembacaan mantra untuk membuat lawan/musuh ataupun orang lain dapat kita kendalikan.
Mantra Kerinci juga demikian adanya, ada yang diamalkan dengan bersemedi, melalui ritual “palaho”[2], ataupun dengan gerakkan tangan dan “nyaro”.[3]
Pada dasarnya, mantra di Kerinci ini tidak didahulukan dengan membaca basmalah, namun penulis yakin dan percaya dengan hadirnya para ulama dan mubaligh yang menyebarkan agama Islam di Kerinci, tradisi dalam mantrapun berobah, diawali dengan basmalah dan disudahi dengan kalimat tauhid “Laa ila ha illallah”.[4]
Begitu banyak mantra yang bertebaran di bumi Sakti Alam Kerinci, tergantung dari “Tuan Guru” yang mengajarkannya secara hafalan turun temurun sehingga tidak terkaper bagi kita untuk mendokumentasikan keseluruhannya, dikarenakan kadang kala tidak semua mantra dapat dipublikasikan secara Cuma-Cuma, apalagi di ajarkan secara gratis kepada khalayak ramai.[5]
Dibawah ini penulis memberikan contoh beberapa mantra yang penulis dapatkan dari para tetua maupun masyarakat/pelaku yang masih memakai mantra didalam kehidupannya, serta cara pengamalannya dan langkah pertama sebelum mempelajari mantra tersebut.
MENJADI MURID SEORANG GURU