Lalu mandi sampai bersih, dan berwudhuk. Setelah sampai dirumah laksanakan shalat sunat taubat dua rakaat dilanjutkan dengan shalat subuh, begitulah selama tujuh hari kedepannya.
Setelah tujuh hari, maka mantra dapat di pelajari dan di amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan ketika seluruh mantra sudah dipelajari, maka sang guru akan memberikan “sertifikat” atau dalam bahasa Kerinci disebut “nyuda/nyuntuk kaji” dengan cara kenduri syukuran ala kadarnya.
MANTRA MENYERU ROH NINIK MOYANG/
PENUNGGU SUATU HUTAN RIMBA RAYA
Kebiasaan orang Kerinci pada zaman dahulu kala ialah memanggil roh ninik moyang untuk memohon petunjuk, meminta obat, menanyakan sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan, sakit, kehilangan, dan lain sebagainya. Begitu juga ketika orang Kerinci pergi mencari nafkah kehutan untuk berburu ataupun mencari rezeki lainnya, mereka berdamai dengan alam semesta.
Sebelum memasuki hutan rimba raya, dipintu hutan biasanya orang Kerinci akan meletakkan sirih tiga kapur, rokok tiga batang[1] dan menghidupkan api kemenyan seraya menghamburkan beras kunyit dan membaca mantera :
Bismillahirrahmanirrahim
Hai kayu jarang bersiu jarang bersilo, jarang putih namo ibu kau, jarang putih namo bapak kau, kau menyeru ruh sekalia sakti sekalian keramat untuk nyampaikan pintak pinto aku, kepado Allah, kepada Rasul, kepada Tuhan aku ngan sibenanyo, kepado kayo ngan tuwe ingat kalano sini neh.
Berkat kayo wali batigo liyam dipuncak gunung marapi, berkat pri dingan mandiri, berkat diwo digunung tinggi.