Mohon tunggu...
Zarmoni
Zarmoni Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penggiat Seni dan Budaya Kerinci

Penggiat Seni, Adat dan Budaya Kerinci

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Istilah Penanaman Padi di Siulak Kabupaten Kerinci Jambi

21 Juni 2022   03:00 Diperbarui: 21 Juni 2022   03:03 1003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumem Pribadi : Nguhah Mneh (Pencabutan Benih)

Disusun Oleh : Zarmoni

Tanaman padi merupakan tumbuhan yang dibutuhkan manusia Indonesia pada umumnya, terkhusus lagi di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi padi merupakan kebutuhan primer yang setiap hari dibutuhkan. dari zaman klasik,

 masyarakat Kerinci telah menanam tumbuhan padi yang konon pada masa itu padi ditanam dan dipanen membutuhkan waktu yang lama. Dizaman leluhur, buah padi cukup besar "katanya" sebagaimana seloka adat Rajo Simpan Bumi di Siulak Gedang Kecamatan Siulak Kabupaten Kerinci yang berbunyi : 

Apo pusako Tataruh disitu :Naruh kalantak idak guyih, naruh ka kungkung padi gedang, naruh kakait ngan idak sekah, naruhkan kain suri langit, naruhkan buli cincin cinto ado, naruh taropong yang amat terus, naruhkan cermin yang idak kabu,  nyerminkan kito yang duo luhah.


Dokumen Pribadi : Pusaka Rajo Simpan Bumi Siulak Gedang
Dokumen Pribadi : Pusaka Rajo Simpan Bumi Siulak Gedang "Kungkung Padi Gedang"

Dari keterangan seloka adat dan bukti pusaka yang ditinggalkan (meski belum diteliti kebenarannya oleh para pakar) diketahui bahwa jauh pada zaman dahulu kala, di Kerinci telah bercocok tanam padi yang dikenal dengan nama "Padi Tinggi".

Dalam perkembangan zaman, penanaman komoditi padi di Kabupaten Kerinci telah mampu dua kali panen dalam setahun, sehingga kebutuhan beras dapat teratasi dengan cepat.

Dokumen Pribadi : Sawah yang habis
Dokumen Pribadi : Sawah yang habis "basiang"

Penanaman Padi di Kerinci dalam hal ini tinjauan khusus di Tigo Luhah Tanah Sekudung Siulak :

1. Padi Sawah;

2. Padi Ladang.

Untuk zaman sekarang ini penduduk banyak bercocok tanam padi sawah, dengan istilah penanamannya dimulai :

  1. Ng'ndam Mneh (Merendam Benih), Petani akan memilih jenis padi yang akan ditanam seperti bibit unggul/bibit lokal, lalu dijemurkan sehari, dibersihkan, lalu direndam dan diperam lebih kurang tiga malam;
  2. Mna Tmpat Sme (Membuat Persemaian Benih), Petani akan membuat persemaian di sawah dengan kadar air yang cukup dan diyakini benih dapat tumbuh dengan baik;
  3. Ngambu Mneh (Menabur Benih), setelah tempat persemaian selesai dibikin lalu diadakan acara penaburan benih yang sudah mulai tumbuh bakal tumbuhannya;
  4. Nutuh Pamatang (membabat/membersihkan pematang sawah), pembersihan pematang sawah dilakukan dengan membabat tumbuhan liar dengan parang, dan dilanjutkan dengan pembersihan pematang dengan pacul/cangkul;
  5. Mangku (mencangkul sawah)/ Msin ka umo (membajak dengan mesin bajak);
  6. Malinyau (menginjak-nginjak tanah sawah hingga benar-benar hancur);
  7. Nundo (meratakan tanah sawah dengan kayu), dimaksudkan agar tanah sawah benar-benar datar/bagus untuk penanaman padi;
  8. Nguhah (pencabutan benih dari persemaian menuju tempat penanaman padi);
    Dokumem Pribadi : Nguhah Mneh (Pencabutan Benih)
    Dokumem Pribadi : Nguhah Mneh (Pencabutan Benih)
  9. Ngihang Padi (penanaman padi di sawah), penanaman padi dilakukan dengan teratur sesuai dengan jarak yang dikiakan cocok untuk padi tumbuh;
  10. Ngambu Pupuk (pemupukan tanaman padi), setelah akar padi kira-kira sudah melekat dengan tanah sawah maka akan ditaburkanlah pupuk sesuai dengan kebutuhan pupuknya;
  11. Basiang (pencabutan tumbuhan liar/gulma), basiang dilakukan agar tanaman padi tidak bercampur dengan tumbuhan liar lainnya yang menjadi gulma, sehingga padi tidak subur;
  12. Naek ayie umo (proses pemberian air yang cukup pada sawah melalui pintu-pintu air disawah);
  13.  Ngalau (yaitu penghalauan burung-burung pemakan padi seperti pipit);
  14. Masang Pangalau (yaitu pemasangan kertas, tali, lonceng untuk penghalau pipit);
  15. Skalalo (orang-orangan sawah);
  16. Karibun (kincir angin/baling-baling);
  17. Nuai (proses panen menggunakan "tuai"/ani-ani, yang dilakukan pada zaman dahulu kala);
  18. Nyabit Padi (panen padi menggunakan sabit/arit);
  19. Ngempeh Padi (yaitu pemisahan bulir padi dengan jerami);
  20. Nampi padi (pemisahan padi yang berisi dengan "ampo"/padi hampa);
  21. Parangin Padi (pemisahan padi yang berisi dengan "ampo"/padi hampa);
  22. Ngaleng Padi (memasukkan padi kedalam karung dengan menggunakan kaleng bekas cat kapur untuk menentukan hasil panen);
  23. Ngangkut (membawa padi yang sudah dikarungkan dari sawah ke jalan raya);
  24. Nyemo/Ngangat Padi (pengeringan padi dengan cara dijemur dibawah terik matahari);
  25. Numbuk (proses pembuatan beras melalui media Lesung pada zaman dahulu kala , dan Heler pada zaman sekarang);
  26. Breh (beras);
  27. Skam (kulit padi);
  28. Ledak (dedak);
  29. Jilami (jerami padi);
  30. Nyindap Jilami (membakar jerami padi sebelum pengolahan sawah)

Dokumen Pribadi : Tunggul Padi setelah panen
Dokumen Pribadi : Tunggul Padi setelah panen

Demikianlah istilah-istilah penanaman padi di Siulak Kabupaten Kerinci. Memang penduduk Kerinci pada umumnya merupakan petani yang hidup dari sawah ladang dari zaman dahulu kala 


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun