Mohon tunggu...
Zahra Haaniyah
Zahra Haaniyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswa Departemen Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membangun fondasi mendasari pengembangan keterampilan komunikasi, kreativitas, dan kemampuan beradaptasi dengan secara aktif terlibat dalam dunia penyiaran. Memiliki pengalaman dalam produksi konten dan didorong juga oleh minat yang kuat terkait industri kreatif dan pemasaran digital.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Surat Terbuka untuk Taylor Swift atas Tindakan Pasifnya terhadap Isu Genosida

8 Juni 2024   22:44 Diperbarui: 8 Juni 2024   23:19 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bagaimana idola yang menjadi panutan banyak orang bersikap pasif terhadap isu peristiwa yang tidak lagi terisolasi?  

 

Taylor Swift sebagai penyanyi dan penulis lagu terkenal menjadi sebuah ikon budaya pop yang tidak hanya dikenal karena penyampaian story telling dan bakat musiknya, tetapi juga andilnya dalam isu sosial dan politik. Ia telah berbicara tentang banyak isu, terutama pada film dokumenternya Miss Americana yang menyinggung hak LGBTQ+ hingga pemilu Amerika Serikat. Semenjak itu, dirinya mulai mengaku ingin terlibat lebih inklusif terhadap isu-isu politik yang berlangsung. Namun, tampaknya dalam konflik global Israel-Palestina ini Taylor Swift menghindari perbincangan hangat tersebut dilihat dari perbandingan keterlibatan aktif terhadap kampanye sosial lainnya. Dari keheningan ini muncul berbagai pertanyaan terkait konsistensi dan tanggung jawabnya sebagai selebriti penggiring suara masif. 

 

Garis yang ditarik dalam dunia figuran tersebut merupakan garis batas ambang keamanan dalam keberpihakkan. Dalam artian, keterbukaan terhadap suatu dukungan hak asasi manusia perlu disuarakan. Kebanyakan dari figur tersebut hanya akan peduli sampai hak istimewa mereka utuh dan terpenuhi. Demi stabilitas gelombang karir, mereka memilih untuk tetap diam atau tetap netral. Sementara itu, Taylor Swift berbicara tentang hak istimewa melalui akun X pada Juni, 18/2020 "Jangan pernah membiarkan hak istimewa terbengkalai, ketika hak istimewa itu dapat digunakan untuk membela apa yang benar." Kenyataan tersebut terlalu pahit apabila dibandingkan dengan pilihan untuk bungkam dan mematikan kolom komentar media sosial Instagram miliknya. 

Setiap gerakan yang Taylor Swift angkat memiliki efek, setiap sentuhan berubah menjadi trending. Lantas mengapa ia masih tidak memilih keberpihakkan terhadap golongan manapun. Apakah netral menjadi jalur yang paling aman sebagai salah seorang idola dari sekian banyak pengikut. Aksi dukungan kepada Palestina oleh Swifties (sebutan penggemar Taylor Swift) pun dilakukan oleh berbagai pihak dari belahan dunia menggunakan tagar 'Swifties for Palestine' di media sosial X sebagai bentuk surat terbuka terhadap suaranya.   

 

Definisi pandangan Taylor Swift sebagai ibu peri mulai tergantikan dari kekaguman menjadi kekecewaan. Seharusnya dari sosok yang berpengaruh besar tersebut dapat membuat perbedaan di dunia, meskipun hal yang dilakukan hanya berbentuk dukungan dan suara keadilan terhadap pihak yang mengalami krisis kemanusiaan. Terkadang bingung bagaimana para penggemar masih membela atau memujanya sebagai sosok malaikat yang tidak mengepakkan sayapnya terkait isu genosida. Dimana tanggung jawab moralnya sebagai sosok yang berpengaruh? 

 

Keheningan tersebut dianggap sebagai pilihan politik tersendiri yang menimbulkan banyak spekulasi. Di satu sisi, tindakan pasif ini bisa dipandang sebagai sikap netral demi penggemar atau kurangnya memahami kompleksitas konflik. Di sisi lain, keheningan ini juga bisa dilihat sebagai bentuk kengganan untuk terlibat dalam isu yang kontroversial. Dalam dunia di mana selebriti memiliki pengaruh besar, tidak berbicara sama halnya dengan mengambil sikap pasif. 

 

Meskipun tulisan ini tidak dapat mempersuasi suara banyak orang, tetapi keadilan harus tetap ditegakkan ketika memiliki hak untuk bersuara. Suara tersebut dapat mendorong jutaan kepala untuk dapat mengambil tindakan meskipun hanya dalam skala yang kecil. Komunitas yang dibentuk perlahan hingga masif dapat menggabungkan upaya berbicara dengan algoritma suara mayoritas yang dapat mengarahkan perubahan. Batasan aktivisme dalam diri Taylor Swift dapat dilihat dari tindakan refleksi dirinya terkait isu genosida ini. Dalam era di mana setiap kata dan tindakan selalu dipantau secara keseluruhan, pilihan untuk berbicara atau tidak berbicara memiliki konsekuensi yang jauh lebih besar dari sebelumnya. Satu suara dapat mempengaruhi jutaan pikiran lainnya, mari lakukan perubahan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun