Mohon tunggu...
Zahra Haaniyah
Zahra Haaniyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswa Departemen Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membangun fondasi mendasari pengembangan keterampilan komunikasi, kreativitas, dan kemampuan beradaptasi dengan secara aktif terlibat dalam dunia penyiaran. Memiliki pengalaman dalam produksi konten dan didorong juga oleh minat yang kuat terkait industri kreatif dan pemasaran digital.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Wanita sebagai Permata di Mahkota: Impian atau Hanya Sebuah Bayangan?

8 Juni 2024   19:45 Diperbarui: 8 Juni 2024   19:47 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Definisi mahkota menurut oxford languages merupakan objek bagian atas yang terletak pada posisi tertinggi dari sesuatu dan merupakan simbol otoritas. Biasanya terbuat dari atau dihiasi dengan mulia dan permata. Sedangkan permata sendiri sebagai ikon perhiasan, suatu batu berharga yang indah. Oleh karena itu mahkota dijadikan simbol harapan serta kekuasaan seseorang. Ia tidak dapat dipakai oleh sembarang orang, hanya mereka yang mampu memantaskan dirinya hingga layak mendapatkannya.


Namun, tak jarang mahkota dijadikan sebagai apresiasi pada ajang kecantikan. Dalam konteks ini mahkota dilambangkan sebagai sebuah pencapaian mind over body seseorang. Simbol kemenangan atas perjalanan, langkah yang mereka tempuh, dan impian yang mereka tuju. Tidak heran kebanyakan dari mereka berlari mengejar hanya demi sebuah mahkota.


Contoh yang paling dekat yaitu pemilihan prom queen. Semua berlomba -- lomba untuk sampai pada posisi dan titik dimana mereka menjadi kandidat diantara banyaknya wanita yang mencoba memantaskan diri memenuhi kriteria. Mereka mengejar mahkota seakan -- akan menjadi pencapaian standar sosial remaja yang paling atas merupakan kemenangan yang nyata. Dengan demikian, prom queen menjadi simbol daya tarik dari kejayaan masa remaja yang mereka wakili. Mereka diibaratkan seperti bunga mawar yang paling indah, semua orang cemburu kepadanya. Sementara sosok diantara mereka hanyalah sepucuk bunga matahari yang sedikit unik atau hanya sebuah stroberi yang mungkin rasa asamnya mengalahkan rasa manisnya itu sendiri.

Akan tetapi, apakah fungsi sebenarnya dari sebuah mahkota? Kemudian apakah dengan hanya memenangkan mahkota secara otomatis menjadikan kita sebagai ratu? Kemudian setelah menjadi ratu apakah kita termasuk ke dalam kriteria yang paling layak?

Saya rasa tidak.

Lantas apa sih kriteria yang harus dipenuhi untuk menjadi pemenang dalam ajang prom queen ataupun sebuah kontes kecantikan? Tentu saja sebuah kriteria yang memenuhi standar. Standar seorang wanita sempurna seperti memiliki bentuk badan yang ramping dan mungil, rambut yang indah, mata yang cantik, tulang pipi yang tinggi, kulit yang terawat, dan masih banyak lagi kriteria yang mungkin termasuk ke dalam kategori gadis ideal.

 
Sebenarnya, arti cantik secara universal bukan hanya sekedar kesempurnaan fisik, melainkan ia yang memiliki kepribadian dan keseimbangan antara pikiran, tubuh, dan jiwa. Meskipun begitu, mereka yang dianggap memiliki rupa yang cantik, mendapat privilege lebih karena memiliki karakteristik fisik yang lebih unggul yaitu standar yang hampir disetujui banyak orang. Merekalah incaran para lelaki yang memenangkan sebuah permainan. Padahal ini bukanlah sebuah kompetisi, namun hanya sebuah ilusi. Mereka membuat kita seakan -- akan berpartisipasi dalam kegilaan kontes yang mereka buat. Sedangkan, kebanyakan diantara kita selalu merasa terbelakang, tertinggal, bahkan tidak pernah menjadi pemenang dalam suatu pilihan.

Makna menyeluruh dari permata di mahkota ditujukan kepada mereka yang paling menarik dan dikagumi diantara yang lain. Mereka bersinar diantara kerumunan hingga cahaya yang dipantulkan membentuk sebuah bayangan. Disitulah peran kita, bayangan dari para gadis pilihan. Dalam dunia penuh kebohongan, kita berharap bahwa semuanya akan baik -- baik saja. Sebaliknya, kita merasa terasingkan oleh mereka yang memiliki rupa seperti model sampul majalah paling depan.

Menjijikan.

Itulah yang sering muncul di benak kita. Menjadi bayangan para gadis rupawan. Tidak pernah merasa cukup. Kemudian rasa gelisah dan tidak aman itu muncul. Rasa tidak aman itu muncul melalui cermin. Dan saat itu kita bertanya -- tanya melalui pantulan diri kita, merasa bahwa diri kita hanyalah bayangan dari para permata impian semua orang. Semua insecurities terlihat jelas melalui pantulan cermin yang kemudian membunuh hal lain yang sebenarnya indah.

Pada saat itu, kita merasa tidak termasuk ke dalam kriteria gadis pilihan yang cenderung mendapat perhatian sosial lebih ataupun menjadi gadis yang bebas mengekspresikan kata-kata yang selaras dengan perasaan. Lantas, masuk ke dalam kategori manakah kita? Memenuhi standar di kriteria manakah kita? centang kotak yang termasuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun