Mohon tunggu...
Zahra Haaniyah
Zahra Haaniyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswa Departemen Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membangun fondasi mendasari pengembangan keterampilan komunikasi, kreativitas, dan kemampuan beradaptasi dengan secara aktif terlibat dalam dunia penyiaran. Memiliki pengalaman dalam produksi konten dan didorong juga oleh minat yang kuat terkait industri kreatif dan pemasaran digital.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Wanita sebagai Permata di Mahkota: Impian atau Hanya Sebuah Bayangan?

8 Juni 2024   19:45 Diperbarui: 8 Juni 2024   19:47 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Meskipun begitu, kita tetap berusaha memenuhi standar tersebut. Mengubah diri kita menjadi mawar idaman semua orang. Walaupun melalui proses tahapan yang tidak mudah dan memakan pengorbanan yang berbisa.

 

Kecantikan itu mendatangkan kepahitan juga kesakitan.

Pola yang terus berulang seperti lingkaran setan.

Apakah kita harus mencoba lebih keras lagi?

Bahkan kecantikan datang melalui subjektivitas semata. Sedangkan, mereka seenaknya berkomentar, menggerakan jari -- jarinya diatas layar, tanpa tahu apa yang sebenarnya dirasakan. Meskipun demikian, kita hanya bisa bercerita kepada tuan pemimpi melalui tulisan fantasi. Kemudian pada bacaan pertama mengajari betapa beratnya sebuah tolakan.


No, nobody deserves it.


Lantas, apakah kecantikan menjadi musuh terberat para wanita? Kita masih terkadang merasa tidak puas tentang suatu pencapaian yang diragukan. Padahal kita hanya perlu belajar lebih menghargai, mengejar versi terbaik dalam diri. Karena hari esok adalah kesempatan untuk menjadi lebih baik lagi. Selalu meyakinkan dan membuktikan bahwa diri kita layak untuk diperjuangkan. Membuktikan bahwa kita juga memiliki hak yang sama seperti gadis pilihan lainnya. Dalam arti yang sesungguhnya, menjadi rupawan tidak perlu memenuhi kriteria semua orang.  


Kita sering merasa bahwa diri kita sangat jauh berbanding terbalik dengan mereka. Akan tetapi, di sisi lain mereka juga tidak terlalu jauh berbeda dari kita. Tinggalkanlah rasa tidak aman dan kegelisahan di dalam cermin. Kemudian belajar menerima penolakan dan menyaring makian maupun ejekan. Hiduplah dengan sebagaimana mestinya. Itulah yang membuat kita lebih bahagia. Karena di kemudian hari, sosok yang kita lihat di dalam cermin hanyalah sebatas pantulan, bukan harapan dari sebuah penyesalan. Sebab, harapan muncul melalui diri kalian sendiri. Lain waktu ketika bercermin, tampunglah pemikiran kalian dengan afirmasi yang bisa membuat kalian lebih percaya diri.


Mulailah belajar mengapresiasi apa yang ada di dalam diri kita karena segalanya adalah anugerah dari Tuhan. Sesungguhnya kecantikan yang abadi adalah bentuk apresiasi diri, bukan kecantikan yang tampak dalam sebatas pandangan mata maupun dari hasil pantulan cermin. Pergilah ke tempat dimana diri kalian banyak dikelilingi oleh orang-orang yang membuat kalian merasa bahagia dan aman. Sebab, menurut pandangan mata seseorang kamu adalah sosok yang istimewa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun