Mohon tunggu...
Achmad Zaky
Achmad Zaky Mohon Tunggu... -

Anak seorang guru. Lahir dan besar di Solo. Pernah merantau mencari ilmu di sebuah institut teknologi di kota Bandung. Sekarang di Jakarta, menjalankan usaha di bidang teknologi internet. Memiliki harapan besar pada teknologi internet untuk bisa membawa kemajuan masyarakat Indonesia. Pernah menjadi duta kampus dalam Harvard National Model United Nations untuk bidang pengembangan berbasis teknologi. Senang mempelajari entrepreneurship, design, teknologi dan interaksinya dengan manusia.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Industri Musik Membutuhkan Inovasimu

14 Januari 2010   20:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:27 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Anda pasti familiar dengan gambar di atas. Ya, 4shared.com telah melahirkan banyak penghargaan double platinum baru bagi lagu-lagu Indonesia. Jumlah unduhannya jauh sekali melebihi single-single barat.Sebenarnya pembajakan sudah menjadi masalah klasik, tapiuntuk yang ini sangat lebih parah daripada sebelumnya. Dulu untuk membeli kaset bajakan masih diperlukan usaha untuk membelinya dalam setengah harga, itupun kualitasnya jauh. Sekarang hampir nol dan kualitasnya hampir sama, blum lagi kenyamanan pemutaran lagunya. Industri kaset dan VCD hancur, sementara yang lain, penyanyi, label, televisi berubah total.

Saya melihat ada tiga interaksi dalam fenomena di atas, yaitu manusia, teknologi, dan bisnis. Teknologi dalam industri musik datang seperti sebuah kutukan. Tidak seperti di industri lain yang membawa kemajuan. Kutukan dalam hal ini adalah lebih banyak hal negatifnya daripada hal positifnya. Manusianya sendiri terkena dampak negatif (relatif dari sebuah kondisi ideal), dan bisnis/industrinya juga terkena dampak negatif.

Saya melihat ada korelasi antara teknologi, tumbuhnya industri musik lokal, dan maraknya acara open konser di televisi (dahsyat, inbox, dll). Lahirnya teknologi mp3 bersamaan dengan maraknya internet telah menyebabkan masyarakat uforia luar biasa. Mereka disuguhkan dengan banyak pilihan, bayangkan dengan satu keeping CD 5000 perak anda bisa menikmati ratusan lagu sepuasnya. Tak heran sekarang dari anak kecil hingga SMA, mereka cukup mudah menikmati musik, tak perlu membeli mahal-mahal. Jelas ini mengakibatkan penjualan kaset menurun drastis, disisi lain masyarakat luas menjadi familiar (termarketkan) dengan lagu-lagu Indonesia. Mudahnya lagu-lagu dipasarkan menjadikan demand untuk konser membludak seiring juga mudahnya seorang artis terkenal. Perubahan besar ini segera ditangkap oleh Televisi dengan mengadakan acara open konser. Namun konsep open konser ini unik, karena dibiayai oleh iklan TV bukan iklan outdoor seperti sebelumnya. Dari sinilah artis juga hidup. Masyarakat memang diuntungkan dengan adanya event2 ini, di antaranya bisa menikmati lagu dan konser secara bebas dan nyaris gratis. Kaset yang dulu bayar sekarang gratis karena ada mp3, konser yang dulu bayar mahal sekarang gratis dengan cukup datang ke acara-acara open konser ala TV.

Bagaimana manusia bisa terkena dampak negatif? Disadari atau tidak perubahan besar di atas telah mengakibatkan degradasi mendasar dari sifat ideal manusia selaku objek disini. Mereka tidak lagi menghargai karya orang lain. Mereka juga menurunkan standar kualitas (walaupun ini debatable karena sangat relatif) karya sebuah seni dengan banyaknya pilihan yang tersedia secara gratis. Bukankah dulu kita lebih senang memiliki kaset asli, dan menikmati setiap alunan musiknya. Ada kualitas, kenikmatan, kebahagiaan, kebanggaan, dan loyalitas besar dalam setiap keping CD dan kaset di sana. Sekarang? Mungkin menurun.

Dampak negatif terhadap manusia tersebut mengakibatkan mekanisme pasar tidak berjalan dengan ideal. Pasar tidak mengarah kepada suatu kondisi ideal dimana semua ditentukan oleh pasar yang juga kurang ideal bukan oleh karya seni itu sendiri. Inilah dampak negatif kedua yaitu terhadap bisnis/industri musik itu sendiri. Cukup sulit artis dengan kaliber dan kualitas tinggi menjual kasetnya hingga laku keras. Saya juga belum menghitung berapa untung rugi beberapa pelaku industri musik. Yang pasti pengusaha kaset dan CD asli dari hulu kehilir pasti bangkrut, mereka perlu merubah model bisnis (mungkin dengan menjual mp3 player, speaker, dll). Yang bajakan dipinggir jalan saya kira juga mengalami hal serupa, walaupun mereka bisa beralih ke CD. Pemusik juga beralih ke konser dan tidak mengandalkan kasetnya lagi. Sedikit capek memang, tak apalah untuk bertahan hidup. Belum lagi acara-acara konser di TV itu menyita banyak waktu pelajar Indonesia pagi, siang, sore, malam. Ditambah mp3 player selalu dalam genggaman mereka, setiap saat mereka bisa cukup tekan satu tombol untuk lagu apapun yang mereka sukai. Rada miris. Saya tidak tau sampai kapan kondisi ini akan terus bergulir. Yang pasti menurut saya, perubahan ini perlu disikapi dengan sebuah inovasi (kata Drucker). They need your help! Think!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun