Mohon tunggu...
Arianto Zany Namang
Arianto Zany Namang Mohon Tunggu... Penulis - penulis

menulis untuk mengisi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik

Anak Ingusan

6 Juli 2023   05:27 Diperbarui: 10 Juli 2023   13:07 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Makassar Terkini

"Gibran anak ingusan, kok, gimana? Nanti anak itu besar kepala, masih belajar dulu lah. Dia butuh proses seperti bapaknya, panjang. Nggak langsung ujug-ujug kayak gitu, kayak dinasti aja."

Ini adalah petikan pernyataan politisi senior PDI Perjuangan Panda Nababan yang mengeritik Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka. Sangat keras, menohok langsung ke batang leher putra sulung Presiden Jokowi.

Konteks pernyataan Panda adalah respon terhadap provokasi Ketua Relawan Projo Budi Arie yang mengatakan bahwa Gibran bisa saja dicalonkan sebagai cawapres jika gugatan PSI terhadap batas usia capres/cawapres dikabulkan oleh Mahkamah Konstitusi.

Pernyataan Panda biasanya selalu terukur dan to the point, biasanya datang dari narasumber pertama. Itu makanya, tidak jarang pernyataan-pernyataan Panda selalu dikutip pelbagai media pemberitaan.

Saya melihat pernyataan bahwa frasa Gibran "anak ingusan" bukan sesuatu yang spontan keluar karena terprovokasi oleh Budi Arie, tetapi sebagai ungkapan kekesalan terhadap keluarga Presiden Jokowi yang dianggap tidak satu napas perjuangan dengan partai.

Mulai dari Kaesang yang terhitung dua kali mengenakan baju bergambar Prabowo Subianto yang viral. Sebelumnya, Gibran beberapa kali makan malam dengan Prabowo ditambah dengan adanya deklarasi dukungan relawan Gibran untuk Prabowo. 

Puncaknya, Gibran dipanggil ke Jakarta untuk klarifikasi!

Tak tobat, Gibran kembali menemani Prabowo pada acara peringatan ulang tahun Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di Solo.

Tak hanya kelakuan anak-anaknya, Jokowi juga gemar memperlihatkan kemesraannya dengan Prabowo dalam pelbagai kesempatan dan selalu diunggah di media sosialnya. Terkesan Jokowi selalu meng-endorse Prabowo ketimbang Ganjar. 

Tak hanya mengeritik Gibran sebagai "anak ingusan" Panda juga mengeritik menantu Presiden Jokowi, Walikota Medan Bobby Nasution yang dianggapnya kurang berprestasi.

"Ini masalahnya sederhana, majunya Gibran dan Bobby di Medan kita harus waspadai tendensi dinasti. Dianggap anaknya presiden bisa begini. Saya aja terus terang kecewa dengan prestasi Bobby, belum kelihatan."

Saya kira kritikan Panda wajar saja sebagai seorang politisi senior, sebagai seorang senior di dalam partai yang sama tempat Jokowi, Gibran, dan Bobby (minus Kaesang) bernaung. Tetapi, kritik tersebut menimbulkan tanya, kenapa baru sekarang?

Jawabannya, ya, seperti sudah disinggung di atas bahwa Jokowi dianggap sudah terlalu jauh mendukung Prabowo tentu saja dengan mengacu kepada pelbagai sinyalemen yang ada.

Kritikan Panda ini bisa menjadi backfire terhadap kandidat yang diusung PDI Perjuangan yakni Ganjar dan juga semakin mengkonfirmasi dan memperlebar jarak antara PDIP dan Jokowi.

Mengacu kepada analisis The Straits Times yang melihat renggangnya hubungan Jokowi dan PDIP karena Jokowi kurang mendapat tempat yang layak di tubuh partai berlambang moncong putih itu, itu makanya Jokowi dianggap lebih nyaman dengan Prabowo di Gerindra ketimbang menjadi petugas partai di PDIP.

Kritikan Panda yang dilontarkan di ujung masa kekuasaan Jokowi bisa jadi sinyal bahwa ke depan, terutama ketika Jokowi tidak lagi berkuasa, bakal lebih tajam lagi kritikan-kritikan yang dilancarkan kepada keluarga Presiden.

Kritikan Panda adalah penegasan terhadap analisis The Straits Times bahwa tidak ada kepastian keluarga Jokowi bakal aman ketika tidak berkuasa lagi. Bisa jadi akan terus diganggu dengan kritikan-kritikan yang lebih tajam.

Istilah "anak ingusan" terasa sangat merendahkan meskipun memang Gibran masih terbilang hijau di dunia politik. Tak perlu diucapkan juga semua orang tahu bahwa Gibran memang masih sedikit pengalamannya. 

Namun, ketika kritik "anak ingusan" diucapkan oleh senior dari partai yang sama, hal itu memunculkan makna tunggal: hubungan Presiden Jokowi dengan PDI Perjuangan sedang tidak baik-baik saja.

"Anak ingusan" ini bisa jadi boomerang yang serius bagi Ganjar ke depannya, bisa jadi akan semakin dijauhi oleh Presiden Jokowi. Dukungan Jokowi penting sekali dan sangat menentukan mengingat approval rating beliau di atas 80%. 

Yang perlu diingat adalah ada banyak sekali "anak-anak ingusan" di luar sana yang seumuran dan di bawah Gibran; Generasi Milenial dan Generasi Z.

Dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT) 204.807.222 sebanyak 56,45% atau 113 juta pemilih diisi oleh Gen Z dan Generasi Milenial. Suara "anak-anak ingusan" ini mendominasi pemilu 2024 mendatang. Ini bakal jadi PR buat generasi baby boomers alias generasi tua yang berbeda cara pandang dan masih menganggap yang masih "hijau" sebagai "anak ingusan"

Saya teringat kisah di dalam Kitab Suci Perjanjian Lama tentang pertarungan seorang "anak ingusan" yang bernama Daud melawan raksasa bernama Goliath. Pertarungan tersebut adalah salah satu pertarungan tersengit antara dua orang yang mewakili bangsanya yang pernah tertulis di dalam Kitab Suci.

Kitab Suci mencatat bahwa Daud berhasil tampil sebagai pemenang setelah membunuh Goliath dengan umban dan batu tanpa pedang di tangan. 

"Anak ingusan" dan yang masih "hijau" kadang-kadang, dengan segala privilese yang diberikan, suka bikin yang tua-tua sakit kepala. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun