Mohon tunggu...
Arianto Zany Namang
Arianto Zany Namang Mohon Tunggu... Penulis - penulis

menulis untuk mengisi hati

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Prabowo itu Seperti Bengawan

28 Juni 2023   18:32 Diperbarui: 28 Juni 2023   18:35 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Facebook Prabowo Subianto

Sosok Prabowo Subianto itu seperti bengawan, seperti sungai besar, yang mengalir hingga ke laut dan menghidupkan setiap makhluk yang dilaluinya.Filosofi hidup ini dihayati oleh Prabowo bukan baru sekarang kita dia berada di dalam pemerintahan, sudah sejak belia jadi pandangan hidupnya. Ia ada untuk berdampak menghidupkan bagi yang lain.

Dalam budaya Jawa dikenal filosofi mengenai sumur dan sungai sebagai paradigma kepemimpinan (Suwardi Endraswara: 2013, Hal. 14-16). Sumur itu berfungsi hanya sejauh ditimba (sumur lumaku tinimba). Kalau tidak ditimba, ya tidak akan membawa manfaat apapun.

Sebaliknya, sungai selalu aktif mengalir mencari caranya sendiri agar bisa sampai ke laut. Proses mencapai lautan itu adalah proses pengidupan bagi makhluk di sekitar yang dilewatinya.

Saya melihat model kepemimpinan Prabowo ini ibarat bengawan yang menghidupkan. Ia tidak mementingkan dirinya sendiri, tidak pula pasif menunggu 'viral' baru bertindak, tetapi selalu berinisiatif untuk menghadirkan kesejahteraan kepada rakyat Indonesia.

Obsesi Prabowo itu adalah menghadirkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Ia, selalu berhasrat seperti sungai, yang keberadaanya dapat memberi manfaat bagi semua orang. 

Adik kandung Prabowo, Hashim Djojohadikusumo, mengatakan bahwa istri Prabowo itu namanya Pertiwi; "Ibu Pertiwi, negara ini" sebagai gambaran bagaimana cinta Prabowo kepada Republik Indonesia. Sungai tidak pernah memilih kepada siapa dia akan mengalir, tetapi yang pasti segala yang dilewatinya berpotensi hidup.

"Prinsip saya adalah live and let live. Hidup dan jadikan orang lain hidup. Jangan live for yourself. Jangan zero sum game. Jangan I win, you lose. Prinsip saya, saya menang, kamu juga menang. Kita menang. Win-win, itu yang saya mau, dan prinsip itu yang terkandung di UUD 1945 Pasal 33, Ayat 1-3," kata Prabowo (Prabowo Subianto: 2017, Hal. 108).

Negara mesti mengambil peran penting dan sentral dalam hal distribusi kekayaan alamnya hingga sampai ke tangan yang tepat. Tanpa peran negara, maka semuanya akan diambil-alih oleh swasta (baca: oligark) sedemikian sehingga yang diperoleh rakyat hanya remah-remah yang jatuh dari meja makan mereka. Ini ketimpangan yang tak akan menghadirkan kesejahteraan.

Filosofi kepemimpinan seperti bengawan ini yang terus dihayati Prabowo hingga saat ini menjadi Ketua Umum Partai Gerindra dan juga Menteri Pertahanan. Ia ingin agar seluruh kader partai tidak menjadi seperti sumur yang tidak peka terhadap penderitaan rakyat, sebaliknya menjadi seperti sungai yang membawa hidup bagi seluruh makhluk.

Ketika menjadi Menteri Pertahanan, Prabowo "mengamankan" uang negara sejumlah 51 triliun dari kontrak-kontrak yang mark up-nya ugal-ugalan. Itu terjadi di saat negara dan bangsa sedang berjibaku berjuang melawan Covid-19.

Prabowo juga bercita-cita agar anak-anak muda yang bekerja sebagai karyawan itu memiliki gaji lebih tinggi dari UMR karena tata kelola kekayaan alam kita dengan proses yang benar dan tepat. Ia ingin agar Indonesia menjadi tuan di rumahnya sendiri. 

Prabowo menghendaki agar kader-kader Gerindra menjadi lebih peka dengan penderitaan rakyat, melihat dan menangkap esensi yang dimaui oleh rakyat, apa yang menjadi kebutuhan utama rakyat. Bagi Prabowo, politik itu adalah sarana untuk "membantu rakyat" menjadi lebih sejahtera.

Ia menasehati para kader partai dengan mengatakan:

"Perjuangan kita tidak semata-mata cari kursi pemilihan, itu semua penting karena dengan kita mendapat kepercayaan baru kita bisa wujudkan cita-cita kita. Harus lebih dari itu, hadir di kehidupan rakyat, di sawah, di desa, di daerah kumuh, membela para nelayan. Kalau tidak bisa bantu banyak orang, bantu sedikit dulu. Kalau sedikitpun tidak bisa bantu, bantu satu orang. Kalau satu orang pun kau tidak bisa bantu, minimal kau mendidik rakyat di sekitarmu, sadarkan mereka bahwa bangsa Indonesia harus kembali berdiri di atas kaki kita sendiri" (Prabowo Subianto: 2017, Hal. 136-37).

Penting sekali pemimpin itu adalah pendidik rakyat karena dengan mendidik rakyat berarti kita turut membuka kesadaran rakyat tentang keadilan dan kesejahteraan sosial.

Ibarat sungai yang mengalir menghidupkan, jika tidak dimanfaatkan sesuai peruntukan kebutuhan maka ia hanya akan mengalir begitu saja, tapi jika dikelola dengan baik maka hasilnya bisa macam-macam seperti irigasi untuk persawahan, perkebunan, dan lain sebagainya.

Tentang ini saya jadi teringat kata-kata Romo Nicolas Driyarkara SJ:

"Ingatlah juga bahwa tidak mungkinlah segala-galanya dalam hidup manusia diatur oleh negara. Dalam prakteknya, sebagian besar hidup kita bersama tergantung dari kita sendiri. Jadi, apakah keadilan sosial dilaksanakan atau tidak sebagian besar tergantung dari manusia Indonesia sendiri. Bila kita terus saja bersemangat menghisap, bersemangat mencari untuk kita sendiri sebesar-besarnya, dengan siap sedia untuk mengorbankan orang lain, maka sila Keadilan Sosial tetaplah cita-cita yang hampa belaka...Janganlah kita merasa lepas dari wajib ini, sekalipun dalam hal-hal yang kecil" (Driyarkara: 2006, Hal. 947).

Selain mengharapkan agar negara selalu hadir dan berlaku adil, mari kita menyiapkan lahan agar sungai yang mengalir itu bisa turut menyuburkan lahan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun