Mohon tunggu...
Arianto Zany Namang
Arianto Zany Namang Mohon Tunggu... Penulis - penulis

menulis untuk mengisi hati

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Prabowo itu Seperti Bengawan

28 Juni 2023   18:32 Diperbarui: 28 Juni 2023   18:35 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Facebook Prabowo Subianto

Prabowo menghendaki agar kader-kader Gerindra menjadi lebih peka dengan penderitaan rakyat, melihat dan menangkap esensi yang dimaui oleh rakyat, apa yang menjadi kebutuhan utama rakyat. Bagi Prabowo, politik itu adalah sarana untuk "membantu rakyat" menjadi lebih sejahtera.

Ia menasehati para kader partai dengan mengatakan:

"Perjuangan kita tidak semata-mata cari kursi pemilihan, itu semua penting karena dengan kita mendapat kepercayaan baru kita bisa wujudkan cita-cita kita. Harus lebih dari itu, hadir di kehidupan rakyat, di sawah, di desa, di daerah kumuh, membela para nelayan. Kalau tidak bisa bantu banyak orang, bantu sedikit dulu. Kalau sedikitpun tidak bisa bantu, bantu satu orang. Kalau satu orang pun kau tidak bisa bantu, minimal kau mendidik rakyat di sekitarmu, sadarkan mereka bahwa bangsa Indonesia harus kembali berdiri di atas kaki kita sendiri" (Prabowo Subianto: 2017, Hal. 136-37).

Penting sekali pemimpin itu adalah pendidik rakyat karena dengan mendidik rakyat berarti kita turut membuka kesadaran rakyat tentang keadilan dan kesejahteraan sosial.

Ibarat sungai yang mengalir menghidupkan, jika tidak dimanfaatkan sesuai peruntukan kebutuhan maka ia hanya akan mengalir begitu saja, tapi jika dikelola dengan baik maka hasilnya bisa macam-macam seperti irigasi untuk persawahan, perkebunan, dan lain sebagainya.

Tentang ini saya jadi teringat kata-kata Romo Nicolas Driyarkara SJ:

"Ingatlah juga bahwa tidak mungkinlah segala-galanya dalam hidup manusia diatur oleh negara. Dalam prakteknya, sebagian besar hidup kita bersama tergantung dari kita sendiri. Jadi, apakah keadilan sosial dilaksanakan atau tidak sebagian besar tergantung dari manusia Indonesia sendiri. Bila kita terus saja bersemangat menghisap, bersemangat mencari untuk kita sendiri sebesar-besarnya, dengan siap sedia untuk mengorbankan orang lain, maka sila Keadilan Sosial tetaplah cita-cita yang hampa belaka...Janganlah kita merasa lepas dari wajib ini, sekalipun dalam hal-hal yang kecil" (Driyarkara: 2006, Hal. 947).

Selain mengharapkan agar negara selalu hadir dan berlaku adil, mari kita menyiapkan lahan agar sungai yang mengalir itu bisa turut menyuburkan lahan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun