Mohon tunggu...
Arianto Zany Namang
Arianto Zany Namang Mohon Tunggu... Penulis - penulis

menulis untuk mengisi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gaung Kebencian Butet di Bulan Bung Karno

27 Juni 2023   06:38 Diperbarui: 27 Juni 2023   06:49 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, Butet melukai hati Ketua Umum PDI-P Megawati Sukarnoputri yang pada 2009 lalu maju bersama dengan Prabowo sebagai capres dan cawapres. Ibu Mega adalah anak biologis sekaligus anak ideologis Bung Karno yang sejak dulu selalu mengedepankan pentingnya persatuan.

Ketiga, Butet melukai hati Pak Jokowi yang mengangkat Prabowo sebagai Menteri Pertahanan untuk periode 2019-2024. Pak Jokowi tidak melihat sosok Prabowo sebagai seorang "penculik" justru sebagai seorang nasionalis tulen yang loyal kepada bangsa dan negara. Saya tidak melihat ada ekspresi gembira dari raut wajah Pak Jokowi setelah mendengar nada sumbang Butet.

Keempat, pernyataan Butet bersifat sangat insinuatif yang berpotensi memicu pembelahan yang sangat tajam antara pendukung Ganjar, Anies, dan Prabowo.

Inilah bahayanya jika seni ditunggangi oleh politik yang tidak saja mendegradasi makna seni tetapi berpotensi merusak rasa persatuan dan kesatuan kita sebagai bangsa yang plural.

Seperti kita ketahui hidup Bung Karno didedikasikan untuk mempersatukan Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Ia begitu terobsesi dengan persatuan sedemikian sehingga berupaya untuk menyatukan nasionalisme, agama dan komunisme alias nasakom yang membuat ia akhirnya lengser dari kursi kekuasaan.

Terlepas dari konsep tersebut yang hingga sekarang tidak pernah terwujud, sosok Bung Karno adalah 'orang besar' milik bangsa ini yang membuat kita semua bisa hidup sebagai satu bangsa yakni bangsa Indonesia. 

Ketika kita merayakan bulan Bung Karno yang jatuh pada bulan Juni, kita tidak sedang memperingati hari lahir dan wafatnya Bung Karno, tetapi merayakan seluruh peristiwa hidupnya yang berhasil membuat Indonesia ada sebagai negara kesatuan. Seharusnya haul Bung Karno kita jadikan sebagai kesempatan untuk mempertebal rasa kebangsaan, bukan malah menggaungkan kebencian yang merusak kebhinekaan. 

Meskipun saya tak setuju dengan pandangan Butet Kertaredjasa, saya tetap menghormati beliau sebagai seorang budayawan besar. Butet, meminjam penilaian Prabowo Subianto, "orangnya lucu."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun