Mohon tunggu...
Arianto Zany Namang
Arianto Zany Namang Mohon Tunggu... Penulis - penulis

menulis untuk mengisi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pak Jokowi dan Iya yang Bisa Berarti Tidak

23 Juni 2023   13:10 Diperbarui: 23 Juni 2023   13:16 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: asiapasificreport.nz

Selain makan malam dengan Mas Gibran, kita bisa melihat Mas Kaesang yang dua kali menggunakan kaos bergambar Pak Prabowo. Alasannya, dia ngefans sama Pak Prabowo. Ini yang saya maksud 'memperkatakan hal-hal yang tidak enak secara tidak langsung'.

Sementara kaidah kedua, prinsip hormat, memainkan peran yang sangat besar dalam menata pola interaksi dalam masyarakat Jawa. Dalam prinsip ini, seorang Jawa harus menunjukan sikap hormat terhadap orang lain sesuai dengan derajat dan kedudukannya. Kalau berbicara dengan presiden, seorang yang secara kedudukan sangat terhormat, hendaklah dia dihormati sesuai dengan kedudukannya itu.

Sikap hormat itu setali tiga uang dengan rasa malu (ngerti isin). Tahu menghormati orang yang lebih tua atau lebih tinggi kedudukannya adalah suatu sikap hormat sekaligus tahu malu. Sebaliknya, sikap tidak hormat berarti memperlihatkan sikap tak tahu malu.

"Isin dan sikap hormat merupakan suatu kesatuan. Orang Jawa merasa isin apabila ia tidak dapat menunjukkan sikap hormat yang tepat terhadap orang yang pantas dihormati."

Dalam kultur Jawa perintah atasan tidak melulu harus dijalankan. Bawahan selalu menemukan cara untuk tidak sejalan dengan perintah otoritas. Kalau posisi yang di bawah merasa terhina atau tertekan dia akan "melawan" dengan sangat halus. "Sikap hormat tidak merupakan jaminan ketaatan."

Untuk sekedar diingat, orang Jawa memiliki tujuh cara untuk mengatakan iya, dan, tergantung dari ungkapannya, kata yang sama bisa berarti segala apa dari 'setuju' sampai 'barangkali' ataupun 'tidak' secara menghina.

Saya membayangkan ketika Pak Jokowi mengangguk-angguk sambil mengatakan "iya" itu sebetulnya bermakna apa? Iya sebagai betul iya, ataukah iya sebagai barangkali atau iya sebagai tidak sama sekali. Hanya beliau yang paham barang ini.

Yang selalu menarik itu sikap Pak Jokowi yang selalu lihai memainkan peran politiknya sebagai presiden untuk menjaga keseimbangan, menjaga agar politik tetap harmonis meskipun di sana-sini sudah mulai menegang.

Saya kira, bahasa cawe-cawe dalam pilpres yang dilontarkan Pak Jokowi, dimaknai dalam konteks menjaga harmoni itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun