Mohon tunggu...
Arianto Zany Namang
Arianto Zany Namang Mohon Tunggu... Penulis - penulis

menulis untuk mengisi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pak Jokowi dan Iya yang Bisa Berarti Tidak

23 Juni 2023   13:10 Diperbarui: 23 Juni 2023   13:16 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: asiapasificreport.nz

Pak Jokowi, barangkali, akan menjadi presiden dalam era reformasi yang paling dikenal oleh seluruh rakyat Indonesia. Sebagian mungkin mengenangnya sebagai pemimpin yang membangun, yang lain barangkali mengenangnya sebagai presiden yang sederhana, merakyat, dan murah senyum.

Yang paling membekas dalam benak saya adalah Pak Jokowi sebagai pemimpin yang sangat mengetengahkan harmoni sebagai paradigma kepemimpinan. Ini penting dan nyaris mewarnai seluruh perjalanan kepemimpinan Pak Jokowi selama menjadi eksekutif, terutama sebagai presiden sejak 2014 silam.

Harmoni tentu saja sangat umum berlaku dalam masyarakat berkebudayaan Jawa, terutama Jawa Tengah bagian selatan (Solo & Yogyakarta). Orang Jawa hidup selaras dengan alam.

Mahaguru filsafat STF Driyarkara Romo Franz Magnis-Suseno menulis dalam Etika Jawa (1984) tentang kaidah yang paling menentukan pola pergaulan orang Jawa dalam masyarakat Jawa. Kaidah itu antara lain adalah rukun dan hormat yang menjadi prinsip tindakan-tindakan konkret manusia Jawa. 

Di sini, kita akan segera melihat rukun dan hormat sebagai prinsip hidup yang bertujuan untuk menyelaraskan hidup manusia dengan yang lain; dengan sesama, dengan alam semesta, dengan Tuhan.

Apa itu rukun dan hormat dalam pandangan Jawa?

Prinsip kerukunan berarti dalam setiap situasi manusia hendaknya bersikap sedemikian rupa hingga tidak sampai menimbulkan konflik. Sementara prinsip hormat menuntut manusia dalam cara bicara dan membawa diri selalu menunjukkan sikap hormat terhadap orang lain, sesuai dengan derajat dan kedudukannya.

Kedua prinsip ini menjadi fondamen bagi kehidupan sehari-hari orang Jawa, dalam hal ini bagi seorang pemimpin dalam berpikir, bertutur, dan bertindak. Prinsip kerukunan dengan sendirinya menunjuk pada cara bertindak; bertujuan untuk mempertahankan masyarakat dalam keadaan yang harmonis.

Harmonis berarti "berada dalam keadaan selaras", "tenang dan tentram", tanpa perselisihan dan pertentangan", "bersatu dalam maksud untuk membantu."

Hampir dalam segala situasi kita bisa melihat bagaimana Pak Jokowi menampilkan diri sebagai pemimpin yang menghindari perselisihan dan pertentangan. Kalaupun diperlakukan secara tidak adil atau terkesan tidak sesuai pandangan umum, Pak Jokowi cenderung woles dan tersenyum seolah-olah tak ada masalah.

Orang yang terluka atau tersakiti cenderung tidak akan memperlihatkan bahwa ia tersinggung karena tingkah laku atau tutur kata lawan bicaranya. Semuanya dimaksudkan agar tetap selaras, semuanya terlihat baik-baik saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun