Namun kemudian muncul ilmuan-ilmuan Yunani yang otak mereka sedikit tercerahkan dan kemudian berani menentang nilai-nilai yang berlaku di masyarakatnya. Mereka secara perlahan tapi pasti menggunakan bahasa matematika dalam memahami kenyataan yang ada. Mereka membuang jauh dogma ketuhanan yang di mata mereka hanya menggiring ke lembah kebodohan dan ketidaktahuan.
Ada Euclid, Erastothenes, dll. Jika kita baru belajar pengukuran baru hari ini (milennium ke dua masehi), Esrastothenes sudah lebih dulu melakukannya sejak dulu kala, jauh sebelum Ken Arok dan Ken Dedes lahir ke dunia dan tentu dengan  menggunakan bahasa matematika. Mengapa Euclid bisa melakukannya, adalah karena dia membuang jauh dewa-dewi Yunani sebagai alasan segala sesuatu. Dia mengedepankan rasionalitasnya di atas dewa Zeus yang berdiam di bukit Olympic.
Memang pada akhirnya bahasa matematika tidak selamanya bisa memuaskan. Seperti kata Richard Feynman, sesuatu yang tidak kamu ciptakan, tidak akan kamu pahami. Alam semesta ada jauh sebelum manusia itu ada. Dan manusia sendiri merupakan produk dari alam semesta itu sendiri. Dan jika kemudian manusia mulai memikirkan bahan bakunya, apakah itu tidak bisa kita katakan sebuah singularitas? Â Batu hadir dari dulu hingga sekarang selamanya tetap batu. Piramida, walaupun eksis selama ribuan tahun, tapi tetap saja dia benda mati. Dia tidak bisa memikirkan kenapa dia ada.
Namun Ada sebuah pohon yang hidup di India yang konon ditanam oleh Sidartha Gautama, dan jika diteliti dengan metode ilmiah penanggalan karbon merupakan pohon ke 10 tertua di dunia. Apakah pohon kita sebut sebagai makhluk hidup? Agama mengatakan bahwa hidup itu tak ternilai, dan kita tidak boleh merampas kehidupan dari pemiliknya (membunuh). Namun yang menjadi dilema adalah, manusia tidak bisa mensintesis makannya sendiri dari matahari. Manusia merupakan puncak tertinggi dari rantai makanan. Jadi manusia harus membunuh untuk makan, entah itu membunuh pohon atau hewan, atau mungkin manusia lainnya.
Bahasa matematika yang digunakan Newton untuk mendeskrepsikan gerak planet merkuri mengelilingi matahari ternyata harus dikoreksi oleh Albert Einstein. Ada eror fatal dalam rumusan Newton, kendatipun rumusan ini sudah cukup akurat dalam menggambarkan kejadian sehari-hari. Namun ternyata di kemudian hari, rumusan Einstein pun ternyata tidak bersesuaian dengan hasil pengamatan tentang objek-objek di kejauhan.
Sebelum Einstein memperkenalkan relativitas umum, orang-orang menduga ada sebuah planet bernama planet Vulkan yang menjadi anomali pergeseran sumbu orbit merkuri. Namun sekarang ketika relativitas umum berhasil mengoreksi rumusan Newton ternyata orang -orang sekali lagi dibuat bingung dengan adanya pengembangan alama semesta yang dipercepat.
Ya, alam semesta mengembang dan pengembangannya mengalami percepatan. Apa yang menyebabkan percepatan ini, teori  relativitas  umum sama sekali tidak bisa menjelaskannya---jika gravitasi ada mengisi segala ruang di alam semesta seharusnya laju pengembangan itu diperlambat. Dengan demikian ilmuan kemudian memperkenalkan konsep baru bernama Energi Gelap, seperti halnya bagaimana dulu mereka menggunakan Planet Vulkan dalam membela teori Newton.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H