Jikalaupun ada sepertinya sangat sulit sekali karena memang untuk membuang barang atau memasarkannya masih kesulitan, karena kebanyakan para konsumen stik es krim terutama yang konsisten dan besar seperti perusahaan-perusahaan eskrim mereka mengambil stik es krim langsung dari China atau import . Yang memang dari segi kualitasnya selalu setara dan juga sama sementara di Indonesia sendiri meskipun menggunakan kayu pinus yang keras masih dibuat secara tradisional dan tidak full otomatis .
Dalam proses pembuatan stik es krim sendiri ada dua bahan yaitu kayu albasia dan juga pinus, untuk kayu albasia sendiri bahannya adalah kayu albasia dari sisa-sisa limbah pabrik pengolahan kayu yang banyak tersebar di wilayah Purbalingga, jadi di Purbalingga sendiri selain terkenal sebagai pabrik pembuatan bulu mata palsu dan juga wig atau rambut palsu, di sini Sebenarnya banyak juga pabrik pengolahan kayu yang mana mereka melakukan ekspor ke luar negeri.
Jadi sudah cukup lama pabrik-pabrik pengolahan kayu lapis ini menjadi Sumber devisa bagi pajak Purbalingga, namun memang Purbalingga Sendiri lebih terkenal karena sering masuk di berita sebagai kota atau Kabupaten pembuat bulu mata palsu dan juga pembuat rambut palsu
Kembali lagi ke pabrik stik es krim pembuatan stik es krim pabrik pembuat stik es krim tadi, asal muasalnya bahak baku berupa limbah kayu lapis yang bentuknya lebih mirip seperti triplek tapi ketebalannya sekitar 1 milimeter sampai 3 milimeter itu dibuang begitu saja, Bahkan kebanyakan dibakar di lapangan lapangan terdekat yang ada di dekat pabrik pengolahan kayu tersebut dulunya secara sejarah yang terjadi di lapangan.
Beberapa tahun yang lalu kisaran 15 atau 20 tahun yang lalu ada beberapa orang yang kreatif dari wilayah Purbalingga Namun kita tidak tahu pasti Siapa yang pertama kali memulai nya? yang mana Ini adalah asal muasal bisnis dari pabrik pembuatan stik es krim di Purbalingga yaitu limbah kayu lapis tersebut ketimbang dibakar begitu saja di lapangan lapangan dekat pabrik kayu lapis Purbalingga kemudian diambil dan dipotong-potong dan secara kreatif iseng oleh warga kreatif tersebut diubah menjadi stik es krim , dan seperti itulah prosesnya kemudian lama-lama ada permintaan dan penawaran dan tentunya ada uang sehingga mulailah berjalan sedikit demi sedikit sampai sekarang terbentuklah bisnis pabrik pembuatan stik es krim yang terlihat cukup konsisten meski tidak stabil .
Sekarang kalau melihat modal bisnisnya , pabrik pembuatan stik es krim yang melayani grosir stik es krim semuanya Bentuknya sama di Purbalingga, Â ada beberapa pelaku yang menjadi juragan atau bosnya .
Semua prosesnya sama yaitu pengambilan bahan baku kayu lapis dari pabrik pengolahan kayu lapis kemudian penyerahan bahan baku tersebut kepada masyarakat atau warga binaan . Di mana mereka akan menjalani proses pertama yaitu pemotongan dari lembaran-lembaran kayu lapis yang lebarnya sekitar 1 * 1 Meter atau 2 * 3 Meter yang mana sangat bervariasi tidak ada standarnya .
Mereka akan memotong menjadi 11 * 11 cm di menjadi seperti triplek kotak ukuran 11 kali 11 centimeter dan setelah dipotong dengan ukuran tersebut potongan itu akan dipotong lagi menjadi 1 cm * 11 cm. Jadi bentuknya sudah hampir mirip seperti stik es krim tapi masih ujung-ujungnya tajam. Belum bisa dikatakan sebagai stik es krim karena contohnya yang namanya es krim itu ujungnya bulat atau oval .
