Ziarah ke Makam Rasul
Biasanya orang yang mencintai sesuatu tandanya ia akan sering menyebutnya. Maka, orang mukmin diperintah untuk selalu mengucapkan shalawat dan salam kepada Nabi SAW supaya terus terpupuk cinta kita kepadanya. Allah sendiri menyontohkannya dengan memberi salam kepada kekasih-Nya itu.
"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (Qs. [33]: 56)
Menurut para ahli tafsir bahwa shalawat dan salam itu berlangsung terus menerus dan berulang-ulang, bahkan sebelum Nabi terlahir ke dunia, ketika berada di dunia maupun setelah Nabi berpindah ke alam kubur.
Jika memang demikian, lalu apalah artinya shalawat dan salam kita dibandingkan dengan shalawat dan salamnya malaikat kepada Rasul? Apalagi dibanding shalawatnya Allah?
Bisa jadi, shalawatnya seorang mukmin kepada Rasul adalah dalam rangka melengkapi salam kepadanya dari dua alam yang berbeda: alam rendah dunia (manusia) dan alam tinggi di langit (malaikat). Ini untuk memberikan penghormatan yang besar kepada Nabi SAW.
Ada dua kondisi mukmin dalam mengucapkan shalawat dan salam kepada Nabi SAW, yaitu: dari dekat dengan berziarah ke Makam Rasul di Madinah, dan dari jauh (di manapun berada). Keduanya akan mendapatkan respon yang berbeda sebagaimana diriwayatkan dalam banyak sekali hadis shahih.
Pertama: shalawat dan salam yang diucapkan dari dekat, Rasul dapat mendengarnya langsung, dan akan menjawab setiap salam yang ditujukan kepadanya. Hadis Abu Hurairah RA: "Tidak seorang muslim pun yang mengucapkan salam kepadaku, kecuali Allah kembalikan ruhku sehingga aku bisa menjawab salamnya" (HR. Ahmad, Abu Dawud, At-Thabarani & Al-Baihaqi, dishahihkan pula oleh Imam Nawawi, dan seluruh perawinya tsiqaat; dapat dipercaya)
Imam Ahmad bin Hanbal menambahkannya dengan kalimat "di dekat kuburku" dalam hadis tersebut. Maka, sebagian besar ulama meyakini bahwa dalam kondisi seperti ini Nabi menjawab langsung salam dari umatnya.
Hal ini bisa juga dipahami dari berbagai pandangan ulama tafsir, bahwa para nabi dan syuhada hakekatnya adalah hidup, dan kehidupan para nabi tentu lebih kuat, andai saja tidak terkubur dalam tanah, mereka seperti sedang tidur saja.
"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, bahwa mereka itu mati; bahkan sebenarnya mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya." (Qs. [2]: 154) (lihat juga: Qs. [39]: 42)
Bukankah kita juga dianjurkan mengucapkan salam kepada ahli kubur? Jika mereka tidak lebih dari sekedar mayit yang tidak mendengar, maka jelas perintah seperti ini percuma saja. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah malah berpendapat bahwa mayit di dalam kubur mengetahui orang-orang yang menziarahinya.
Dalam riwayat lain juga disebutkan bahwa mayit di dalam kubur mendengar bunyi terompah (sandal) orang yang mengantarkannya ke kuburan sebagaimana dalam hadis Muttafaq alaih. Selain itu, Nabi SAW pernah berbincang dengan orang-orang musyrik yang terbunuh dalam Perang Badar setelah mereka dikuburkan, dan Nabi mengatakan bahwa mereka mendengar namun tidak bisa menjawab, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari Anas dari Umar dan Abu Thalhah. Jika mereka tidak bisa mendengar tentu sia-sia saja.
Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa para syuhada itu, jika ada orang mukmin yang mengunjunginya dan memberinya salam, mereka mengetahui dan menjawabnya, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA. Pendapat ini juga diamini oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah.
Bagaimana jika mengucapkan shalawat dan salam dari jauh? Dalam kondisi ini ucapan salam disampaikan melalui malaikat, sebagaimana dalam hadis dari Ibnu Masud RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah memiliki malaikat-malaikat di bumi yang berkeliling untuk menyampaikan salam umatku kepadaku." (HR. Ahmad, An-Nasai, Ad-Darimi, Al-Bazzar, At-Thabarani, Abu Ya'la dll; Ibnu Hibban, Al-Hakim dan Ibnu Qayyim menshahihkannya)
Inilah diantara bentuk pemuliaan Allah kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu menciptakan malaikat-malaikat yang bertugas menyampaikan salam dari umat kepadanya.
Hal ini ditandaskan dalam hadisnya: "Perbanyaklah bershalawat kepadaku pada malam Jumat dan hari Jumat, karena shalawatmu itu akan disampaikan kepadaku." Para sahabat bertanya: "Bagaimana shalawat kami disampaikan kepadamu sedangkan engkau telah dikubur di dalam tanah?" Nabi menjawab: "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan kepada bumi untuk memakan jasad para nabi." (HR. Ahmad, Abu Dawud, An-Nasai, Ibnu Majah, Ad-Darimi, Ibnu Abi Syaibah, At-Thabarani & Baihaqi, dishahihkan oleh Ibnu Hibban dan Imam Nawawi)
Maka, perbanyaklah mengucapkan shalawat dan salam kepada Nabi SAW. Abdullah bin Masud meriwayatkan, Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya orang yang paling mulia bersamaku pada hari kiamat adalah yang paling banyak bershalawat kepadaku. (HR. Bukhari, At-Turmudzi, & Ibnu Hibban) Dalam hadis lain ditandaskan: "Barangsiapa bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan membalasnya sepuluh kali."
(@PondokTazakka
اللهم صل على سيدنا Ù…Øمد وعلى آله وصØبه وسلم
jual rokok elektrik tangerang rokok elektrik tangerang jual rokok elektrik tangerang rokok elektrik tangerang jual rokok elektrik tangerang jual rokok elektrik tangerang rokok elektrik tangerang jual rokok elektrik tangerang jual rokok elektrik tangerang jual rokok elektrik tangerang jual rokok elektrik tangerang jual rokok elektrik tangerang jual rokok elektrik tangerang jual rokok elektrik tangerang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H