Mohon tunggu...
Zanida Zulfana Kusnasari
Zanida Zulfana Kusnasari Mohon Tunggu... Penulis - Having fun writing

Alam menginspirasi, manusia berimajinasi📝

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Implementasi Pragmatik Tindak Tutur Dosen kepada Mahasiswa

12 Maret 2023   14:01 Diperbarui: 13 Maret 2023   11:51 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis:

(1) Zanida Zulfana Kusnasari (zanidazulfana@student.uns.ac.id)

(2) Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum. (rohmadi_dbe@yahoo.com)

          Apabila seseorang ingin menyampaikan suatu hal kepada orang lain, maka apa yang dikemukakannya itu adalah makna atau maksud kalimat. Namun, untuk menyampaikan makna atau maksud tersebut, seseorang harus menuangkannya dalam wujud tindak tutur. Di sinilah ilmu pragmatik diperlukan untuk menelaah pemakaian bahasa yang menghubungkan serta menyerasikan kalimat dan konteks.

         Pragmatik mempelajari hubungan atau relasi antara bahasa dan konteks tuturan. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji makna berdasarkan konteks. Adanya bahasa mempermudah penutur mengungkapkan keinginan, harapan, serta permintaan kepada mitra tuturnya.

          Tindak tutur sendiri merupakan suatu kalimat yang dikatakan sambil bertindak sesuai dengan apa yang dikatakannya. Tindak tutur ialah suatu kalimat yang diungkapkan oleh seseorang sambil melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikatakannya. Tindak tutur serta peristiwa tutur merupakan dua gejala yang terdapat pada suatu proses komunikasi dalam menyampaikan atau menyebutkan suatu maksud dari sang penutur.

          Tindak tutur (speech act) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan pembicara (penutur) dan pendengar atau penulis dan pembaca. Dilihat dari sudut penutur, maka bahasa itu berfungsi personal atau pribadi (fungsi emotif). Maksudnya, si penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya. Si penutur bukan hanya mengungkapkan emosi lewat bahasa, tetapi juga memperlihatkan emosi itu sewaktu menyampaikan tuturannya.

          Dalam ilmu pragmatik, satu maksud atau satu fungsi yang dipaparkan oleh penutur dapat diungkapkan dengan berbagai cara. Misalnya, tuturan dosen yang bermaksud memerintahkan mahasiswanya untuk mengambilkan buku presensi di kantor, maka dapat diutarakan dengan tuturan-tuturan berikut ini:

"Tolong, ambilkan buku presensi di kantor!" (1)

"Di sini tidak ada buku presensi," (2)

"Oh, ternyata tidak ada buku presensi," (3)

"Di sini tidak ada buku presensi, ya?" (4)

"Mengapa tidak ada yang mau mengambil buku presensi?" (5)

          Dengan demikian, ujaran yang dimaksudkan untuk "memerintahkan" agar seseorang melakukan suatu tindakan dapat diungkapkan dengan menggunakan kalimat imperatif seperti tuturan (1), kalimat deklaratif seperti tuturan (2) dan (3), atau kalimat interogatif seperti tuturan (5) dan (6). Secara pragmatis, kalimat berita (deklaratif) dan kalimat tanya (interogatif) selain berfungsi untuk memberitakan atau menanyakan sesuatu juga berfungsi untuk memerintah (imperatif atau direktif).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun