Dalam beberapa tahun terakhir, istilah "Generasi Strawberry" menjadi populer untuk merujuk pada Gen Z, generasi yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an. Frasa ini berasal dari Taiwan dan menggambarkan orang muda yang rapuh dan rentan terhadap tekanan seperti stroberi, yang cantik tetapi rapuh. Tetapi apakah istilah-istilah ini benar-benar mencerminkan kenyataan atau hanya sekadar stereotip yang tidak berdasar?Â
Gen Z: Rapuh atau Adaptif?
Gen Z tumbuh di era digital yang penuh ketidakpastian---dari krisis ekonomi, pandemi global, hingga perubahan teknologi yang cepat. Penelitian dari Pew Research Center (2019) menunjukkan bahwa Gen Z lebih sadar akan kesehatan mental dan lebih vokal dalam mengungkapkan emosi mereka dibandingkan generasi sebelumnya. Sifat ini sering disalahartikan sebagai "kelemahan," padahal justru menunjukkan kesadaran akan pentingnya kesejahteraan psikologis.
Dampak Labelisasi: Mempengaruhi Persepsi Diri
Pemberian label negatif seperti "Generasi Strawberry" dapat berdampak buruk pada mentalitas anak muda. Labelisasi ini berisiko menciptakan efek self-fulfilling prophecy, di mana individu mulai percaya bahwa mereka memang lemah dan tidak mampu menghadapi tantangan. Padahal, Gen Z justru memiliki banyak keunggulan, seperti kreativitas tinggi, kemampuan multitasking, dan pemahaman digital yang lebih dalam dibanding generasi sebelumnya.
Beyond Labels Mental Health Campaign: Memecah Stereotip Strawberry Generation
Sebagai upaya melawan stereotip ini, pada Rabu, 22 Januari 2025, mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Semester 5, Konsentrasi Public Relations (PR), Universitas Muhammadiyah Jakarta mengadakan Beyond Labels Mental Health Campaign dengan tema "Memecah Stereotip Strawberry Generation". Kampanye ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat bahwa Gen Z bukanlah generasi yang mudah hancur, tetapi justru kreatif, inovatif, dan memiliki daya juang tinggi.
Acara ini mengundang beberapa Narasumber yaitu ibu Velda Ardia S.Ikom., M.Si dan Ka Safitri Herra, S.Pd. Salah satu pesan utama dari kampanye ini adalah bahwa menjaga kesehatan mental bukanlah tanda kelemahan, melainkan bentuk ketahanan dan keberanian dalam menghadapi tantangan hidup. Beberapa point yang disampaikan oleh Pemateri ialah:
Faktor Penyebab Generasi Strawberry
Ada beberapa faktor yang menyebabkan munculnya karakteristik Generasi Strawberry, di antaranya:
Pola Asuh Orangtua yang terlalu Protektif
Diagnosa Diri yang Berlebihan
Ketergantungan pada Teknologi
Lingkungan yang Nyaman
2. Ciri-ciri Generasi Strawberry
Menurut Aaron Loeb, Generasi Strawberry memiliki beberapa karakteristik berikut:
1) Dampak Positif:
Adaptif terhadap perkembangan zaman.
Pintar menciptakan gagasan baru.
Toleran terhadap perbedaan gagasan.
2) Dampak Negatif:
Rapuh terhadap tekanan hidup.
Kurang fokus dan kurang bertanggung jawab.
Mencintai zona nyaman, sulit mengambil keputusan.
3. Dampak dari Label Generasi Strawberry
Jika tidak diatasi, label ini dapat menimbulkan dampak negatif, seperti:
Rapuh dalam menangani permasalahan berat.
Tidak bisa mandiri dan kurang bertanggung jawab.
Tidak peduli terhadap norma sosial.
Mudah frustrasi hingga berisiko mengalami gangguan mental.
Menjadi "jago kandang" yang tidak siap bersaing dalam dunia global.
4. Cara Mengatasi Stereotip Generasi Strawberry
Agar generasi ini lebih tangguh, beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:
Menanamkan jati diri dan ketangguhan sejak dini.
Memberikan kesempatan untuk menangani masalah sendiri.
Mendukung dan mendampingi mereka menghadapi kesulitan.
Memberikan apresiasi atas setiap proses yang mereka jalani.
Melibatkan mereka dalam aktivitas sosial.
Mengenalkan nilai-nilai spiritual untuk memperkuat mental mereka.
Label "Generasi Strawberry" mungkin muncul dari pengamatan terhadap pola pikir dan gaya hidup Gen Z, tetapi tidak sepenuhnya benar. Gen Z memiliki banyak keunggulan, seperti kreativitas, kemampuan adaptasi, dan keterbukaan terhadap perubahan. Daripada terus melabeli mereka sebagai generasi yang rapuh, lebih baik memahami cara mereka berkembang dan memberikan dukungan yang mereka butuhkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI