Bagi saya, hakekat pendidikan yang didapatkan oleh Tara bukan hanya saat ia berhasil menghubungkan titik-titik keilmuan hingga kemudian mengantarkannya menuntaskan studi doktoralnya di Cambridge. Lebih dari itu, melainkan di momen-momen saat ia bisa menerima kenyataan bahwa semua perjalanan yang telah ia lalui; pertentangan-pertentangan yang ia hadapi dari kedua orang tuanya dan keempat kakaknya. Kegagalan yang ia dapati baik di masa-masa awal memasuki pendidikan formal maupun saat ia berusaha meyakinkan orang tuanya untuk menuntaskan pendidikannya. Keputusannya mempelajari sejarawan dari pada sejarah karena diilhami oleh ambiguitas yang ia lihat pada realitas keluarganya, serta kekerasan yang ia dapati secara fisik dari kakak dan proses berdamai dari semua itu---adalah bagian dari proses pembentukan jati diri yang mana dalam kosa kata orang lain biasa disebut dengan transformasi, metamorfosis, kepalsuan, pengkhianatan, sementara Tara lebih suka mengistilahkannya sebagai pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H